• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep implementasi menurut teori Edward III…28

Dalam dokumen SULAWESI SELATAN” (Halaman 42-57)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.2 Konsep Implementasi

II.2.3 Konsep implementasi menurut teori Edward III…28

28

29 Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Lester dan Stewart yang dikutip oleh Winarno, menjelaskan bahwa implementasi kebijakan adalah: “Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama - sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan”. Lester dan Stewart dalam Winarno (2002). Definisi diatas menekankan bahwa implementasi kebijakan merupakan sesuatu yang dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat dapat berupa Undang - undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat lembaga - lembaga pemerintah dalam kehidupan bernegara.

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan yang dijelaskan oleh Edward III dalam buku Implementing Public Policy dapat dipengaruhi oleh faktor - faktor diatas, adapun keberhasilan suatu implementasi kebijakan yaitu:

1.) Communication menurut Edward III adalah:

“The first requirement for effective policy implementation is that those who are implement a decision must know what they are supposed to do. Policy decisions and implementation orders must be transmitted to appropriate personal before they can be followed.

Naturally, these communications need to be accurate, and they must be accurately perceived by implementors. many obstacles lie in the path of transmission of implementation communications”(Edward III, 1980).

30 Jadi berdasarkan pengertian George C. Edwards III, komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari pelaksanaan. Pelaksanaan yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan dikerjakan.

Pengetahuan atas apa yang akan dikerjakan dapat berjalan apabila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan dan peraturan pelaksanaan harus ditransmisikan (dikomunikasikan) kepada bagian personalia yang tepat. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan Menurut Hogwood dan Gunn dalam Wahab, komunikasi memegang peranan penting bagi berlangsungnya koordinasi implementasi kebijakan.

Menurut Hogwood dan Gunn yang dikutip oleh Wahab bahwa koordinasi bukanlah sekedar menyangkut persoalan mengkomunikasikan informasi ataupun membentuk struktur - struktur administrasi yang cocok, melainkan menyangkut pula persoalan yang lebih mendasar, yaitu praktik pelaksanaan kebijakan Hogwood dan Gunn dalam Wahab, (2005). Berdasarkan penjelasan teori diatas maka faktor - faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam implementasi kebijakan harus adanya kejelasan petunjuk dalam implementasi kebijakan dan kejelasan, konsistensi dalam menjalankan sebuah kebijakan maka Dengan terpenuhinya ketiga faktor pendukung komunikasi maka akan tercapainya

31 sebuah implementasi kebijakan yang baik dan sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

2.) Resourcrces dalam keberhasilan suatu implementasi kebijakan menurut menurut Edward III adalah:

“No matter how clear and consistent implementation orders are andno matter how accurately they are transmitted, if the personel responsible out policies lack the resources to do an affective job, implementation will not be effective. important resources include staff of the proper size and with the necessary expertise; relevant and adequate information on how to implement policies and on the compliance of others involved in implementation: the authority to ensure that policies are carried out as they intended; and facilities (including buildings,equipment,land and supplies) in which or with which to provide service will mean that laws will not be provided, and reasonable regulations will not be developed” (Edward III, 1980)

Menurut George C. Edward III bahwa sumber - sumber yang dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan adalah salah satunya sumber daya yang tersedia, karena menurut GeorgeC Edward III sumber daya merupakan sumber penggerak dan pelaksana.

Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan proses pelaksanaan, sedangkan sumber daya merupakan keberhasilan proses implementasi yang dipengaruhi dengan pemanfaatan sumber daya manusia, biaya, dan waktu.

Berdasarkan penjelasan diatas maka faktor - faktor pendukung sumberdaya menjadi bagian penting apabila sebuah implementasi ingin tercapai dengan tersedianya pekerja, penjelasan mengenai sebuah kebijakan dijalakan, kewenangan

32 yang dimiliki dan kelengkapan sarana dan prasaran menjadi faktor dari sumber daya dalam mencapai implementasi kebijakan dalam melaksanakan pelayanan - pelayanan publik.

3.) Dispositions dalam keberhasilan suatu implementasi kebijakan menurut Edward III adalah:

“The dispositions or attiudes of implementation is the third critical factor in our approach to the study of public policy implementation. if implementation is to proceed effectively, not only must implementors know what to do and have the capability to do it, but they must also desire to carry out a policy. most implementors can exercise considerable discretion in the implementation of policies. one of the reasons for this is their independence from their nominal superiors who formulate the policies. another reason is the complexity of the policies themselves.

the way in which implementors exercise their direction, however, depends in large part upon their dispositions toward the policies. their attitudes, in turn, will be influenced by their views toward the policies per se and by how they see the policies effecting their organizational and personal interests”.( Edward III, 1980).

