• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.3. Konsep Efisiensi

Farrell (1957) menjabarkan konsep efisiensi pada tiga pengertian, yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif (harga) dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis mencerminkan kemampuan petani untuk memperoleh output maksimal dari sejumlah input tertentu. Seorang petani dikatakan lebih efisien secara teknis dari petani lain jika petani tersebut dapat menghasilkan output lebih besar pada tingkat penggunaan teknologi produksi yang sama. Petani yang menggunakan input lebih kecil pada tingkat teknologi produksi yang sama, juga dikatakan lebih efisien dari petani lain jika menghasilkan output yang sama besarnya (Bakhsloodeh dan Thomson, 2001). Efisiensi alokatif mencerminkan kemampuan petani untuk menggunakan input dengan proporsi yang optimal pada masing-masing tingkat harga input dan teknologi yang dimiliki sehingga produksi dan pendapatan yang diperoleh maksimal, karena pada dasarnya tujuan petani dalam mengelola usahataninya adalah untuk meningkatkan produksi dan pendapatan.

Tingkat produksi dan pendapatan usahatani sangat ditentukan oleh efisiensi petani dalam mengaloksikan sumberdaya yang dimilikinya ke dalam berbagai alternatif aktivitas produksi. Kedua ukuran efisiensi tersebut bila digabungkan menghasilkan ukuran efisiensi ekonomis total yaitu kemampuan menghasilkan produksi yang tinggi dengan biaya produksi yang dapat ditekan serta menjual produksi dengan harga tinggi. Secara secara lebih sederhana efisiensi ekonomis

dapat diukur dengan kriteria keuntungan maksimum dan kriteria biaya minimum (Sugianto, 1982).

Dalam mengelola usahataninya, petani mungkin saja melakukan penyimpangan-penyimpangan yang menimbulkan konsekuensi dalam usahataninya. Penyimpangan-penyimpangan tersebut biasanya terkait erat dengan manajerial petani. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya efisiensi (terjadinya inefisiensi). Penentuan sumber dari inefisiensi ini tidak hanya memberikan inforrnasi tentang sumber-sumber potensial yang inefisien, tetapi juga saran terhadap kebijakan meningkatkan atau mengurangi untuk mencapai tingkat efisiensi total. Efisiensi teknis dianggap sebagai kemampuan untuk berproduksi pada isoquant batas. Sebaliknya inefisiensi teknis mengacu pada penyimpangan dari isoquant batas. Sedangkan efisiensi alokatif mengacu pada kemampuan untuk memproduksi pada tingkat output tertentu dengan menggunakan rasio input pada biaya yang minimum. Sebaliknya inefisien alokatif mengacu pada penyimpangan dari rasio input pada biaya minimum.

Konsep efisiensi dapat didekati dari dua sisi yaitu dari sisi alokasi penggunaa input dan dari sisi output yang dihasilkan. Pendekatan dari sisi input yang dikemukakan oleh Farrell (1957) yang diilustrasikan pada Gambar 1.

Sumber: Coelli et al., l998

Gambar 1. Konsep Efisiensi Orientasi Input

Kurva SS’ merupakan isoquant frontier yang menunjukkan kombinasi input X1 dan X2 yang efisien secara teknis untuk menghasilkan output Y. Titik P dan Q menggambarkan dua perusahaan yang berbeda yang menggunakan

0 X2/y X1/y P R A S Q’ Q A’ S’

kombinasi input dengan proporsi input X1 dan X2 yang sama. Keduanya berada pada garis yang sama dari Titik 0 untuk memproduksi satu unit Y. Titik P berada diatas kurva isoquant sedangkan Q menunjukkan perusahaan yang beroperasi pada kondisi efisien secara teknis. Titik Q juga menunjukkan bahwa perusahaan memproduksi sejumlah output yang sama dengan perusahaan di Titik P, tetapi dengan jumlah input yang lebih sedikit. Berdasarkan hal tersebut, maka efsiensi teknis dapat dilihat dari rasio 0Q/0P yang menunjukkan proporsi dimana kombinasi input pada P dapat diturunkan dengan rasio X1/X2 konstan, sedangkan output tetap (Farrell, 1957).

