• Tidak ada hasil yang ditemukan

SULAWESI SELATAN”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SULAWESI SELATAN” "

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

I

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PERATURAN

GUBERNURDALAMPENGELOLAAN ARSIP ASETDIBIRO PENGELOLAAN BARANG DAN ASET DAERAH PROVINSI

SULAWESI SELATAN”

MUHAMMAD AFDHAL FAUZAN E211 13 701

PRODI ADMINISTRASI NEGARA DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018

(2)

II UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Abstrak

Muhammad Afdhal Fauzan (E21113701), “Implementasi Peraturan Gubernur Dalam Pengelolaan Arsip Aset di Biro Pengelolaan Barang dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.” Xiv + 110 Halaman + 6 Gambar + 2 Tabel + 27 Kepustakaan (1980-2014) + Lampiran.

Dibimbing OlehProf. Dr. Muh.Akmal Ibrahim, M.Si dan Dr.Syahribulan, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi Peraturan Gubernur No. 48 Tahun 2015 tentang pedoman Pengelolaan Arsip Aset di Biro Pengelolaan Barang dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Metode penelitian yang di lakukan pada penelitian ini adalah metode kualitatif karena penelitian ini tidak bertujuan untuk membuktikan suatu hipotesis, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Peraturan Gubernur No.48 Tahun 2015 sudah di implementasikan tetapi masih perlu peningkatan dengan cara mengadakan sosialisi atau bimtek yang di selenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip agar para pelaku implementor lebih memahami secara mendalam mengenai kebijakan yang akan di implementasikan.

Adapun fasilitas yang terdapat pada kantor tersebut sudah cukup memadai, karena salah satu penunjang keberhasilan sebuah implementasi kebijakan adalah adanya fasilitas – fasilitas yang mendukung

Kata Kunci : Implementasi, Peraturan Gubernur No.48 tahun 2015, Arsip Aset Daerah, Kearsipan

(3)

III HASANUDDIN UNIVERSITY

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL

Abstract

Muhammad Afdhal Fauzan (E21113701), "Implementation of Governor Regulation In Asset Archive Management In The Goods And Asset Management Bureau Of The Province Of Sulawesi Selatan.

" Xiv + 110 Page + 6 pictures + 2 Table + 27 Literatures (1980-2014) + Attachment. Advised By Prof. Dr. Muh.Akmal Ibrahim, M.Si and Dr.Syahribulan, M.Si.

The research aims to determine the Implementation of Governor Regulation Number 48 of 2015 on the Management manual of Asset Archive in the Asset Bureau of the of South Sulawesi Province. The method conducted in this research is a qualitative method because this research aims to prove a hypothesis, while the data analysis technique used is descriptive analysis of qualitative approach.

The research of this study indicate that the Governor Regulation No.48 of 2015 has been implemented but still needs to be increased by way of socialization or by technical guidance organized by the Library and archive so that the implementer actors would understand deeply about the policy that will be implemented. The facilities contained in the office are sufficient because one of the supporting successes of a policy implementation is the existence of the funding facilities.

Keywords: Implementation, Governor Regulation Number .48 of 2015, Archive of Regional Asset, Archive

(4)

IV

(5)

V

(6)

VI

(7)

VII KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR DALAM PENGELOLAAN ARSIP ASET DI BIRO PENGELOLAAN BARANG DAN ASET PROVINSI SULAWESI SELATAN”

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana di Prodi Administrasi Negara Konsentarasi Manajemen Kearsipan, Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin. Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi karena kemampuan dan pengetahuan penulis yang terbatas.

Namun berkat adanya bimbingan, doa, perjuangan, motivasi dan masukan-masukan positif dari berbagai pihak yang sangat membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, sehingga semua dapat teratasi dengan baik. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri masih terdapat banyak

(8)

VIII kekurangan dalam penulisan skripsi ini. oleh karena itu melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi- tingginya dan mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Orang tua penulis,

Ayahanda Drs. Muh. Natsir Azikin M.Si dan Ibunda Dra. Siti Harlina Halim yang telah mengasuh dan tak henti hentinya mendoakan, membimbing, menyemangati penulis serta mengiringi langkah penulis, hingga dapat menyelesaikan studi dengan baik, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.

