• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 KERANGKA PEMIKIRAN

KONSEP DIRI IBU DAN REMAJA PADA KELUARGA CERAI DAN UTUH

Lisnani Sukaidawati, Diah Krisnatuti, Ratna Megawangi

Abstraks

Keluarga berperan penting dalam pembentukan konsep diri, dan ibu adalah figur pertama dan utama dalam pembentukan konsep diri, terutama ketika masa kanak-kanak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik remaja dan keluarga, serta konsep diri ibu terhadap konsep diri remaja pada keluarga cerai dan utuh. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Desember 2013 di wilayah Kecamatan Bogor Barat dan Tanah Sareal Kota Bogor. Contoh terdiri dari 158 remaja yang berasal dari keluarga cerai dan utuh dengan usia 12-16 tahun di enam SMP yang tinggal bersama ibu. Data dikumpulkan melalui wawancara dan self report. Hasil penelitian menemukan lebih dari tigaperempat remaja memiliki konsep diri positif, tidak terdapat perbedaan nyata pada total konsep diri remaja keluarga cerai dan utuh, namun dimensi relasi lawan jenis remaja keluarga cerai lebih positif dan lebih tinggi proporsinya dibandingkan keluarga utuh. Lebih dari separuh ibu keluarga cerai dan kurang dari separuh ibu keluarga utuh memiliki konsep diri positif. Konsep diri ibu keluarga cerai dimensi matematika, akademis, verbal, dan kejujuran lebih positif dan lebih tinggi proporsinya dibandingkan ibu keluarga utuh. Sedangkan dimensi kestabilan emosi lebih negatif dan lebih besar proporsi kategori negatifnya. Pada dimensi relasi orangtua ibu keluarga utuh lebih tinggi proporsinya dan lebih positif. Namun tidak terdapat perbedaan pada total konsep diri ibu.Tedapat hubungan positif antara total konsep diri ibu dengan total konsep diri remaja. Dimensi spiritual, stabilitas emosi, dan relasi lawan jenis ibu berhubungan positif dengan total konsep diri remaja. Sedangkan dimensi kejujuran dan akademis berpengaruh negatif. Kata Kunci: konsep diri, konsep diri remaja, konsep diri ibu, keluarga cerai, keluarga utuh.

Maternal and Adolescents’ Self Concept in Divorced and Intact Families

Abstract

Family plays an important role in the formation of adolescent self-concept, and the mother is the first and main figure in the formation of self concept especially in childhood. The increasing number of divorces in the family might affect the development of self- concept. The aim of the study was to examine the influence of adolescent and family characteristics, maternal self concept on adolescents‟ self concept in divorced and intact families. The research was conducted from June until December 2013 in West Bogor and Tanah Sareal. The sampling method was purposively in six Junior High School and classified the student based on type of families; divorced and intact. The sample was adolescence age of 12 and 16 years old lived only with mothers. The total sample was 158 adolescences. The data was collected by interviewed and self report. The results showed that more than three quarters of adolescences from both divorced and intact families have positive self concept. There was no significant difererence between total self concept in both adolescents except in dimension of opposite sex relationships. Adolescents from divorced have more positive and higher on their proporsion than adolescent from intact. It was more than half divorced mothers and less than half intact mothers have positive self concept. Significant differences were appeared on math, honesty, academic, and verbal dimensions. Mothers from divorced were more positif and higher proportion than intact mothers. Emotional stability dimension were more negatif and higher proportion, while the

dimension of parent relationships mothers from intact have more positif and higher proportion. However there was no significant difference between total self concept of mothers from divorced and intact families. The correlation analysis appeared on total maternal self concept and total adolescents‟ self concept. Regression analysis showed adolescents‟ self concept was significant positively affected by maternal self concept specific domains; spiritual, emotional stability, opposite sex relationships, and physical appearance. While maternal honesty, and academic self concept have negative affect. Keyword : adolescents self concept, divorced family, intact family, maternal self concept,

self concept.

