• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 KERANGKA PEMIKIRAN

4 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dimana data dikumpulkan pada satu waktu tertentu dan tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi, 1991). Lokasi ditentukan secara purposive, di Kecamatan Bogor Barat dan Tanah Sareal Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat, dengan pertimbangan bahwa wilayah Kota Bogor merupakan provinsi yang memiliki tingkat perceraian yang cukup tinggi di Jawa Barat. Secara keseluruhan penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, dimulai dari Juli 2013 hingga Desember 2013 mencakup persiapan, observasi, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta penulisan laporan hasil penelitian.

Populasi dan Penarikan Contoh

Populasi dari penelitian ini adalah keluarga cerai dan utuh yang memiliki anak berusia remaja, dan tinggal bersama ibu. Unit analisis penelitian ini adalah keluarga dengan anak remaja. Adapun remaja yang diteliti adalah remaja awal dengan rentang usia 12-16 tahun dan duduk di kelas 7 dan 8. Dengan demikian responden penelitian ini adalah ibu dan remaja. Penentuan lokasi contoh dilakukan secara purposive berdasarkan informasi dari Kantor Diknas setempat terkait sekolah-sekolah yang diijinkan terlibat dalam penelitian dan sebagian siswanya diperbolehkan untuk menjadi responden penelitian.

Purposive ---

Purposive-- -- Random

Keterangan :

C = Remaja keluarga cerai U = Remaja keluarga utuh

Gambar 2. Skema penarikan contoh

Dari dua Kecamatan terpilih masing-masing tiga SMP, yaitu SMP A, B, C, D, E, dan F. Pada tahap awal semua siswa diberikan formulir isian data keluarga untuk menjaring siswa yang berasal dari keluarga cerai. Dari SMP terpilih diperoleh data sebanyak 96 remaja yang berasal dari keluarga cerai, namun hanya 79 remaja yang memenuhi syarat. Selanjutnya berdasarkan kerangka contoh yang

Kecamatan Tanah Sareal

SMP B SMP D SMP E

SMP A SMP C

Kota Bogor

SMP F

Kecamatan Bogor Barat

tersedia di masing-masing sekolah, dilakukan penarikan contoh secara acak sederhana pada siswa yang berasal dari keluarga utuh sebanyak jumlah yang sama dengan keluarga cerai, yaitu 79 remaja. Total contoh yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 158 remaja yang terdiri dari 79 remaja dari keluarga cerai (KC) dan 79 remaja dari keluarga utuh (KU). Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada skema cara penarikan contoh (Gambar 2).

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Berdasarkan variabel yang terdapat dalam penelitian ini, digunakan data primer dan sekunder (Tabel 1). Sebagian data primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik remaja (usia, jenis kelamin, dan urutan lahir), karakteristik keluarga (usia ibu, lama pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak, besar keluarga, usia pertama menikah, lama perceraian), konsep diri ibu, gaya pengasuhan, kelekatan teman sebaya dan konsep diri remaja. Keseluruhan data primer tersebut dikumpulkan dengan cara mengisi kuesioner yang telah telah diuji validitas dan reliabilitasnya, penggalian informasi dilakukan dengan cara wawancara dan self report dengan alat bantu kuesioner tersebut. Data karakteristik keluarga dan remaja dikumpulkan melalui teknik wawancara langsung dengan contoh penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara terstruktur. Adapun data konsep diri ibu, gaya pengasuhan, kelekatan teman sebaya, dan konsep diri remaja dikumpulkan melalui self report dengan alat bantu kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data lainnya berasal dari pengumpulan data yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang sudah ada, kajian pustaka yang relevan dengan penelitian, serta data yang tersedia di pengadilan agama dan di sekolah. Secara ringkas jenis data, skala, sumber informasi, alat ukur dan pengkategorian dapat dilihat pada Tabel 1.