Semoga Allah SWT memberikan selalu senantiasa memberikan umur panjang, kesehatan dan bahagia dalam kehidupan mereka, amin.

Dalam menyusun skripsi ini tidak mungkin akan terlaksana tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak , untuk itu izinkanlah penulis menghaturkan banyak terimakasih dan penghargaan yang sedalam- dalamnya :

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, MA. selaku Rektor Universitas Hasanuddin

2. Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

3. Dr. Hasniati, S.Sos.,M.Si. selaku ketua dan Drs. Nelman Edy, M.Si.

selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

(9)

IX 4. Prof. Dr. Muh. Akmal Ibrahim, M.Si selaku Dosen Pembimbing I, Dr.Syahribulan, M.Si. selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dengan segala arahan dan saran saran yang sangat berharga kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Nelman Edy, M.Si, Dr. Atta Irene Allorante, M.Si, dan Adnan Nasution, S.Sos. M.Si. selaku Dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin yang telah membagi ilmunya kepada penulis.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan yang telah membagi ilmu yang dimilikinya kepada penulis

8. Seluruh Staff Departemen Ilmu Administrasi ( Kak Ros, Pak Revi, Kak Aci, Ibu Ani, dan Pak Lili) dan Staff Fakultas yang telah membantu proses pengurusan berkas administrasi penulis

9. Pegawai Di kantor (Pemerintah Sulawesi Selatan ,Gubernur Sulawesi Selatan) Di Biro Pengelolaan Barang Dan Aset Daerah Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang telah yang telah memberikan izin, arahan dan bantuan selama proses penelitian

10. Kepada kedua adik ku Dhiya Izzatul Zayyan dan Muhammad Faizin Nazhar yang banyak memberikan motivasi dan kesuksesan menyertainya

(10)

X 11. Terima Kasih Kepada Windah Mutmainnah yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Teman-teman Kearsipan 2013 yang telah menemani penulis selama kuliah.

13. Seluruh Keluarga UKM Karate-Do Gojukai Komisariat Daerah Sulawesi Selatan Unit FISIP Universitas Hasanuddin.

14. Teman-teman KKN Reguler Gel.96 Se-Posko Desa Minasa upa Maros, Aditya wijaya, Muhammad adhim, Hasnawati, Arsita, irra , yang telah menemani dalam proses pengabdian kepada masyarakat.

15. Teman-teman KKN Reguler Gel. 96 se-Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros.

16. dan semua pihak yang telah memberikan penulis dukungan, perhatian, motivasi yang tidak sempat penulis tulis satu persatu terima kasih.

Tiada kata yang bisa penulis utarakan selaian ungkapan terima kasih kepada semua pihak. semoga semua kebaikan kalian dapat bernilai ibadah dan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga kita tetap berada dalam kebaikan dan kebahagian. Akhir kata penulis berharap semoga skrispsi ini bermanfaat bagi kita dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Makassar, 21 Februari 2018

Penulis.

(11)

XI DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………i

ABSTRAK...ii

ABSTRACT...iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN……….iv

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI………..v

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI……….vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ...xi

DAFTARGAMBAR...xiv

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ………....1

I.2 Rumusan Masalah ………11

I.3 Tujuan Penelitian ………..12

I.4 Manfaat Penelitian ………...12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Konsep Kebijakan………13

II. 1.1 Pengertian kebijakan secara umum………...13

II. 1.2 Pendapat para ahli tentang kebijakan………14

II.2 Konsep Implementasi...17

II.2.1 Konsep Implementasi Kebijakan ………17

II.2.2 Pendapat para ahli tentang implementasi…...25

II.2.3 Konsep implementasi menurut teori Edward III…28 II.3 Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan...36

