• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Rohaniyah

Dalam dokumen Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi (Halaman 41-48)

HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

C. Potensi dan Keistimewaan Manusia

2. Potensi Rohaniyah

Potensi rohaniyah manusia merupakan potensi substan-si manusubstan-sia yang terdiri dari:

a. Potensi Roh

Roh bersifat ghaib, tidak dapat dilihat dan diamati. Roh hanya dapat diketahui melalui informasi Allah dalam Qur’an. Seperti yang terdapat dalam Qur’an surah al-Isra’ ayat 85:

85. dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.

Berdasarkan ayat di atas, persoalan roh merupakan urusan Allah SWT. Manusia tidak dibei kesanggupan untuk mengetahuinya lebih dalam. Roh ditiupkan oleh Allah langsung kepada manusia. Dengan adanya roh maka kedudukan manusia menjadi mulia, karena roh manusia merupakan bagian dari roh Allah. Setelah roh ditiupkan ke dalam jasad Adam, Allah memerintahkan Jin dan Malikat untuk sujud kepada Adam. Sebagaimana tertuang dalam Q.S Shaad ayat 71-72.

71. (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: “Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah”.

72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya”.

Roh bersifat kekal dan abadi karena berasal dari sisi Allah SWT. Ketika manusia mati, roh terlepas dari jasad. Jasad akan hancur tetapi roh akan kembali kepada Allah SWT untuk mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya selama hidup di dunia.

b. Potensi Akal

Potensi akal banyak disinggung dalam al-Qur’an. Manusia dengan akalnya mampu memahami dan berpikir apa saja baik yang empiris maupun yang abstrak.

Akal merupakan potensi yang mampu membuat manusia menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu yang bersifat objektif tetapi relatif, menghasilkan kebenaran yang relatif juga. Kegiatan akal yang lebh lanjut lagi diebut falsafah. Berfalsafah artainya berpikir secara benar dan mendasar untuk mencari kebenaran. Namun sifatnya tetap subjektif dan spekulatif sehingga kebenarannya juga relatif juga.

Akal manusia memang mampu untuk mencerna baik dan buruk. Namun agar akal selalu berpikir dalam garis yang benar, maka akal perlu dibimbing oleh petunjuk-petunjuk wahyu. Tanpa bimbingan dan petunjuk-petunjuk dari wahyu sering kali yang dihasilkan akal terkontaminasi dengan kehendak yang lain sehingga menghasilkan keputusan yang salah.

c. Potensi Qalbu

Qalbu secara bahasa artinya memindahkan atau membalikkan sesuatu dari permukaan. Sesuai dengan maknanya, maka sifat qalbu mudah berbolak balik. Hati manusia terkadang terombang ambing oleh hiruk pikuk dunia sehingga hilang keteguhan pendirian. Atas dasar itulah Rasulullah SAW mengajarkan do’a: “ Wahai Allah yang membolak balikkan hati. Teguhkan hati kami terhadap agamamu”

Qalbu dalam istilah lain juga disebutkan Allah dengan

fuad atau afidah. Peran hati bagi manusia sebagai alat

memahami di samping akal. Pemahaman yang dilakukan oleh hati lebih mendalam dan berhubungan dengan agama dan keimanan. (Deden Makbuloh, 2011:56). Hatilah yang menerima atau menolak kebenaran agama. (Q.S al-An’am: 110; al-A’raf: 100).

Hati adalah raja bagi setiap individu yang menguasai manusia. Hati dapat menentukan kualitas manusia. Seperti yang tertuang dalam sabda Rasulullah SAW yang artinya:

Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka akan baiklah seluruh tubuh-nya. Dan jika ia rusak, maka akan sakitlah seluruh tubuhnya”

Potensi qalbu perlu dipelihara dengan memperbanyak zikir menyebut asma Allah. Hati harus selalu dibersihkan dengan taubat dan istigfar agar ia dapat bersinar dan berfungsi dengan baik.

d. Potensi Nafs

Dalam al-Qur’an kata nafs diartika sebagai jiwa (nyawa), diri dan nafsu. Nafs diartika sebagaai jiwa (nyawa) berarti dimiliki oleh semua makhluk hidup. Nafs

erat kaitannya dengan hidup dan matinya makhluk hidup. Seperti yang dijelaskan dalam Q.S Ali Imran ayat 185.

185. tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

Selanjutnya penjelasan Allah dalam Q.S az-Zumar ayat 42.

42. Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan[1313]. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.

Ayat di atas bermakna bahwa orang-orang yang mati itu rohnya ditahan Allah sehingga tidak dapat kembali kepada tubuhnya; dan orang-orang yang tidak mati hanya tidur saja, rohnya dilepaskan sehingga dapat kembali kepadanya lagi.

Pada ayat lain, nafs bearti nafsu yang berarti keinginan atau kecenderungan manusia. Nafs cenderung untuk menyuruh kepada kejahatan ecuali nafsu yang diberi rahmat. (Q.S Yusuf: 53). Jika manusia tidak mampu mengontrol nafsunya, maka manusia tersebut akan manusia akan dikuasai oleh nafsunya sehingga cenderung melakukan kejahatan.

Berdasarkan potensi-potensi manusia yang telah disebutkan di atas, yaitu potensi jasad, roh, akal, qalbu dan nafs terbukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna penciptaannya dibanding makhluk lain. Disebabkan kelengkapan potensi manusia itu jugalah Allah memilih manusia sebagai khalifah di muka bumi.

Melalui potensi-potensi yang diberikan Allah kepada manusia seperti yang disebutkan di atas, manusia memiliki beberapa keistimewaan antara lain dalam hal:

1. Aspek kreasi

Manusia adalah Makhluk yang paling unik, diciptakan dalam bentuk dan tatanan yang paling baik dan sempurna. Hal ini bisa dibandingkan dengan makhluk lainnya dalam aspek penciptaan.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (al-Tin,95:4).

Karena itu pula keunikan manusia dapat dilihat dari bentuk dan struktur tubuhnya, gejala-gejala yang ditimbulkan jiwa, mekanisme yang terjadi pada setiap organ tubuhnya. 2. Aspek ilmu

Hanya manusia yang mampu menyerap ilmu pengetahu-an, karena sudah dianugerahi akal pikiran. Dengan akal manusia mampu melaksanakan pendidikan dan pengajaran serta menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus berkembang.

3. Aspek kehendak

Manusia memiliki kehendak yang menyebabkannya bisa mengadakan pilihan-pilihan dalam hidup. Manusia bebas memilih jalan hidupnya dengan panduan akal. Namun apa pun yang di pilihnya tetap punya konsekwensi dan tanggung jawab.

4. Pengarahan akhlak

Manusia adalah makhluk yang dapat di bentuk akhlaknya. Ada orang yang pada mulanya baik, karena pengaruh lingkungan menjadi seorang penjahat. Atau sebaliknya. Oleh karena itu pendidikan mutylak diperlukan untuk pembinaan akhlak generasi mendatang.

Di samping keistimewaan, manusia mailiki beberapa kelemahan antara lain: sifat melampaui batas (Yunus, 10 : 12), zalim (bengis, kejam, tidak menaruh belas kasihan, tidak adil, aniaya dan mengingkari karunia Allah SWT (Q.S. Ibrahim, 14 : 34), tergesa-gesa (Q.s al-Isra’, 17 : 11), suka membantah (Q.S

al-Kahfi, 18 : 54), berkeluh kesah dan kikir (Q.S al-Ma’arij, 70 :

19-21), ingkar dan tidak berterima kasih (Q.S al-‘Adhiyah, 100 : 6)

34. Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakan-nya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (Q.S. Ibrahim: 34)

11. Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (Q.S al-Isra’: 11)

6. Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, (Q.S. al-Adhiyat: 6)

Dengan demikian jelaslah bahwa diciptakan dengan di samping kesempurnaan penciptaan manusia, ada juga sifat-sifat dasar kelemahan manusia itu sendiri. Jika manusia itu dengan akalnya mampu membuat pilihan-pilihan yang baik, mempotensikan semua kesempurnaannya dan meminimalkan semua kekurangannya, dengan kata lain akal mampu mengarahkan nafsu, maka manusia akan menjadi makhluk yang paling sempurna, malampaui malaikat. Sebaliknya jika akal manusia dikelabui oleh nafsunya sehingga ia tidak mampu membuat pilihan-pilihan yang baik, maka kedudukan manusia akan menjadi lebih hina dari binatang, seperti dijelaskan dalan

Q.S al-A’raf,7:179).”…mereka bagaikan binatang ternak bahkan lebih sesat lagi”.

179. Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan-nya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah

Dalam dokumen Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi (Halaman 41-48)