Instrumen dan Pengukuran Data

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel konsep diri remaja adalah Self Description Questionaire II (SDQ II) yang didesain oleh Shavelson (1976) dan dikembangkan oleh Marsh (1992) untuk mengukur multidimensi dari konsep diri remaja. Instrumen dibangun untuk melengkapi SDQ I yang diperuntukkan bagi pengukuran konsep diri anak. SDQ II secara khusus dibangun untuk mengukur empat area non akademik meliputi: kemampuan fisik (physical ability), penampilan fisik (physical appearance), relasi teman sebaya (peer relationships), dan relasi orang tua (parent relationsips), tiga area akademik yang meliputi: membaca (reading), matematika (mathematics) dan sekolah (school) secara umum.

SDQ II dibuat lebih spesifik dengan menambahkan persepsi hubungan sosial dengan teman sebaya lawan jenis dan teman sebaya yang berbeda jenis, stabilitas emosi (emotional stability) dan kejujuran (honesty/truthworthiness). Instrumen SDQ II didesain utuk mengukur konsep diri remaja yang duduk di sekolah menengah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah tingkat atas. Dalam penelitian ini instrumen tersebut telah dimodifikasi dan diadaptasi, terdiri dari 39 item dengan menggunakan skala Likert, yaitu : benar, hampir benar, agak

benar, dan tidak benar. Adapun instrumen SDQ III digunakan untuk mengukur konsep diri ibu, instrumen ini pengembangan dari SDQ II, perbedaannya terletak pada jumlah dimensi yang diperluas menjadi tigabelas area, yaitu spiritual dan problem solving.

Tabel 1. Variabel berdasarkan kategori, jenis data dan sumber informasi

Variabel Kategori Jenis dan

skala data

Sumber informasi Karakteristik Remaja :

Usia Remaja usia 12-16 tahun (Hurlock 1980) Primer rasio Wawancara dengan kuesioner Jenis Kelamin [1] Laki-laki.

[2] Perempuan Primer nominal Karakteristik keluarga:

Status kawin [0] Cerai

[1] Utuh

Primer

nomial Wawancara dengan kuesioner

Usia ibu Rasio Primer

rasio

Lama pendidikan ibu Rasio Primer

rasio

Pendapatan keluarga Rasio Primer

rasio

Pekerjaan Ibu Nominal

[0] Bekerja [1] Tidak bekerja

Primer nominal

Lama perceraian (bulan) Rasio Primer

rasio

Usia menikah (tahun) Rasio Primer

rasio

Besar keluarga Rasio Primer

rasio Konsep Diri Ibu Modifikasi Interval kelas

(Hadley et al. 2008) dalam persentase

[1] Negatif (≤60%) [2] Positif (>60%)

Primer

ordinal Kuesioner SDQ III Cronbach α 0,864 Gaya Pengasuhan PAR

(Penerimaan-Penolakan): Penerimaan (P)

Kekerasan (H) Pengabaian(A)

Perasaan Tidak Sayang (T)

Cut off point : [1] Rendah (≤60%) [2]Tinggi (>60%)

Primer

ordinal Kuesioner PARQ α cronbach P α 0,947 Hα 0,865 Aα 0,876 Tα 0,714 Kelekatan Teman Sebaya Reese (2008):

[1] Secure (aman) [2] Insecure (tidak aman)

Primer

ordinal Kueesioner IPPA cronbach α 0,916 Konsep Diri Remaja Modifikasi Interval kelas

(Hadley et al. 2008) dalam persentase [1] Negatif (≤60%) [2] Positif (>60%) Primer ordinal Kuesioner SDQ II Cronbach α 0,911

Data jumlah remaja KC dan KU Sekunder Daftar nama

siswa di sekolah

Data jumlah perceraian Sekunder Data perceraian

PA Kota Bogor

Instrumen yang digunakan untu mengukur konsep diri ibu terdiri dari 43 item pernyataan dengan skala Likert; benar, hampir benar, agak benar, dan tidak benar. Calhoun dan Acocella (1990) menggolongkan kategori konsep diri ke dalam kategori positif dan negatif.