Pendahuluan

Remaja merupakan aset sumber daya manusia yang penting dalam kemajuan dan kemunduran suatu bangsa. Berdasarkan data BPS (2012) populasi remaja di Indonesia mencapai 26,47 persen dari total penduduk, atau sekitar 64 juta jiwa. Jumlah besar tersebut memerlukan perhatian yang serius terkait penanganan perkembangan dan permasalahan yang menyertai tumbuh kembang remaja, baik secara fisik, psikologis maupun sosial. Pada masa remaja, terjadi perubahan fisik yang cepat serta adanya peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa sehingga remaja harus mempersiapkan diri dan memerlukan penyesuaian mental dalam menghadapinya (Hurlock 1980).

Berbagai penelitian menunjukkan dampak perceraian yang merugikan perkembangan remaja dari beberapa aspek. Menurut Koper (2005) remaja merasakan beratnya dampak perceraian, karena pada saat yang sama remaja sendiri sedang mengalami masa yang penuh guncangan dan perubahan besar dalam pencarian jati dirinya. Barber dan Eccles (1992) menyatakan bahwa remaja dari keluarga bercerai cenderung memiliki kesulitan belajar, sehingga nilai yang dicapai di sekolahnya rendah. Hasil meta analisis konsekuensi pada keluarga cerai menurut Amato (2000) menunjukkan bahwa anak dari keluarga cerai rendah dalam hal pencapaian akademik, tingkah laku, penyesuaian psikologis, konsep diri, dan kompetensi sosial. Penelitian Nye (1957) dalam Pryor dan Rodgers (2001) menemukan 13 persen anak-anak dari keluarga cerai memiliki nilai sekolah yang buruk dibandingkan dengan 7 persen anak dari keluarga utuh. Anak-anak dari keluarga cerai lebih cenderung bermasalah disekolah dan putus sekolah (Evans et al 2001). Penelitian lain menemukan bahwa anak-anak korban perceraian lebih cenderung mengalami kecemasan, kesepian, rendahnya harga diri, dan kesedihan (Kim 2011).

Pada keluarga cerai, pasca perceraian orangtua memainkan peran baru sebagai single parent. Dalam kondisi ini ibu berperan ganda, sebagai pengasuh sekaligus sebagai pencari nafkah, dalam kajian tentang gaya pengasuhan penerimaan-penolakan menunjukkan bahwa fungsi ayah dan fungsi ibu dibutuhkan secara berbeda sesuai dengan perannya secara psikologis. Artinya keberadaan keduanya memiliki korelasi positif terhadap kesejahteraan psikologis (psychological wellbeing) anak. Keluarga yang hanya memiliki ibu cenderung menghasilkan kualitas pengasuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan keluarga utuh. Karena ibu single parent lebih rentan terhadap stres yang dapat mempengaruhi gaya pengasuhan yang dilakukan pada anak. Anak yang memasuki usia remaja awal memiliki stres tersendiri yang berkaitan dengan perubahan-

perubahan fisik dan hormonal yang terjadi di dalam dirinya. Kondisi ini dapat menghambat hubungan antara ibu dan remaja, karena baik ibu maupun anak berada dalam kondisi stres, keluarga yang kurang mampu beradaptasi cenderung terlibat dalam situasi konflik, sehingga memunculkan masalah baik dari pihak orang tua maupun anak (Balson 1993). Hubungan orang tua dengan anak yang tidak harmonis akan berdampak pada pembentukan konsep diri negatif (Calhoun dan Accocella 1990). Dibandingkan dengan keluarga utuh, anak dari keluarga yang mengalami perceraian memiliki kecenderungan untuk mengalami masalah akademis, masalah eksternal, masalah internal, memiliki nilai diri rendah, dan lain-lain. Menurut Hadley et al 2008) hal ini adalah ciri-ciri anak dengan konsep diri rendah.

Pasca perceraian ibu mengalami penyusutan sumber daya penting dalam melakukan fungsi pengasuhan yaitu hilangnya dukungan psikologis dan ekonomi dari pasangan, perubahan status dan peran, krisis identitas, dan gangguan emosi. Kondisi tersebut akan menempatkan ibu pada situasi dan posisi yang rentan terhadap stres yang dapat mempengaruhi konsep diri ibu. Ketidakmampuan ibu menanggulangi sumber-sumber stres akan menghambat kemampuan ibu dalam melakukan adaptasi dengan situasi dan kondisi selama dan pasca perceraian. Orangtua merupakan sumber daya penting bagi anak, pada keluarga orangtua tunggal, ibu adalah satu-satunya sumber daya yang dimiliki anak, gangguan konsep diri ibu yang disebabkan oleh kondisi stres sebelum, selama dan sesudah perceraian dapat mempengaruhi konsep diri remaja.