Menurut George C. Edward III, disposisi atau sikap para pelaksana adalah faktor penting dalam pendekatan mengenai pelaksanaan. Jika pelaksanaan ingin efektif, maka para pelaksana tidak hanya harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, dimana kualitas dari suatu kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri dari para aktor pelaksana. Keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari disposisi (Karakteristik agen pelaksana) Disposisi atau sikap pelaksanaan, jika para pelaksana bersikap baik karena menerima suatu kebijakan maka kemungkinan besar mereka akan melaksanakan secara bersungguh-sungguh seperti tujuan yang diharapakannya. Sebaliknya jika perspektif dan tingkah laku para

33 pelaksana berbeda dengan para pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami kesulitan. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa dalam mendukung Dispositions dalam kesuksesan implementasi kebijakan harus adanya kesepakatan antara pembuat kebijakan dengan pelaku yang akan menjalankan kebijakan itu sendiri dan bagaimana mempengaruhi pelaku kebijakan agar menjalakan sebuah kebijakan tanpa keluar dari tujuan yang telah ditetapkan demi terciptanya pelayanan publik yang baik.

4.) dalam keberhasilan suatu implementasi kebijakan menurut Edward III Bureaucratic structure adalah:

“Policy implementors may know what to do and have sufficient desire and resources to do it, but they may still be hampered in implementation by the structures of the organizations in which they serve. two prominent characteristics of bureaucracies are standard operating prosedurs (SOP) and fragmentation. the former develop as internal respons to the limited time and resources of implementors and the desire for uniformity in the operation of complex and widely dispersed organizations; they often remain in force due to bureaucratic inertia” (Edward III, 1980).

Menurut George C. Edward III, walaupun sumber - sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia atau para pelaksana mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi. Birokrasi sebagai pelaksana harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.

34 Pelaksana kebijakan mungkin tahu apa yang harus dilakukan dan memiliki keinginan yang cukup dan sumber daya untuk melakukannya, tapi mereka mungkin masih terhambat di implementasi oleh struktur organisasi di mana mereka melayani.

Dua karakteristik utama birokrasi adalah prosedur operasi standar (SOP) dan fragmentasi. yaitu : pertama berkembang sebagai respon internal untuk waktu yang terbatas dan sumber daya pelaksana dan keinginan untuk keseragaman dalam pengoperasian kompleks dan tersebar luas organisasi, mereka sering tetap berlaku karena inersia birokrasi.

Bureaucratic structure adalah sumber - sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia atau para pelaksana mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi dan adanya standard operating procesures (SOP) standar operasi prosedur dalam rutinitas sehari - hari dalam menjalankan impelementasi kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik dan penyebaran tanggung jawab (Fragmentation) atas kebijakan yang ditetapkan.

35 Berdasarkan penjelasan diatas mengenai faktor - faktor Bureaucratic structure yang mendukung dalam suksesnya sebuah implementasi kebijakan harus adanya prosedur tetap bagi pelaku kebijakan dalam melaksanakan kebijakannya dan adanya tanggung jawab dalam menjalankan sebuah kebijakan demi mencapai tujuan yang ingin dicapai. Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih tidak kurang. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program - program atau melalui formulasi kebijakan privat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.

Berdasarkan teori Edward III yang membahas pengertian implementasi dan beberapa penjelasan faktor yang mendukung terlaksananya implementasi, saya selaku penulis memilih teori ini sebagai acuan dasar penelitian untuk mencari tahu informasi kepada beberapa pihak yang memiliki keterkaitan serta bagaimana pengaruh faktor faktor implementasi yang menunjang keberhasilan pada masalah yang di teliti.

36 II.3. Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan

A. Maksud dan Tujuan Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan

Pasal 1 ayat 8 dan 10 berbunyi :Aset adalah sumber daya yang antara lain meliputi uang, tagihan, investasi, dan barang yang dapat di ukur dalam satuan uang, serta di kuasai dan atau dimiliki oleh Pemerintah dan di harapkan member manfaat ekonomi / sosial di masa depan.

Arsip Aset Daerah untuk selanjutnya disebut arsip aset adalah informasi mengenai sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh Pemerintah Daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah, Pemerintah Daerah maupun masyarakat, serta dapat di ukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber daya yang dipelihara karena sejarah dan budaya.