Parental Acceptance Rejection Questionaire (PARQ) digunakan untuk mengukur persepsi anak terhadap perlakuan pengasuhan yang diterimanya melalui self report yang terbagi dalam empat dimensi: 1) dimensi kehangatan dan afeksi; 2) dimensi permusuhan dan agresi; 3) dimensi pengabaian dan inkonsistensi; dan 4) dimensi perasaan tidak disayang. PARQ diadaptasi dari Rohner (1990) untuk mengukur dimensi kehangatan pengasuhan orang tua yang dirasakan oleh anak. Dalam hal ini pengasuhan yang dirasakan oleh anak yang dilakukan oleh ibu selama enam bulan terakhir. Terdiri dari 54 butir item pernyataan dengan skala Likert, yaitu: selalu, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Instrumen PARQ telah menyediakan pernyataan-pernyatan yang menggambarkan keempat dimensi tersebut. Dari 54 pernyataan yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya terdiri dari 17 pernyataan dimensi penerimaan; 14 pernyataan dimensi kekerasan; 14 pernyataan dimensi pengabaian; dan 9 pernyataan dimensi tidak sayang. Keempat dimensi pengasuhan dikategorikan menjadi tinggi dan rendah, pengasuhan penerimaan tinggi mengindikasikan penolakan yang rendah, dan pengasuhan penolakan yang tinggi mengindikasikan penerimaan yang rendah. Hal ini sesuai dengan penjelasan Rohner bahwa pengasuhan penerimaan-penolakan adalah sebuah kontinuum, karena setiap individu dalam rentang kehidupannya pernah menghayati pengalaman merasa dicintai dan juga merasa ditolak oleh orangtua.

IPPA atau Inventory of Parent and Peer Attachment digunakan untuk mengukur kelekatan remaja pada teman sebaya. Instrumen didesain oleh Greenberg dan Armsden (1987) untuk mengukur variabel kelekatan remaja pada teman sebaya. Instrumen terdiri dari 25 butir pernyataan dengan menggunakan tingkatan skala Likert: sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), ragu ( R), setuju (S), sangat setuju (SS). Delapan butir dari keseluruhan pernyataan tersebut berisikan pernyataan negatif (inversed). IPPA terdiri dari tiga dimensi yaitu dimensi komunikasi, alienasi, dan kepercayaan. Hasil skor ketiga dimensi tersebut dikategorikan menjadi positif dan negatif. Untuk menentukan kategori total kelekatan teman sebaya, digunakan kategori kelekatan yang diadaptasi dari Ainsworth yaitu kelekatan aman (secure) dan kelekatan tidak aman (insecure).

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul diolah melalui proses editing, coding, scoring, entrying, cleaning, recoding, serta analyzing dengan menggunakan program Microsoft exel dan SPSS for windows. Skor yang diperoleh kemudian dibuat kategori. Variabel yang menggunakan sistem skoring akan dibuat konsisten yaitu semakin tinggi skor maka semakin positif nilai variabelnya kecuali pada gaya pengasuhan dimensi penolakan. Skor aktual dibagi dengan nilai maksimum ideal, kemudian dikalikan 100 persen untuk menentukan posisi persentase untuk dimasukkan ke dalam kategori yang ditentukan berdasarkan cut off point 60 persen. Kemudian data dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Analisis

deskriptif digunakan untuk melihat data sebaran karakteristik keluarga yang terdiri dari karakteristik ibu dan remaja, konsep diri ibu, gaya pengasuhan penerimaan- penolakan, kelekatan teman sebaya, dan konsep diri remaja, sedangkan uji t digunakan untuk menganalisis perbedaan.