II.4 Konsep Pengelolaan.………..……….………43

II.4.1 Pengertian Pengelolaan ………...………..….43

II.5. Konsep kearsipan ………...45

II.5.1 Pengertian Kearsipan...45

II.5.2 Pengertian Arsip.………...………….46

II.5.3 Tujuan Kearsipan …...………...………...49

II.5.4 Fungsi Arsip..………...……51

II.5.5. Masalah - masalah dalam Kearsipan …………...53

(12)

XII

II.6. Implementasi Kebijakan.………...56

II.6.1. Komunikasi ………...58

II.6.2. Sumber Daya ………...………...60

II.6.3. Disposisi ……….………...62

II.6.4. Struktur Birokrasi ………....63

II.6.5 Kerangka Pikir ………...65

BAB III METODE PENELITIAN III.1. Pendekatan Penelitian ………...67

III.2. Lokasi Penelitian ……….68

III.3. Dasar Penelitian ………..68

III.4. Fokus Penelitian...……...………...68

III.5. Informan Penelitian ………...70

III.6. Jenis dan Sumber Data ………...70

III.7. Teknik Pengumpulan Data ………...71

III.8. Teknik Analisis Data ……...………72

BAB IV GAMBARAN UMUM IV. 1. Profil Biro Pengelolaan Barang Dan Aset Daerah...74

IV. 2. Visi Dan Misi Biro Pengelolaan Barang Dan Aset Daerah...75

IV. 3. Tujuan Strategis Biro Pengelolaan Barang Dan Aset Daerah...76

IV. 4. Pengelolaan Kearsipan Biro Pengelolaan Barang dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Selatan...77

IV. 5. Struktur Organisasi Biro Pengelolaan Barang dan Aset Daerah Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan...83

IV. 6. Tugas Pokok dan Fungsi Biro Pengelolaan Barang dan Aset Daerah Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan...84

(13)

XIII BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Komunikasi ...90

V.2 Sumber Daya ...95

V.3 Disposisi ...101

V.4 Struktur Birokrasi ...103

BAB VI. PENUTUP VI.1 Kesimpulan...105

VI.2 Saran...106

DAFTAR PUSTAKA...108 LAMPIRAN

(14)

XIV DAFTAR GAMBAR

Gambar.1 Kerangka Fikir ...66

Gambar.2 Struktur Organisasi...83

Gambar.3 Fasilitas Komputer Set Kantor...99

Gambar.4 Sarana Penyimpanan Arsip Aset...100

(15)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Barang Milik Daerah merupakan potensi ekonomi yang dimiliki sebagai aset daerah. Potensi ekonomi bermakna adanya manfaat finansial dan ekonomi yang dapat diperoleh pada masa yang akan datang, yang dapat menunjang peran dan fungsi pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan pelayanan publik kepada masyarakat, (Peraturan Gubernur No.48 tahun 2015).

Barang milik daerah yang selama ini diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat, pengelolaannya masih banyak menimbulkan pemasalahan. Banyak laporan keuangan dari lembaga pengguna barang tidak memperoleh pendapat apapun (disclaimer) dari lembaga / badan pemeriksa keuangan, bahkan di banyak tempat / daerah terjadi sengketa terkait dengan kepemilikan barang milik daerah.

Kondisi tersebut semakin mengurangi tingkat efisiensi dan pengelolaan barang milik daerah dalam mendukung terciptanya tata pemerintahan yang baik (good governance). Salah satu penyebab terjadinya keadaan tersebut yaitu karena pengelolaan barang milik daerah belum dilaksanakan secara komprehensif

(16)

2 termasuk penertiban dokumen/arsip yang berkaitan dengan barang milik daerah.

Banyaknya kasus yang berkaitan dengan barang milik daerah dalam hubungannya dengan perseorangan maupun organisasi diluar pemerintahan, menuntut kita untuk mengambil langkah - langkah guna menertibkan penataan dokumen yang berkaitan dengan keberadaan barang milik daerah. Oleh karena itu Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan membuat kebijakan berupa pengaturan tentang Pengelolaan Arsip Aset di seluruh SKPD, dan BUMD lingkup Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu Lembaga Kearsipan Daerah yang memiliki tugas, fungsi, dan tanggung jawab di bidang pengelolaan arsip statis dan pembinaan kearsipan. Lembaga Kearsipan Daerahsebagai penyelenggara kearsipan di Tingkat Provinsi dan Tingkat Kabupaten/Kota.