Konsep diri terbentuk dari hasil belajar atau pengalaman remaja dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya (Rakhmat 2011). Orang- orang yang paling dekat dan pertama kali dikenal oleh remaja sejak masa kanak-kanak adalah keluarga. Dari keluargalah konsep diri remaja terbentuk. Ibu adalah figur utama yang berperan menjadi model yang dekat dan konsisten bagi pengukuhan perasaan dan pikiran remaja. Konsep diri akan menentukan dan mengarahkan perilaku remaja selanjutnya. Menurut Calhoun dan Accocella (1990) konsep diri merupakan gambaran tentang diri yang terdiri dari pengetahuan, pengharapan, dan penilaian terhadap diri. Pengetahuan tentang diri berupa informasi tentang usia, jenis kelamin, penampilan, dan sebagainya; pengharapan tentang diri menyangkut kemungkinan menjadi apa kelak; dan penilaiain tentang diri merupakan pengukuran individu tentang dirinya dibandingkan dengan hal yang seharusnya terjadi (ideal self). Penilaian diri menentukan tingkat harga diri individu, yang akan menentukan perilaku selanjutnya. Semakin baik individu menghargai diri semakin positif konsep dirinya, sebaliknya semakin tidak baik individu menghargai dirinya semakin negatif konsep dirinya. Konsep diri positif akan mendorong perilaku positif sebaliknya konsep diri negatif cenderung identik dengan perilaku negatif. Dalam perilaku komunikasi konsep diri biasanya dihubungkan dengan persepsi komunikasi, meskipun Flora (1975) menemukan dalam persepsi komunikasi konsep diri ibu tidak berpengaruh terhadap konsep diri anak laki-laki maupun perempuan. Penelitian yang menganalisis korelasi konsep diri ibu dengan konsep diri remaja, khususnya pada keluarga cerai dan utuh masih jarang dilakukan, karena itu menjadi penting dan menarik untuk meneliti hubungan konsep diri ibu dengan konsep diri remaja berdasarkan karakteristik keluarga dan status kawin ibu.

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik keluarga, remaja dan konsep diri ibu terhadap konsep diri remaja pada keluarga cerai dan utuh. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah; (1) menganalisis perbedaan antara karakteristik keluarga dan remaja, konsep diri remaja dan konsep diri ibu pada keluarga cerai dan utuh; (2) menganalisis hubungan karakteristik keluarga dan remaja, konsep diri ibu, dengan konsep diri remaja pada keluarga cerai dan utuh; (3) menganalisis pengaruh karakteristik remaja dan keluarga, dan konsep diri ibu terhadap konsep diri remaja pada keluarga cerai dan utuh.

Metode

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode survey. Studi dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2013 di wilayah Kota Bogor. Populasi penelitian ini adalah remaja yang berusia 12-16 tahun yang tinggal bersama ibu. Contoh diambil dari tiga SMP di wilayah Kecamatan Bogor Barat dan tiga SMP lainnya dari wilayah Kecamatan Tanah Sareal. Penarikan contoh remaja dari keluarga cerai menggunakan teknik purposive sampling dari seluruh siswa kelas 7 dan 8, sebanyak 79 orang. Penarikan contoh remaja keluarga utuh menggunakan teknik random sampling berdasarkan kerangka sampling yang tersedia di sekolah. Daftar nama siswa dan kelas di masing-masing sekolah di beri nomor dan diacak, sehingga diperoleh contoh sebanyak 79 orang. Total contoh dalam penelitian ini berjumlah 158 orang, terdiri dari 79 orang remaja keluarga cerai (KC) dan 79 orang remaja keluarga utuh (KU).

