• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep HAM Menurut Islam

Dalam dokumen Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi (Halaman 127-132)

HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM

B. Hak Asasi Manusia

2. Konsep HAM Menurut Islam

Islam telah memberikan suatu peraturan ideal tentang hak-hak azasi manusia empat belas abad yang lalu. Hak-hak-hak tersebut dimaksudkan untuk menganugerahi manusia kehormatan dan martabat serta menghapuskan pemerasan, penindasan dan ketidak adilan. Namun rumusannya baru terpolarisasi pada abad-abad belakangan (abad ke 15 H).

Pada tanggal 21 Dzulkaidah bertepatan dengan 19 september 1981 dalam rangka memperingati abad ke 15 H, para pakar hukum Islam mengumukakan universal Islamic

Declara-tion of Human Rights yang diangkat dari al-Qur’an dan Sunnah

Nabi Muhammad SAW. Pernyataan HAM menurut ajaran Is-lam ini terdiri dari XXIII Bab dan 63 pasal yang meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Beberapa hal pokok yang disebutkan dalam deklarasi tersebut antara lain adalah: (1) hak untuk hidup; (2) hak untuk mendapatkan kebebasan; (3) hak atas persamaan kedudukan; (4) hak untuk mendapatkan keadilan; (5) hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap penyalahgunaan kekuasaan; (6) hak untuk mendapatkan perlindungan dari penyiksaan; (7) hak untuk mendapatkan perlindungan atas kehormatan dan nama baik; (8) hak untuk bebas berpikir dan berbicara; (9) hak untuk bebas memilih agama; (10) hak untuk bebas berkumpul dan berorganisasi; (11) hak untuk mengatur tata kehidupan ekonomi; (12) hak atas jaminan sosial; (13) hak untuk bebas mempunyai keluarga dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya; (14) hak-hak bagi wanita dalam rumah tangga; (15) hak untuk mendapatkan pendidikan, dan sebagainya. (Hamdan Mansour,2004:67) a. Hak Hidup

Hak yang pertama sekali dianugerahkan Islam adalah hak untuk hidup dan menghargai hidup manusia.

“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan suatu (alasan) yang benar” (Q.S al-Isra’:33). Banyak lagi ayat lain yang berisikan penghargaan terhadap kehidupan manusia, antara lain al-An’am:151, Al-Maidah: 32 dan beberapa hadis Rasulullah SAW.

Dalam Islam, lebih dari sekedar hak asasi manusia tetapi mencakup hal yang lebih luas seperti yang diistilahkan oleh Harun Nasution dengan peri kemakhlukan. Artinya, ajaran-ajaran Islam mendorong manusia supaya tidak bersikap sewenang-wenang, tetapi bersikap baik kepada semua makhluk termasuk hewan, tumbuhan dan benda lainnya.

Islam mengajarkan umatnya agar berbuat baik kepada sesama makhluk. Hadis menerangkan bahwa seseorang yang mengikat kucing tidak memberi makan dan tak melepaskannya mencari makanan, masuk neraka. Sewaktu

Umar bin Khatab, khalifah kedua melihat seseorang menyeret kambing dengan kasar untuk disembelih, ia menegur: “Celaka engkau, tariklah binatang itu dengan lemah lembut dalam menghadapi mautnya”.

Dari keterangan di atas jelaslah bahwa hak hidup setiap makhluk terlebih lagi seorang manusia sangat dihargai oleh Islam.

b. Martabat manusia.

Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa manusia mempunyai kedudukan dan martabat yang tinggi. Kemuliaan martabat yang dimiliki manusia yang telah dianugerahkan Allah SWT merupakan fitrah yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia (al-Qur’an, surat 17:70; 17:33; 5:32 dan lain-lain).

70. dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S al-Isra’: 70)

c. Prinsip Persamaan.

Pada dasarnya semua manusia mempunyai derajat yang sama. Hanya satu kriteria (ukuran) yang dapat membuat seseorang lebih tinggi derajatnya dibandingkan yang lain, yaitu ketaqwaan (Q.S 49:13).

Manusia diciptakan Allah dari satu jiwa, karena itu tidak ada alasan untuk mengatakan satu bangsa lebih mulia dari yang lainnya. Al-Qur’an melarang keras sikap orang yang mencela sesamanya.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain……dah janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar yang buruk…. (al-Hujarat:11)

Jauhilah kebanyakan dari prasangka…… dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain…. (al-Hujarat:12).