Kegiatanadministrasi di suatu Kantor pada dasarnya juga mempunyai suatu hasil seperti unit-unit lainnya. Hasil atau produk dari suatu Kantor adalah berupa surat masuk, pengelolaan surat, dan surat keluar, laporan yang dihasilkan dan yang diterima oleh suatu kantor pada akhirnya akan berhubungan dengan kearsipan.

Jadikegiatan administrasi pada dasarnya adalah menghasilkan,

(17)

3 menerima, mengolah, dan menyimpan berbagai surat, dan lain sebagainya.

Arsip dan Administrasi adalah hal yang saling berkaitan dan berkontribusi. Administrasi dapat berjalan dengan baik karena adanya dukungan arsip, sebaliknya arsip akan tercipta seiring aktivitas (administrasi) pemerintah.

Jika sistem Kearsipan dalam bagian administrasi berjalan dengan baik maka kegiatan administrasi akan berjalan dengan lancar. Dan sebaliknya jika sistem kearsipan kurang diperhatikan, maka kegiatan administrasi akan sedikit terhambat.

Jika mendengar kata Arsip, sering kali terbayang tumpukan kertas atau berbagai dokumen lainnya yang berdebu dan kotor dimana arsiptersebut disimpan diruangan yang penuh sesak dan berantakan. Pandangan seperti ini yang sering menghambat perkembangan kearsipan pada setiap organisasi. Padahal arsip bukan hanya sekedar kumpulan kertas dan dokumen saja namun lebih dari itu, arsip memiliki arti penting dan peran yang besar dalam organisasi atau instansi. Dalam era modernisasi saat ini informasi sudah merupakan hal yang sangat penting yang tidak bisa terpisahkan dalam suatu organisasi.

Arsip sebagai informasi yang terekam yang tercipta dengan sendirinya dalam pelaksanaan kegiatan administrasi akan terus bertambah seiring dengan perkembangan kegiatan.tidak menutup

(18)

4 kemungkinan arsip yang di hasilkan dapat menjadi masalah besar apabila tidak di kelola sesuai dengan tata cara pengelolaan arsip.

Pengelolaan arsip yang baik dan tepat akan meningkatkan efektivitas dan efesiensi operasional instansi dan pelestarian bukti pertanggung jawaban nasional kepada generasi Bangsa Indonesia yang akan datang.

Menurut Undang- Undang Republik Indonesia (Nomor 43 Tahun 2009) tentang Kearsipan menjelaskan bahwa Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang di buat dan diterima oleh Lembaga Negara, Pemerintahan Daerah, Lembaga Pendidikan, Perusahaan, Organisasi Politik, Organisasi Kemasyarakatan, dan Perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.

Seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kearsipan yang di peroleh melalui pendidikan formal dan/ atau pendidikan dan pelatihan kearsipan serta mempunyai fungsi, tugas dan tanggung jawab melaksanakan kegiatan kearsipan di sebut “Arsiparis”.

Menurut Saransi dalam bukunya kearsipan Sulawesi Selatan (2014) mengatakan bahwa manajemen arsip dinamis adalah pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen dalam rangka mengelola keseluruhan daur hidup arsip.

(19)

5 Manajemen Kearsipan juga dapat diartikan sebagai suatu badan yang melakukan segala kegiatan pencatatan, penanganan, penyimpanan dan pemeliharaan surat - surat warkat yang mempunyai arti penting baik ke dalam maupun keluar, baik yang menyangkut soal - soal pemerintahan maupun non pemerintahan dengan menerapkan kebijaksanaan dan system tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan, Barthos,(2007).