Data primer dalam penelitian ini yaitu, karakteristik remaja, karakteristik keluarga, konsep diri remaja dan konsep diri ibu. Karakteristik keluarga dan remaja diperoleh melalui wawancara, sedangkan data konsep diri remaja dikumpulkan melalui self report dengan menggunakan alat bantu kuesioner Self Description Questionaire (SDQ) II yang diadaptasi dari Marsh (1992) sebanyak 39 item dengan validitas dan reliabiltas α 0,911 dan konsep diri ibu menggunakan Self Description Questionaire (SDQ) III sebanyak 66 item dengan Cronbach α 0,864. Data yang diperoleh kemudian dianalisis, masing-masing pertanyaan diberi skor. Total skor ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, kemudian dikategorikan menjadi dua dengan cut off point 60 persen. Kategori negatif jika total skor persentase ≤(60%), dan positif jika total skor persentase >(60 %). Data rasio yang meliputi usia remaja, usia ibu, lama pendidikan, jumlah anak, besar keluarga, pendapatan perkapita, usia menikah pertama, konsep diri ibu, dan konsep diri remaja di analisis dengan uji korelasi Pearson. Adapun data dummy status kawin, jenis kelamin anak, dan status bekerja ibu dianalisis dengan korelasi Spearman. Data kategorik dianalisis dengan uji chi square, sedangkan uji independent sample t test dilakukan untuk melihat perbedaan karakteristik remaja dan keluarga, konsep diri ibu dengan konsep diri. Uji pengaruh dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap konsep diri remaja. Seluruh variabel yang berbeda nyata antara dua kelompok seperti usia remaja, usia ibu, lama pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan perkapita dimasukkan ke dalam regresi sebagai variabel kontrol.

Hasil Karakteristik Remaja dan Keluarga

Terdapat perbedaan signifikan pada pada usia remaja, usia ibu dan pendapatan perkapita. Rata-rata usia remaja 13.53 tahun pada KC, dan 12.53 tahun pada KU. Sedangkan rata-rata usia ibu KC 42,56 tahun dan ibu KU 39,86 tahun. Adapun rata-rata pendapatan perkapita ibu KC sebesar Rp 833. 420, dan pada ibu KU Rp 1. 143. 030. Rata-rata ibu KC telah bercerai selama 74,26 bulan atau 6 tahun, 2 bulan, 26 hari (Tabel 2).

Tabel 2. Karakteristik contoh berdasarkan nilai rataan, standar deviasi, uji beda, dan status kawin

Keterangan: *p≤ , **p≤ , 5

Hasil uji beda berdasarkan proporsi jenis kelamin dan pekerjaan ibu (Tabel 3), menunjukkan perbedaan yang signifikan pada pekerjaan ibu; hampir tiga perempat ibu KC (73,4%) dan lebih dari sepertiga ibu KU (38,0%) adalah ibu bekerja, selebihnya adalah ibu rumah tangga.

Tabel 3. Karakteristik contoh berdasarkan jenis kelamin , pekerjaan ibu, status kawin Variabel Status kawin ibu ChiSquare

Keluarga

Cerai(%) Keluarga Utuh(%) p-value Jenis kelamina: Laki-laki 39,2 40,5 0,871

Perempuan 60,8 59,5

Pekerjaan ibu: Bekerja 73,4 38,0 ,000** Tidak Bekerja 26,6 62,0

Keterangan: *p≤0,1 **p≤0,05 Konsep Diri Remaja

Lebih dari tigaperempat remaja KC (79,7%) dan KU (77,2%) memiliki total konsep diri positif (Tabel 4). Proporsi terbesar dengan kategori positif remaja KC (91,1%) dan KU (92,4%) terdapat pada dimensi relasi orangtua. Proporsi terbesar dengan kategori negatif pada remaja KC terdapat pada dimensi global diri (70,9%), sedangkan pada remaja KU terdapat pada dimensi kemampuan fisik dan dimensi matematika (59,5%).