Dengan demikian martabat kemanusiaan sangat dijunjung tinggi dalam Islam. Tidak ada hak suatu kaum untuk menghina orang lain, karena di sisi Allah sama derajatnya, yang membedakan adalah Taqwanya.

Ketika haji wada’, Rasulullah berkhutbah:

Hai manusia, Tuhan kamu satu, ayahmu pun satu. Tidaklah orang Arab lebih tinggi derajatnya dari orang non Arab, sebagaimana orang non Arab tidak lebih tinggi derajatnya di banding orang Arab. Begitu juga tidaklah seorang yang berkulit cokelat menikmati keunggulan atas seseorang yang berkulit hitam, sebaliknya tidaklah seorang yang berkulit hitam menikmati keunggulan atas seseorang yang berkulit cokelat, kecuali dengan kesalehan.

Pesan Rasulullah SAW pada yang terakhir kalinya itu mencerminkan betapa Islam menjunjung tinggi persamaan antara sesama manusia.

d. Prinsip kebebasan menyatakan pendapat

Ajaran Islam sangat menghargai akal pikiran. Banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan umatnya untuk berpikir denngan berbagai ungkapan seperti afala ta’qilun, afala

tadabbarun, afala tafkurun, dan lain-lain. Oleh karena itu

sebagai makhluk yang berpikir, manusia mempunyai hak untuk menyatakan pendapatnya dengan bebas, asal tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat dipertanggungjawabkan.

e. Prinsip kebebasan beragama

Prinsip kebebasan beragama ini dengan jelas disebutkan dalam al-Qur’an surah al-Baqarah: 256 (La ikraha fi al-din). Prinsip ini mengandung makna bahwa manusia diberi kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya termasuk dalam memilih agama dan kayakinannya. Namun semua pilihannya tetap akan diminta pertanggungjawaban dan ada konsekwensinya. Ayat lain yang berkenaan dengan prinsip kebebasan beragama terdapat dalam Q.S al-Ghasyiah:22 dan

Qaaf: 45. Dengan demikian jelaslah bahwa Islam sangat

menjunjung tinggi kebebasan beragama.

Dakwah dalam Islam berarti menyampaikan ajaran-ajarannya kepada manusia dan bukan mamaksa orang lain masuk Islam. Tugas Nabi hanyalah menyampaikan. Q.S

Asysyura:49. Antara pemeluk agama juga dianjurkan toleransi

dengan dibatasi dengan prinsip lakum dinukum wa li yadin jika menyangkut masalah aqidah dan ibadah mahdhah. f. Hak Memiliki harta benda

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagain yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil…” (al-Baqarah:188)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil…” (an-Nisa’:29).

Agama Islam bersamaan dengan perlindungan persama-an hidup juga telah mengpersama-anugerahkpersama-an jaminpersama-an keampersama-anpersama-an terhadap pemilik harta benda bagi setiap manusia. Hal ini hanyalah bagi harta benda yang telah didapatkan dengan jalan yang sah menurut hukum. (Syaukat,61).

Nabi Muhammad saw. Pada khutbah dalam kesempatan haji wada’ telah bersabda,:

Nyawamu dan harta bendamu adalah haram bagi tiap-tiap orang terhadap yang lainnya sampai kamu bertemu Tuhanmu pada hari kiamat,”

Pada zaman kekhalifahan Umar ben Khatab, pernah seorang petani Syria mengadu bahwa pasukan Muslim telah menginjak-nginjak tanpa sengaja hasil pertaniannya. Kemudian Sayyida Umar memerintahkan pasukannya untuk membayar sejumlah puluhan ribu dirham kepada orang tersebut dari kas negara sebagai kompensasi. (Kitabul haraj, hlm. 377). Dari contoh di atas, jelaslah bahwa hak milik atas harta benda dijamin oleh Islam bagi setiap manusia tanpa diskriminasi apapun.

g. Hak atas jaminan sosial

Dalam al-Qur’an banyak ayat yang berisikan adanya jaminan sosial bagi seluruh umat manusia. Apalagi adanya kewajiban zakat bagi si kaya untuk menyantuni si miskin. Didalam harta orang kaya terdapat hak orang miskin. Dengan demikian seorang hartawan Muslim tidak akan membiarkan saudaranya yang lain hidup dalam kelaparan dan kemelaratan. Hal ini dinyatakan dalam banyak ayat al-Qur’an antara lain (Q.S At-Thur:19, Ma’arij:24, Humazah:2,

al-Baqarah:273, al-Taubah:60).

3. Persamaan dan Perbedaan dengan Konsep HAM Islam

Dalam dokumen Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi (Halaman 127-132)