Peranan Kearsipan sebagai “pusat ingatan”,sebagai sumber informasi dan sebagai alat pengawasan yang sangat diperlukan dalam setiap organisasi dalam rangka kegiatan perencanaan, penganalisaan, pengembangan, perumusan kebijaksanaan, dan pengendalian setepat - tepatnya.

Arsip mempunyai peranan yang penting dalam proses penyajian informasi bagi pimpinan untuk membuat keputusan dan merumuskan kebijakan, oleh sebab itu untuk dapat menyajikan informasi yang lengkap, cepat dan benar haruslah ada system dan prosedur kerja yang baik di bidang kearsipan.

Peranan Kearsipan dalam kegiatan administrasi sangat penting untuk menunjang kegiatan dan tugas-tugas pemerintah dalam melaksanakan pembangunan, arsip yang dimiliki suatu organisasi dapat dijadikan tolak ukur bagi kemajuan dan tingkat dinamika organisasi. Untuk mendapatkan nilai guna arsip maka perlu di kelola dengan system yang cocok, Sarana yang memadai

(20)

6 dan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan keahlian dibidang kearsipan.

Aset adalah sumber daya yang meliputi uang, tagihan, investasi, dan barang yang dapat diukur dalam satuan uang serta dikuasai dan atau dimiliki oleh Pemerintah dan diharapkan dapat memberi manfaat ekonomi/sosial dimasa depan.

Adapun beberapa barang aset yang dapat di arsipkan yaitu : 1. Produk : Kartu identitas barang: bergerak / tidak bergerak

di ikuti nilai materiil ( daftar investaris ruangan, Tracking perpindahan barang ); Sertifikasi aset, ijin penggunaan tanah dan bangunan, penetapan besaran nilai pajak, penetapan pengalihan hak atas tanah

2. Kontrak, Surat Perintah Membayar (SPM), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), faktur, putusan pengadilan, Berita Acara Surat Terima Barang /Jasa (BAST), supplier ke Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan pejabat pengadaan ke kuasa penggunaan barang); Pencatatan dalam Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara/Daerah ( SIMAK BMN).

3. Arsip Aset Daerah ( sertifikat tanah, Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor, gambar gedung, blue print, dan lain- lain); Gambar teknik; arsip hak paten dan copy right;

berkas perkara pengadilan; dokumen pengelolaan

(21)

7 keuangan daerah; Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

4. Dokumen Aset Perusahaan ( sertifikat tanah, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), gambar gedung, blue print, dan lain-lain); akte pendirian, gambar teknik, piutang lancer, saham / obligasi / surat berharga, neraca rugi laba, dokumen nasabah, dokumen kreditor termasuk agunan, dokumen merger, dokumen polis, aset lancer dan persediaan.

5. Aset tetap : peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya, kontruksi dalam pengerjaan dan aset tetap dalam renovasi : perolehan Barang Milik Daerah (BMD) gabungan, aset bersejarah, daftar barang, daftar barang bersejarah, laporan barang, daftar invertaris barang, kartu inventaris barang.

Pada Kantor Gubernur Sulawesi Selatan khususnya pada Biro Pengelolaan Barang dan Aset Daerah merupakan salah satu Kantor Pemerintahan yang tidak terlepas dari kegiatan kearsipan, dimana pengelolaan aset daerah baik itu yang berupa aset bergerak atau pun yang tidak bergerak yang memiliki banyak arsip.

Keberhasilan dalam pengelolaan arsip ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya tersedianya tenaga kearsipan, tempat

(22)

8 penyimpanan arsip yang memadai dan suasana lingkungan kerja yang kondusif serta komunikasi yang efektif .

Pengelolaan arsip di Kantor Biro Pengelolaan Barang dan Aset Daerah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pengelolaan Aset - Aset Daerah. Dalam proses atau tahapan dalam pengelolaan aset memerlukan adanya Pengelolaan Arsip yang baik dan profesional.

Hasil observasi pada Kantor Biro Pengelolaan Barangdan Aset Daerah terdapat masalah - masalah yang ada pada Pengelolaan Arsipnya atau Manajemen Kearsipannya. Masalah tersebut diantaranya penataan Arsip yang belum maksimal dan masih kurangnya tenaga Kearsipan yang lebih profesional dibidangnya. Sehingga mengakibatkan kondisi Arsip yang tidak tertata dengan baik atau kacau.