Pasal 2 berbunyi: Pedoman Pengelolaan Arsip Aset Daerah ini merupakan acuan bagi SKPD pemerintah daerah Sulawesi Selatan dalam rangka melaksanakan pengelolaan arsip aset milik daerah.

Peraturan tersebut mengimplementasikan terwujudnya pengelolaan arsip aset daerah yang baik dan benar khususnya

37 pada arsip aset yang ada di Kantor Biro Pengelolaan Barang dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Agar terhindar dari masalah - masalah dan penyalagunaan arsip aset dari pihak yang tidak bertanggung jawab dan dapat menjaga dan melestarikan arsip aset yang tersedia.

Adapun ruang lingkup pedoman pengelolaan arsip aset daerah untuk di implementasikan atau di komunikasikan memerlukan langkah langkah sebagai berikut:

1. Identifikasi arsip aset 2. Penelusuran arsip aset 3. Penataan arsip aset

4. Perlindungan dan pengamanan arsip aset 5. Penyelamatan dan pemulihan arsip aset 6. Akses informasi arsip aset.

1. Maksud dari identifikasi arsip aset yaitu , mengklasifikasi semua arsip aset yang mana arsip penting dan arsip tidak penting dimana arsip tersebut harus di identifikasi dengan cara memahami struktur dari arsip tersebut seperti arsip aset bergerak dan tidak bergerak, mengidentifikasi fungsi - fungsi substansi dan fungsi fasilitatif , mengidentifikasi unit - unit kerja yang melaksanakan tugas dan fungsi yang menghasilkan arsip sesuai dengan kriteria arsip aset, mengidentifikasi substansi informasi arsip yang tercipta pada unit - unit kerja potensial

38 sebagai pencipta arsip aset dan membuat daftar yang berisi arsip aset dan SKPD / unit kerja pencipta serta melakukan pendataan arsip aset.

2. Penelusuran arsip aset yaitu, kegiatan penelusuran arsip aset dilakukan terhadap arsip aset yang sudah terindentifikasi dalam daftar rekapitulasi namun berketerangan tidak lengkap dan tidak asli (duplikasi), dan bertujuan untuk mengetahui keberadaan arsip aset selanjutnya akan di lakukan koordinasi dengan pejabat atau penanggung jawab dari proses pengadaan barang milik Negara / Daerah sampai dengan penyerahan kepada pengguna, sehingga apabila diperlukan dapat diperoleh informasi mengenai keberadaan arsip dari barang milik Negara / Daerah yang teridentifikasi

3. Penataan arsip aset yaitu, sebuah rangkaian dalam melakukan penataan dokumen - dokumen yang telah di inventarisir ke dalam sebuah kelompok arsip. Arsip yang telah dibuatkan daftar kemudian di tata di ruangan khusus penyimpan arsip aset.

Penataan arsip aset ini disesuaikan dengan fasilitas ruang simpan dan media rekamnya

4. Perlindungan dan pengamanan arsip aset adalah sebuah metode yang di gunakan dalam perlindungan arsip aset, dengan cara membuat duplikasi dan dispersal (pemencaran). Yang kedua dengan menggunakan peralatan khusus untuk

39 melindungi arsip aset dari musibah atau bencana. Selanjutnya pengamanan fisik arsip dilaksanakan dengan maksud untuk melindungi arsip dari ancaman atau faktor pemusnah / perusak arsip.

5. Penyelamatan dan pemulihan arsip aset, untuk menjaga kemungkinan kerusakan yang lebih parah maka diperlukan langkah langkah penyelamatan arsip aset pasca musibah atau bencana dengan melakukan tindakan penyelamatan dan pemulihan dari kerusakan arsip.

6. Akses informasi arsip aset, mengingat arsip aset yang sangat penting, maka untuk melakukan akses arsip aset perlu di perhatikan keamanannya baik dari segi identitas arsip, penyusunan prosedur, pemberian kode secara rahasia tidak lepas dari terjaga nya informasi arsip aset.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang pengelolaan barang Milik Negara/Daerah mengamanatkan bahwa pemerintah, Pemerintah Daerah wajib menyampaikan pertanggung jawaban atas pelaksanaan APBN dalam bentuk laporan keuangan sebagai bentuk pertanggung jawaban atas barang milik Negara dan / atau barang milik Daerah. Informasi barang milik Negara dan / atau barang milik Daerah memberikan sumbangan yang signifikan dalam laporan keuangan / neraca terutama yang berkaitan dengan pos-pos persediaan, Aset tetap, maupun Aset lainnya.