Proses selanjutnya data dianalisis dengan statistik inferensia, analisis yang digunakan adalah uji korelasi dan uji regresi linear berganda. Uji korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara variabel karakteristik keluarga dan remaja, gaya pengasuhan, konsep diri ibu, kelekatan teman sebaya, dan konsep diri remaja pada keluarga cerai dan utuh. Sedangkan uji regresi linear berganda digunakan untuk melihat pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, konsep diri, dan gaya pengasuhan ibu, kelekatan teman sebaya terhadap konsep diri remaja. Model regresi didefinisikan dengan persamaan berikut:

Artikel 1:

Y1 = α + 1X1+ 2X2+ 3X3 + 4X4+ 5X5+ 6X6+ 7X7+ 8X8 + 9X9 +

10X10 + 11X11+ 12X12 + 1D1+ ε

Keterangan:

Y1 = Konsep diri remaja α = Konstanta 1-12 = Koefisien regresi X1 = Usia Remaja X2 = Jenis kelamin X3 = Urutan Lahir X4 = Usia ibu

X5 = Lama pendidikan ibu X6 = Pekerjaan ibu

X7 = Pendapatan perkapita X8 = Jumlah anak

X9 = Besar keluarga

X10 = Usia pertama menikah X11 = Lama Perceraian X12 = Konsep diri ibu γ1 = Koefisien dummy

D1 = Status Perkawinan Ibu (0= Cerai; 1=utuh) ε = Galat

Artikel 2:

Y2 = α + 1X1+ 2X2+ 3X3+ 4X4+ 5X5+ 6X6+ 7X7+ 8X8+ 9X9+ 10X10 +

11X11+ 12X12 + 13 X13 + 1D1+ ε

Keterangan:

Y2 = Konsep diri remaja α = Konstanta 1-13 = Koefisien regresi X1 = Usia Remaja X2 = Jenis kelamin X3 = Urutan Lahir X4 = Usia ibu

X6 = Pekerjaan ibu

X7 = Pendapatan perkapita X8 = Jumlah anak

X9 = Besar keluarga

X10 = Usia pertama menikah X11 = Lama Perceraian X12 = Gaya Pengasuhan X13 = Kelekatan teman sebaya

1 = Koefisien dummy

D1 = Status Perkawinan Ibu (0= Cerai; 1=utuh) ε = Galat

Definisi Operasional

Konsep diri adalah penilaian individu dalam memandang dirinya secara positif maupun negatif yang dilihat dari berbagai dimensi

Konsep diri ibu adalah penilaian, kepercayaan, dan pikiran mengenai gambaran diri ibu mengenai dirinya dilihat dari berbagai dimensi yang dikategorikan menjadi konsep diri positif dan negatif.

Konsep diri remaja adalah penilaian, kepercayaan, dan pikiran mengenai gambaran diri remaja yang meliputi berbagai dimensi.

Dimensi matematika adalah penilaian ibu/remaja terhadap kemampuan dan keahliannya dalam bidang matematika

Dimensi spiritual adalah persepsi ibu terhadap keyakinan dan nilai-nilai spiritual dirinya

Dimensi kejujuran adalah penilaian ibu/remaja terhadap kejujuran

Dimensi verbal adalah penilaian ibu/remaja kemampuan dan kecakapannya dalam membaca, menulis, dan berbahasa.

Dimensi akademik adalah penilaian ibu terhadap kemampuan akademis secara umum

Dimensi global diri adalah penilaian ibu/remaja terhadap kapasitas diri yang menimbulkan kebanggaan dan kepuasan dalam menampilkan diri apa adanya.

Dimensi kemampuan fisik adalah penilaian terhadap minat dan kemampuan ibu/remaja dalam aktifitas fisik seperti: mengerjakan pekerjaan yang banyak menggunakan kekuatan fisik, olahraga, dan tidak mudah lelah ketika beraktifitas fisik.

Dimensi relasi lawan jenis adalah penilaian ibu/remaja terhadap seberapa dikenal atau populer dan seberapa mudah dirinya melakukan interaksi dengan teman/kolega/kerabat yang berbeda jenis kelamin dengan dirinya.

Dimensi relasi teman yang sejenis adalah penilaian ibu/remaja terhadap seberapa dikenal atau populer dan seberapa mudah dirinya melakukan interaksi dengan teman/kolega/kerabat yang berjenis kelamin sama dengan dirinya.