Variabel KC KU

Rataan±SD Rataan±SD Pvalue Usia remaja (tahun) 13,53± 0,71 12,53±0,675 ,000** Urutan lahir 2, 05± 1,35 1,89±1,147 ,413 Usia ibu (tahun) 42,56± 6,50 39,86±4,799 ,004** Pendidikan ibu (tahun) 11,55± 3,51 11,74±3,906 ,746 Jumlah Anak 2,61± 1,42 2,60±1,197 ,902 Besar keluarga 4,51± 2,14 4,84±1,297 ,284 Pendapatan perkapita (Rp 000) 833,42± 949,02 1.143,03±1.167,86 ,007* Usia pertama menikah 22,41± 4,21 22,68± 3,73 ,539 Lama perceraian (bulan) 74,26± 53,26 - -

Tabel 4. Sebaran contoh berdasarkan kategori konsep diri dan status kawin Konsep Diri Remaja Keluarga Cerai (%) Keluarga Utuh (%)

Dimensi Positif (2) Negatif (1) Positif(2) Negatif(1) p value Matematika 32,9 67,1 40,5 59,5 0,866 Penampilan Fisik 59,5 40,5 59,5 40,5 0,864 Global Diri 29,1 70,9 73,4 26,6 0,856 Kejujuran 82,3 17,7 81,0 19,0 0,468 Kemampuan Fisik 38,0 62,0 40,5 59,5 0,588 Verbal 46,8 53,2 44,3 55,7 0,439 Relasi Teman Sebaya 65,8 34,2 51,9 48,1 0,292 Relasi Orangtua 91,1 8,9 92,4 7,6 0,773 Sekolah 68,4 31,6 63,3 36,7 0,714 Relasi Lawan Jenis 62,0 38,0 51,9 48,1 0,098* Total Konsep Diri 79,7 20,3 77,2 22,8 0,366

Keterangan: *p≤0,1 **p≤0,05 Konsep Diri Ibu

Lebih dari separuh ibu KC (53,2%) dan ibu KU (55,7%) memiliki konsep diri positif (Tabel 5). Sebagian besar ibu KC (96,2%) dan KU (98,7%) memiliki konsep diri positif pada dimensi spiritual. Proporsi terbesar (67,1 %) dengan kategori negatif pada ibu KC terdapat pada dimensi penampilan fisik, sedangkan proporsi terbesar (70,9%) dengan kategori negatif pada ibu KU terdapat pada dimensi relasi lawan jenis. Sebaran ibu KC dan KU berdasarkan item pernyataan konsep diri secara jelas dapat dilihat pada lampiran 2.

Tabel 5. Sebaran ibu contoh berdasarkan dimensi konsep diri dan status kawin

Dimensi Konsep Diri

Ibu Keluarga Cerai (%) Keluarga Utuh (%)

Kategori Positif(2) Negatif(1) Positif(2) Negatif(1) P value Matematika 48,1 51,9 39,2 60,8 0,028* Spiritual 96,2 3,8 98,7 1,3 0,716 Kejujuran 63,3 36,7 41,8 58,2 0,000** Relasi Lawan Jenis 39,2 60,8 29,1 70,9 0,606 Akademis 91,1 8,9 79.7 20,3 0,001** Pemecahan Masalah 65,8 34,2 58,2 41,8 0,142 Kemampuan Fisik 39,2 60,8 44,3 55,7 0,218 Global Diri 83,5 16,5 78,5 21,5 0,323 Verbal 67,1 32,9 49,4 50,6 0,026* Stabilitas Emosi 36,7 63,3 67,1 32,9 0,000** Relasi Orangtua 82,3 17,7 89.9 10,1 0,060* Penampilan Fisik 32,9 67,1 40,5 59,5 0,656 Relasi teman sejenis 89,9 10,1 84,8 15,2 0,448 Total Konsep Diri 53,2 46,8 44,3 55,7 0,309

Keterangan: *p≤0,1 **p≤0,05

Terdapat perbedaan signifikan pada dimensi matematika, kejujuran, akademis, verbal, emosi, dan relasi orangtua. Namun demikian tidak terdapat perbedaan pada total konsep diri. Hasil uji kai kuadrat diperoleh nilai p=0,912 artinya tidak terdapat perbedaan signifikan pada proporsi konsep diri ibu. Dari hasil analisis

diperoleh pula nilai OR=0,701 artinya ibu KC memiliki peluang 0,701 kali untuk memiliki konsep diri positif dibandingkan ibu dari keluarga utuh (Tabel 6).