Selain permasalahan diatas masih banyaknya pegawai atau petugas kearsipan yang belum memahami mengenai masalah Arsip atau belum pernah mengikuti sosialisasi atau bimtek sama sekali mengenai pengelolalaan Arsip Aset. Disisi lain diharapkan perlu dilakukan komunikasi secara berkesinambungan para implementor terhadap staf atau para pengelola arsip aset sesuai dengan Peraturan Gubernur No.48 tahun 2015. Apabila tidak diimplementasikan isi dari pada Peraturan Gubernur ini sebagai

(23)

9 pedoman maka tujuan tidak akan tercapai sebagaimana yang kita harapkan.

Untuk mengatasi hal tersebut pihak Pemerintah di Daerah khususnya Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, perlu memberi perhatian yang lebih terhadap masalah manajemen kearsipan karena hal itu dapat mempengaruhi kinerja pemerintahan.

Menurut Undang- Undang Kearsipan no 43 Tahun 2009 tujuan penyelenggaraan Kearsipan adalah sebagai berikut:

1. Menjamin terciptanya arsip dari kegiatan yang dilakukan oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan, serta ANRI sebagai penyelenggara kearsipan nasional.

2. Menjamin ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya sebagai alat bukti yang sah.

3. Menjamin 4 terwujudnya pengelolaan arsip yang handal dan pemanfaatan arsip sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan.

4. Menjamin pelindungan kepentingan negara dan hak - hak keperdataan rakyat melalui pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang autentik dan terpercaya.

5. Mendinamiskan penyelenggaraan kearsipan nasional sebagai suatu sistem yang komprehensif dan terpadu,

(24)

10 6. Menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti pertanggung jawaban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

7. Menjamin keselamatan aset nasional dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, pertahanan, serta keamanan sebagai identitas dan jati diri bangsa, dan

8. Meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang autentik dan terpercaya.

Pengelolaan Arsip secara baik dapat menunjang proses administrasi jadi lebih lancar dan terarah. Disisi lain Arsip Nasional Republik Indonesia mempunyai mimpi untuk membina semua instansi Pemerintah dalam pengelolaan Arsip agar menjadi instansi sadar Arsip atau tertib Arsip.

“Penelitian ini merupakan perbandingan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasfi (2013). Hasfi (2013) meneliti tentang pengelolaan barang milik daerah Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sintang dan hasilnya menunjukkan bahwa, pengelolaan barang milik daerah pada DPPKA Kabupaten Sintang belum sepenuhnya terlaksana dengan baik dan tidak sesuai prosedur yang diatur dalam PP No. 6 Tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik daerah dihadapkan beberapa kendala dibidang organisasi, sumber daya aparatur,

(25)

11 aturan dan praktek manajemen pengelolaan barang yang belum sesuai dengan aturan yang ada.”.

Sebagaimana Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan nomor 48 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Arsip Aset Daerah, Namun masih banyak Kantor - Kantor instansi Pemerintah dan Swasta yang masih belum mengimplementasikan Peraturan Daerah dan mengabaikan pekerjaan ini dengan barbagai alasan mulai dari tenaga Arsiparis yang tidak ada sampai dengan sarana dan prasarana yang tidak memadai. Sehingga dari pemikiran diatas dirasa perlu untuk melakukan penelitian tentang “IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 48 TAHUN 2015, DALAM PENGELOLAAN ARSIP ASET DI BIRO PENGELOLAAN BARANG DAN ASET DAERAHPROVINSI SULAWESI SELATAN”

I.2. Rumusan Masalah

Sebagaimana telah dijelaskan pada latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

“Bagaimana implementasi Peraturan Gubernur Nomor 48 Tahun 2015, Dalam Pengelolaan Arsip Aset di Biro Pengelolaan Barang Dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.”