Dimensi relasi orangtua adalah penilaian ibu/remaja tentang tentang seberapa baik ibu/remaja dalam hubungan dengan orangtua yang meliputi aktifitas

interaksi seperti bercakap-cakap, menghabiskan waktu bersama, dan melakukan aktifitas bersama.

Dimensi pemecahan masalah adalah penilaian ibu terhadap kemampuannya untuk dapat terlibat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Dimensi stabilitas emosi adalah penilaian ibu/remaja terhadap kemampuan diri

mereka secara emosi untuk merasa tenang, rileks, stabil, dan kemampuan mengelola rasa khawatir.

Dimensi penampilan fisik adalah penilaian ibu/remaja tentang seberapa menarik penampilan fisik mereka dibandingkan teman-teman, dan seberapa menarik mereka di mata orang lain.

Dimensi sekolah adalah penilaian remaja terhadap kemampuan dan kecakapannya dalam bidang pelajaran di sekolah secara umum

Pengasuhan adalah aktivitas yang dilakukan oleh ibu terkait dengan perkembangan dan pertumbuhan anak yang diukur melalui persepsi anak. Pengasuhan penerimaan (afeksi) adalah gaya pengasuhan ibu yang dicirikan

dengan sikap menerima ibu melalui ekspresi kasih saying, perhatian, kepedulian, duungan, pemeliharaan, kenyaman, dan perwujudan cinta lainnya yang dirasakan oleh remaja.

Pengasuhan penolakan adalah gaya pengasuhan ibu yang dicirikan dengan sikap penolakan dalam bentuk pengabaian, ketidakpedulian, penelantaran sampai ekspresi kekerasan fisik maupun verbal yang mengisyaratkan sikap ibu yang tidak menginginkan dan mencintai yang dirasakan oleh remaja.

Pengasuhan kekerasan (agresi) adalah pengasuhan penolakan ibu yang dicirikan dengan penggunaan perkataan dan perbuatan yang kasar dan agresif kepada remaja pada keluarga yang mengalami perceraian.

Pengasuhan pengabaian adalah pengasuhan penolakan ibu yang dicirikan dengan ketiadaan perhatian ibu terhadap kebutuhan remaja pada keluarga yang mengalami perceraian.

Pengasuhan tidak sayang adalah pengasuhan penolakan yang dicirikan dengan perkataan dan perilaku orang tua yang menyebabkan renaja merasa tidak dicintai, tidak dikasihi, tidak dihargai, bahkan tidak dikehendaki kehadirannya oleh ibu.

Teman sebaya adalah remaja dengan tingkat usia atau kedewasaan yang hamper sama dengan contoh.

Kelekatan teman sebaya adalah ikatan emosional yang dibentuk remaja dengan kelompok teman sebayanya (peer group) yang meliputi tiga dimensi, yaitu kepercayaan, komunikasi, dan pengasing an.

Kepercayaan adalah perasaan aman dan percaya oleh remaja bahwa teman sebayanya bisa memenuhi kebutuhannya, serta timbulnya perasaan saling tergantung terhadap temannya.

Komunikasi adalah kemampuan teman sebaya untuk dapat memahami kondisi remaja sehingga membantu menciptakan ikatan emosi yang kuat diantara keduanya.

Alienasi/pengasingan adalah kondisi penghindaran atau pengasingan, sampai penolakan pada remaja tergadap figur lekat (teman sebaya)

Keluarga cerai adalah keluarga yang mengalami perceraian baik karena kematian maupun yang ditetapkan berdasarkan status hukum.

Keluarga utuh adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah, serta terikat oleh perkawinan

Lama perceraian adalah rentang waktu ibu yang megalami perceraian terhitung dari keputusan perceraian hingga sekarang (dalam bulan atau tahun).

5 ARTIKEL 1

KONSEP DIRI IBU DAN REMAJA

Dokumen terkait