Tabel 6. Sebaran ibu contoh berdasarkan konsep diri dan status kawin

Keterangan: *p≤0,1 **P≤0,05

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsep Diri Remaja

Variabel yang berhubungan positif dengan total konsep diri remaja adalah lama pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, dan usia pertama menikah (Tabel 7). Hal ini menunjukkan semakin tinggi variabel-variabel tersebut semakin positif konsep diri remaja. Tidak terdapat hubungan antara status kawin ibu dengan konsep diri remaja. Status kawin berhubungan negatif dengan dimensi matematika, kejujuran, akademis dan verbal ibu, tetapi berhubungan positif dengan kestabilan emosi. Hal ini menunjukkan ibu KC memiliki konsep diri lebih positif pada dimensi matematika, kejujuran, akademis dan verbal. Sedangkan ibu KU memiliki stabilitas emosi yang lebih positif dibandingkan ibu KC. Dimensi kejujuran, spiritual, relasi lawan jenis, stabilitas emosi, penampilan fisik, dan total konsep diri ibu berhubungan positif dengan konsep diri remaja. Artinya semakin positif dimensi-dimensi tersebut semakin positif pula konsep diri remaja.

Tabel 7. Koefisien korelasi karakterisitik keluarga dan remaja, status kawin, konsep diri ibu dengan konsep diri contoh

Keterangan: *p≤0,05 **p≤0,01

Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsep Diri Remaja

Terdapat pengaruh positif signifikan (p≤0,01) pada konsep diri ibu dimensi spiritual, dan stabilitas emosi; akademis dan penampilan fisik (p≤0,05); status kawin, kejujuran, dan relasi lawan jenis (p≤0,1). Hasil analisis regresi dummy (Tabel 8)

Konsep diri ibu Status Kawin Total OR

(95%CI) valueP KC KU n % n % n % Negatif 37 46,8 44 55,7 79 100 0,701 0,375-1,311 0,912 Positif 42 53,2 35 44,3 79 100 Jumlah 79 51,3 79 48,7 158 100

Variabel Status Kawin Konsep Diri ibu Konsep Diri remaja

Usia responden -,607** ,107 -,056

Usia ibu -,209** ,145 ,039

Besar keluarga ,213** -,095 -,038

Penghasilan keluarga ,250** ,230** ,224**

Lama pendidikan ibu ,019 ,246** ,216**

Pekerjaan ibu -,357** ,087 ,189*

Usia pertama ibu menikah ,067 ,106 ,166*

Konsep diri ibu:

Matematika -,184** ,022

Kejujuran -,274** ,300**

Akademis -,268** ,098

Verbal -,178* ,075

Spiritual -,097 ,300**

Relasi lawan jenis -,047 ,285**

Stabilitas emosi ,311** ,215**

Penampilan fisik ,038 ,181**

pada variabel-variabel yang mempengaruhi konsep diri remaja keluarga cerai dan keluarga utuh menunjukkan, nilai Adjusted R-Square sebesar 0,169 artinya variabel- variabel dalam model regresi memberikan pengaruh sebesar 16,9 persen terhadap konsep diri remaja. Adapun sisanya yaitu sebesar 83,1 persen dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan konsep diri remaja dipengaruhi secara positif oleh dimensi spiritual, relasi lawan jenis, stabilitas emosi dan penampilan fisik. Namun dipengaruhi secara negatif oleh status kawin ibu, dimensi kejujuran dan dimensi akademis ibu. Secara keseluruhan total konsep diri ibu berpengaruh positif terhadap total konsep diri remaja (Lampiran .10)

Tabel 8. Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri contoh berdasarkan status kawin

Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta Sig.