Efisiensi alokatif (AE) dapat ditentukan jika harga input diketahui. Garis isocost AA’ digambarkan menyinggung isoquant SS’ di Titik Q’ dan memotong garis 0P di Titik R. Titik R menunjukkan rasio input-output optimal yang meminimumkan biaya produksi pada tingkat output tertentu karena slope isoquant sama dengan slope garis isocost. Titik Q secara teknis efisien tetapi secara alokatif inefisien karena perusahaan di Titik Q berproduksi pada tingkat biaya yang lebih tinggi daripada di Titik Q’. Jarak 0R-0Q menunjukkan penurunan biaya produksi jika produksi terjadi di Titik Q’ (secara alokatif dan teknis efisien) sehingga efisiensi alokatif (AE) untuk perusahaan yang beroperasi di Titik P adalah rasio 0R/0Q. Berdasarkan konsep Farrell (1957), ukuran efisiensi teknis dirumuskan sebagai berikut:

TE = 0Q/0P ... (3.1) Sedangkan ukuran efisiensi alokatif dapat diperoleh melalui persamaan berikut:

AE = 0R/0Q ... (3.2) Efisiensi ekonomis merupakan gabungan dari efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Secara matematis, efisiensi ekonomis dinyatakan melalui persamaan berikut:

EE = TE x AE = (0Q/0P)x (0R/0Q) = (0R/0P) ... (3.3) Pengukuran efisiensi teknis dari sisi input merupakan rasio dari input atau biaya batas (frontier) terhadap input atau biaya observasinya. Bentuk umum dari ukuran efisiensi teknis oleh observasi ke-i pada waktu ke-t didefinisikan sebagai berikut (Coelli, 1996):

TE= E Y

*Ui, Xi

Dimana nilai TE antara 0 dan 1, atau 0 ≤ TE ≤ 1

Dengan mengasumsikan bahwa sebuah perusahaan atau usahatani dalam mencapai keuntungan harus mengalokasikan biaya secara minimum dari input yang ada, atau berarti sebuah usahatani berhasil mencapai efisiensi alokatif. Dengan demikian akhirnya akan diperoleh fungsi biaya dual sebagai berikut:

C = C (yi, рi, βi) + µi ... (3.5) Dimana:

C = biaya produksi yi = jumlah output рi = harga input

βi = koefisien parameter

µi = error term (efek inefisiensi biaya)

Jondrow et al. (1982) mendefinisikan efisiensi secara ekonomi sebagai rasio total biaya produksi minimum yang diobservasi (C*) dengan total biaya produksi aktual (C).

EE = C

*

C = E Ciµi = 0, Yi,Pi

E Ciµi = Yi,Pi = E[exp (Ui/ ε)] ... (3.6) dimana EE similar 0 ≤ EE ≤ 1. Efisiensi secara ekonomi merupakan gambaran gabungan dari efisiensi teknis dan alokatif.

Konsep efisiensi melalui pendekatan output diilustrasikan menggunakan Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dengan simbol ZZ’ pada Gambar 2.

Sumber: Coelli et al., 1998

Gambar 2. Konsep Efisiensi Orientasi Output

0 D Z` Z y2/x y1/x C A B B’ D’

Titik A menunjukkan petani berada dalam kondisi inefisien. Ruas garis AB menggambarkan kondisi yang inefisien secara teknis. Berkenaan dengan kondisi tersebut, pada pendekatan ini efisiensi teknis didefinisikan sebagai:

TE = 0A/0B ... (3.7) Dengan adanya informasi harga output yang digambarkan oleh garis isorevenue DD' maka efisiensi alokatif ditulis dalam bentuk :

AE = 0B/0C ... (3.8) Sedangkan kondisi efisiensi ekonomis ditunjukkan oleh:

EE = TE x AE= (0A/0B) x (0B/0C) = 0A/0C ... (3.9) Nilai ketiga efisiensi ini berkisar antara 0-1.

Pembahasan mengenai efisiensi tidak lepas dari konsep utama teori ekonomi produksi yaitu fungsi produksi. Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara faktor produksi atau input dengan keluaran produksi atau output (Soekartawi, 2002). Fungsi produksi digunakan untuk menentukan output maksimum yang dihasilkan dengan sejumlah input. Secara matematis bentuk umum fungsi produksi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3,…Xn) ….………...(3.10) Dimana Y merupakan jumlah produksi yang dihasilkan atau output dari penggunaan masukan input, sedangkan X1, X2, X3,…Xn merupakan faktor-faktor produksi atau input yang digunakan untuk menghasilkan output. Model fungsi produksi seperti ini belum dapat menerangkan hubungan output dan input secara kuantitatif. Untuk itu fungsi produksi harus dinyatakan dalam bentuk yang spesifik sesuai dengan sifat hubungan input-output dari proses produksi yang bersangkutan

Beberapa karakteristik fungsi produksi yaitu: (1) fungsi produksi merupakan fungsi kontinyu (bukan diskrit) atau limit mendekati nol, (2) fungsi produksi bernilai tunggal (single value) yaitu setiap input berpasangan dengan setiap output tertentu, (3) turunan pertama dan kedua bersifat kontinyu, nilai yang dipakai positif = Q = f(X1), dimana Q dan X1>0, dan (4) fungsi produksi cembung (convect) dengan titik nol. Asumsi dasar yang dibangun fungsi produksi yaitu pengusaha berusaha mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan memaksimumkan output dan mengoptimumkan penggunaan faktor produksi.