40 Pemerintah wajib melakukan pengamanan terhadap barang milik Negara dan atau barang milik Daerah. Pengamanan meliputi pengamanan fisik, pengamanan administrasi, dan pengamanan hukum. Dalam rangka pengamanan administrasi dibutuhkan system penatausahaan yang dapat menciptakan pengendalian atas barang milik Daerah.

Maksud disusunnya Pedoman Pengelolaan Arsip Aset Daerah ini yaitu untuk menjadi petunjuk dan acuan bagi SKPD / jajaran Pemerintah Daerah dalam mengelola Arsip Aset Daerah agar terhindar dari kemungkinan kerusakan, kehilangan dan pemusnahan. Sedangkan tujuannya yaitu teridentifikasi dan terkelolanya Arsip Aset Daerah di setiap SKPD / jajaran Pemerintahan Daerah sesuai dengan kaidah - kaidah yang benar dalam Pengelolaan Dokumen / Arsip.

B. Kondisi Yang Diharapkan

Dengan berjalannya program dan kegiatan penataan dan penertiban Arsip/ Dokumen Aset Daerah diharapkan dapat tercipta suatu kondisi sebagai berikut:

1. Setiap Aset/ Barang yang diadakan dengan anggaran Daerah dapat diketahui keberadaan dokumennya.

2. Setiap barang milik Daerah dapat dijamin keberadaan dokumennya

41 3. Setiap barang milik Daerah dapat dipastikan pemegang

kewenangan dalam pengelolaan dokumennya.

4. Terjaminnya penyimpanan dan pengamanan dokumen Aset/

Barang Milik Daerah dan

5. Keberadaan dan keselamatan dokumen Aset/ Barang Milik Daerah dapat dipantau dengan mudah.

C. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dengan pengaturan ini yaitu:

Meningkatkan tingkat opini lembaga pemeriksa keuangan terhadap laporan keuangan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagai salah satu aspek membangun kepercayaan masyarakat kepada Pemerintah Daerah dan Negara.

1. Memberikan kontribusi positif bagi penyusunan neraca keuangan.

2. Hilangnya potensi konflik atas keberadaan dan kepemilikan barang

3. Terselesaikannya konflik/ permasalahan hukum yang berkaitan dengan keberadaan/ kepemilikan Aset dengan lebih cepat,murah, dan pasti dan

4. Terhindarnya kehilangan Aset/ Barang Negara atau Daerah sebagai salah satu bentuk kekayaan publik Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

42 D. Sasaran

Sasaran pedoman ini yaitu terwujudnya Pengelolaan Arsip Aset Daerah oleh Pemerintah Daerah Provinsi termasuk BUMD.

Dalam jangka panjang, program ini diharapkan juga dapat diberlakukan untuk seluruh instansi/SKPD Pemerintah Daerah yang berimplikasi positif pada Kabupaten/ Kota atau Organisasi/ instansi lain yang diwajibkan mempertanggung jawabkan Pengelolaan Aset/

Barang Milik Daerah kepada publik.

E. Ruang Lingkup

Pengadaan Barang Milik Pemerintah Daerah merupakan urusan dari Biro Pengelolaan Aset Daerah yang membidangi bagian Program penataan Dokumen Barang Milik Daerah tidak memasuki wilayah teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah yang dilakukan mulai dari pengadaan, inventarisasi, sampai dengan penghapusannya. Kegiatan ini juga tidak memasuki permasalahan hukum yang berkaitan dengan keabsahan dokumen dari setiap barang yang teridentifikasi maupun masalah hukum lain.

Program itu juga tidak memasuki wilayah penafsiran nilai nominal dari barang yang didata. Nilai tafsiran akan mengikuti besaran yang telah ditentukan sebelumnya dalam Sistem Akuntansi Barang Milik Negara atau Daerah (SABMN) atau system lain yang berlaku untuk itu.

43 Program ini memfokuskan pada manajemen pengelolaan Arsip/

Dokumen, yang dimulai dari kegiatan identifikasi dan penelusuran dokumen dari setiap jenis Aset/ Barang yang merupakan milik Daerah untuk kemudian ditindaklanjuti dengan teknis penyimpanan dan penyelamatan dokumen atas barang yang ada.

Ruang lingkup materi pedoman ini meliputi identifikasi, penataan, perlindungan, pengamanan, penyelamatan, pemulihan, dan pemanfaatan Arsip Aset Daerah pada SKPD Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota, dan BUMD.

Dalam dokumen SULAWESI SELATAN” (Halaman 42-57)

Dokumen terkait