1 (Constant) 71,340 24,164 ,004***

Dummy Status Kawin

(C=0,U=1) -4,621 2,514 -,206 ,068*

Usia remaja -,487 1,319 -,036 ,713

Usia ibu ,096 ,154 ,051 ,537

Pekerjaan ibu 2,825 1,968 ,125 ,153

Penghasilan perkapita ,001 ,001 ,057 ,511

Dimensi konsep diri ibu:

Matematika -,112 ,472 -,021 ,812

Spiritual 2,181 ,561 ,338 ,000***

Kejujuran -,904 ,504 -,158 ,075*

Relasi Lawan Jenis 1,051 ,556 ,158 ,060*

Akademis -1,264 ,543 -,265 ,021** Pemecahan masalah ,226 ,584 ,037 ,699 Kemampuan fisik -,096 ,362 -,021 ,792 Global diri -,211 ,628 -,032 ,737 Verbal ,852 ,615 ,136 ,168 Stabilitas Emosi 1,108 ,408 ,276 ,007*** Relasi orangtua -,027 1,060 -,002 ,980 Penampilan fisik ,685 ,329 ,174 ,039** Relasi sejenis ,678 ,613 ,095 ,271 P value regression ,000** R Square ,264 Adjusted R Square ,169 Keterangan: *p≤0,10 **p≤ 0,05 Pembahasan

Secara keseluruhan remaja dari keluarga cerai memiliki konsep diri lebih positif pada sebagian besar dimensi-dimensinya, namun tidak ada perbedaan dalam total konsep diri remaja. Remaja keluarga cerai dalam penelitian ini rata-rata telah mengalami perceraian orangtuanya selama 74,26 bulan atau 6,86 tahun. Kemungkinan besar remaja sudah melewati masa-masa krisis yang ditimbulkan akibat perceraian orangtua, dan telah melakukan adaptasi dengan baik. Menurut Amato (1994) dampak perceraian pada anak memang berbeda-beda tergantung usia anak dan lama perceraian. Konsep diri ibu mempengaruhi konsep diri remaja secara

positif melalui dimensi spiritual, relasi lawan jenis, stabilitas emosi, dan penampilan fisik ibu. Namun berpengaruh negatif terhadap konsep diri remaja melalui dimensi akademik dan kejujuran. Secara keseluruhan total konsep diri ibu berpengaruh positif terhadap total konsep diri remaja, artinya semakin positif konsep diri ibu semakin positif pula konsep diri remaja. Hal ini sejalan dengan pernyataan Coopersmith yang diacu oleh Kaur et al (2009) menyatakan, bahwa anak-anak yang memiliki konsep diri yang tinggi berasal dari keluarga yang orangtuanya memiliki konsep diri positif, dan memperlakukan anak sebagai individu yang memiliki tanggungjawab.

Pada penelitian per dimensi konsep diri, ditemukan data yang sebaliknya yaitu, dimensi akademik memiliki pengaruh yang negatif, artinya semakin tinggi konsep diri akademik ibu semakin negatif konsep diri remaja. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang menyatakan bahwa ibu dengan persepsi yang positif terhadap kemampuan dirinya pada bidang tersebut memberikan efek positif pada konsep diri remaja. Konsep diri akademik ibu dapat memberikan efek negatif pada konsep diri remaja jika diiiringi dengan parental pressure (Leung et al 2004; Irfan dan Hussain 2014; Riley 2003), academic pressure (Rogers et al 2009; Rao 2008) yang menimbulkan kecemasan dan perasaan tertekan pada remaja. Ditemukan juga bahwa pendidikan dan status pekerjaan ibu maupun ayah tidak memberikan pengaruh positif pada konsep diri akademik remaja (Pehlivan dan Koseoglu 2012), selain itu meningkatnya persepsi harapan ibu terhadap kompetensi (maternal competence perceive) di periode transisi remaja dapat menyebabkan menurunnya konsep diri akademik remaja (Gniewosz 2011).

Kejujuran menyangkut nilai moral, menurut Marsh (1992) dimensi kejujuran pada konsep diri ibu menggambarkan seberapa positif atau negatif persepsi dan penilaian ibu terhadap nilai kejujuran. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi konsep diri kejujuran ibu semakin negatif konsep diri remaja. Orangtua yang memiliki persepsi kejujuran tinggi akan memiliki ekpektasi tinggi terhadap sikap jujur anak. Kesenjangan antara pentingnya nilai kejujuran yang

Dokumen terkait