• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Implementasi Kebijakan

Dalam dokumen SULAWESI SELATAN” (Halaman 31-39)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.2 Konsep Implementasi

II.2.1 Konsep Implementasi Kebijakan

Implementasi dikonseptualisasikan sebagai suatu proses, atau serangkaian keputusan dan tindakan yang ditujukan agar keputusan - keputusan yang diterima oleh lembaga legislatif bisa

18 dijalankan. Implementasi juga bisa diartikan dalam konteks keluaran, atau sejauh mana tujuan - tujuan yang telah direncanakan mendapatkan dukungan, seperti tingkat pengeluaran belanja bagi suatu program. Akhirnya, pada tingkat abstrasi yang paling tinggi, dampak implementasi mempunyai, makna bahwa telah ada perubahan yang bisa diukur dalam masalah yang luas yang dikaitkan dengan program, Undang - Undang publik, dan keputusan yudisial. Misalnya, apakah kemiskinan telah bisa dikurangi atau warga negara merasakan lebih aman dalam kehidupan sehari - harinya dibandingkan pada waktu sebelum penetapan program kesejahteraan sosial atau kebijakan pemberantasan kejahatan. Singkatnya, implementasi sebagai suatu konsep semua kegiatan ini. Sekalipun implementasi merupakan fenomena yang kompleks, konsep itu bisa dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran, dan suatu dampak. Implementasi juga melibatkan sejumlah aktor, organisasi, dan teknik - teknik pengendalian.

Menurut Ripley dan Franklin dalam Winarno, (2007) Implementasi apa yang terjadi setelah Undang - Undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output).

Istilah implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti persyaratan yang telah ada untuk mencapai

tujuan-19 tujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah. Implementasi mencakup tindakan - tindakan oleh berbagai aktor, khususnya para birokrat untuk membuat program berjalan. Implementasi mencakup banyak macam kegiatan yaitu pertama, badanbadan pelaksana yang ditugasi oleh undang

-undang dengan tanggung jawab menjalankan program harus mendapatkan sumber - sumber ini meliputi, personil, peralatan, lahan tanah,bahan - bahan mentah, dan uang. Kedua, badan-badan pelaksana mengembangkan bahasa anggaran dasar menjadi arahan-arahan konkret, regulasi, serta rencana-rencana dan desain program. Ketiga, badan - badan pelaksana harus mengorganisasikan kegiatan-kegiatan mereka dengan menciptakan unit-unit birokrasi dan rutinitas untuk mengatasi beban kerja.

Dalam kamus Webster dalam Wahab (2008), implement (implementasi) berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu. Implementasi kebijaksanaan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan (biasanya dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif, atau dekrit Presiden). Jadi implementasi berarti menyediakan sarana untuk melaksankan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu tertentu.

20 Menurut Jones(1996), implementasi kebijaksanaan adalah merupakan suatu proses kebijakan yang dapat dilakukan dengan mudah. Tetapi pelaksanaannya menurut adanya syarat antara lain, adanya orang atau pelaksana, uang,dan kemanapun organisasional, yang disebut dengan resources (sumber daya).

Van Meter dan Van Horn dalam Wahab, (2008) membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha - usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan- keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah Undang- Undang ditetapkan dan akan disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut.

Daniel A. Mazmanian dan paul A. Sabatier dalam Wahab, (2008) mengatakan bahwa: untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman- pedoman kebijaksanaan Negara, yang mencakup baik usaha - usaha untuk mengadministrasikannya

21 maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

Berdasarkan pandangan yang diutarakan oleh para ahli tersebut di atas dapatlah kita simpulkan bahwa proses implementasi kebijaksanaan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan administrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan minimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang berlangsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat, dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak baik yang diharapkan (intended) maupun yang tidak diharapkan (spillover/negative effects).

Jadi implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk Undang-Undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan-keputusan badan peradilan.

Keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin di capai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan/mengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya di awali dengan tahapan pengesahan Undang- Undang, kemudian output kebijaksanaan dalam bentuk

22 pelaksanaan keputusan oleh badan (instansi) pelaksaan, kesediaan dilaksanakannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok-kelompok sasaran, dampak nyata, baik yang dikehendaki atau yang tidak, dari output tersebut, dampak keputusan sebagai dipersepsikan oleh badan-badan yang mengambil keputusan, dan akhirnya perbaikan-perbaikan penting (atau upaya untuk melakukan perbaikan-perbaikan) terhadap Undang - Undang/peraturan yang bersangkutan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah sumber - sumber yang di dalamnya termasuk manusia, dana, dan kemampuan organisasional, baik oleh pemerintah maupun swasta untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat kebijakan.

Model Implementasi “the top down approach” menurut Brian W.Hogwood dan Lewis A. Gunn dalam Wahab, (2008).Untuk dapat mengimplementasikan kebijaksanaan Negara secara sempurna maka diperlukan beberapa persyaratan tertentu sebagai berikut:

A. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan/instansi pelaksana tidak akan menimbulkan gangguan/kendala yang serius.

B. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber -sumber yang cukup memadai

23 C. Perpaduan sumber - sumber yang diperlukan benar-benar

tersedia

D. Kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan kualitas yang handal

E. Hubungan kualitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai penghubungnya

F. Hubungan saling ketergantungan harus kecil

G. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan

H. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat

I. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna

J. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

Selanjutnya Model Proses Implementasi Kebijaksanaan menurut Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2007),yaitu proses implementasi akan di pengaruhi oleh dimensi-dimensi kebijaksanaan semacam itu, dalam artian bahwa implementasi kebanyakan akan berhasil apabila perubahan yang dikehendaki relatif sedikit, sementara kesepakatan terhadap tujuan, terutama dari mereka yang mengoperasikan program dilapangan relatif tinggi.

24 Bahwa jalan yang menghubungkan antara kebijaksanaan dan prestasi kerja dipisahkan oleh sejumlah variabel bebas yang saling berkaitan. Variabel-variabel bebas itu ialah:

A. Ukuran dan tujuan kebijaksanaan B. Sumber-sumber kebijaksanaan

C. Ciri-ciri atau sifat badan/instansi pelaksana

D. Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

E. Sikap para pelaksana dan

F. Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik

Variabel-variabel kebijaksanaan bersangkut paut dengan tujuan-tujuan yang telah digariskan dan sumber-sumber yang tersedia. Pusat perhatian pada badan-badan pelaksana meluputibaik organisasi formal maupun informal: sedangkan komunikasi antar organisasi terkait beserta kegiatan-kegiatan pelaksanaannya mencakup antar hubungan didalam lingkungan sistem politik dan dengan kelompok-kelompok sasaran. Akhirnya, pusat perhatian pada sikap para pelaksana mengantarkan kita pada telah mengenai orientasi dari mereka yang mengoperasionalkan program dilapangan.

Adapun model yang dikembangkan oleh Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier dalam Wahab, (2008) disebut Kerangka Analisis Implementasi. Kedua ahli ini berpendapat bahwa peran penting dari

25 analisis implementasi kebijaksanaan Negara ialah mengindentifikasikan variabel -variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi.

Variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori besar, yaitu:

- Mudah tidaknya masalah yang akan digarap dikendalikan.

- Kemampuan keputusan kebijaksanaan untuk menstrukturkan secara tepat proses implementasinya dan - Pengaruh langsung berbagai variabel politik terhadap

keseimbangan dukungan bagi tujuan yang temuat dalam keputusan kebijaksanaan tersebut.

Ketiga kategori variabel tersebut di atas, disebut sebagai variabel bebas, dibedakan dari tahap-tahap implementasi yang harus dilalui, disebut variabel tergantung (dependent variable).

II. 2.2 Pendapat Para Ahli Tentang Implementasi

Dalam dokumen SULAWESI SELATAN” (Halaman 31-39)

Dokumen terkait