(26)

12 I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: “Untuk mengetahui implementasi Peraturan Gubernur dalam Pengelolaan Arsip Aset di Biro Pengelolaan Barang Dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Selatan”

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam hal sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan yang bermanfaat dalam pengembangan Ilmu pengetahuan khususnya dalam mengimplementasikan Peraturan Gubernur No.48 Tahun 2015 dalam Pengelolaan Arsip Aset Daerah.

b. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi Kantor Gubernur khususnya di Biro Pengelolaan Barang dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dan dapat dijadikan bahan pembanding untuk penelitian sejenisnya.

(27)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA II. 1. Konsep Kebijakan

II. 1.1 Pengertian Kebijakan Secara Umum

Sebelum dibahas lebih jauh mengenai konsep kebijakan publik, kita perlu mengakaji terlebih dahulu mengenai konsep kebijakan atau dalam Bahasa Inggris sering kita dengar dengan istilah

“policy”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb) pernyataan cita - cita, tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat.

Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving dan proaktif. Berbeda dengan Hukum (Law) dan Peraturan (Regulation), kebijakan lebih bersifat adaptif dan intepratatif, meskipun kebijakan juga mengatur “apa yang boleh, dan apa yang tidak boleh”. Kebijakan juga diharapkan dapat bersifat umum tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang

(28)

14 spesifik. Kebijakan harus memberi peluang diintepretasikan sesuai kondisi spesifik yang ada.

Contoh kebijakan adalah:

(1) Undang - Undang (2) Peraturan Pemerintah

(3) Keputusan Presiden (4) Keputusan Menteri (5) Peraturan Daerah (6) Keputusan Bupati, dan

(7) Keputusan Direktur.

Setiap kebijakan yang dicontohkan di sini adalah bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh obyek kebijakan. Contoh di atas juga memberi pengetahuan pada kita semua bahwa ruang lingkup kebijakan dapat bersifat makro, meso, dan mikro.

II. 1.2 Pendapat Para Ahli Tentang Kebijakan

Carl J Federick dalam Agustino (2008) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan - hambatan (kesulitan- kesulitan) dan kesempatan - kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan

(29)

15 bagian yang penting dari definisi kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.

Wahab mengemukakan bahwa istilah kebijakan sendiri masih terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli.

Maka untuk memahami istilah kebijakan, Wahab(2008) memberikan beberapa pedoman sebagai berikut:

a. Kebijakan harus dibedakan dari keputusan

b. Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari administrasi

c. Kebijakan mencakup perilaku dan harapan - harapan

d. Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan

e. Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai f. Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik

eksplisit maupun implisit

g. Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu

h. Kebijakan meliputi hubungan - hubungan yang bersifat antar organisasi dan yang bersifat intra organisasi

i. Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci lembaga - lembaga pemerintah

(30)

16 j. Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif Menurut Winarno (2007), istilah kebijakan (policy term) mungkin digunakan secara luas seperti pada “kebijakan luar Negeri Indonesia” , “kebijakan ekonomi Jepang”, dan atau mungkin juga dipakai untuk menjadi sesuatu yang lebih khusus, seperti misalnya jika kita mengatakan kebijakan pemerintah tentang debirokartisasi dan deregulasi. Namun baik Solihin Abdul Wahab maupun Budi Winarno sepakat bahwa istilah kebijakan ini penggunaanya sering dipertukarkan dengan istilah lain seperti tujuan (goals) program, keputusan, undang - undang, ketentuanketentuan, standar, proposal dan grand designSuharno (2010).

James E Anderson dalam Islamy, (2009) mengungkapkan bahwa kebijakan adalah “a purposive course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter of concern” (Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).

Konsep kebijakan yang ditawarkan oleh Anderson ini menurut Winarno (2007) dianggap lebih tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu konsep ini juga membedakan secara tegas antara kebijakan (policy) dengan

(31)

17 keputusan (decision) yang mengandung arti pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada.

Richard Rose dalam Winarno, (2007) juga menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai keputusan yang berdiri sendiri. Pendapat kedua ahli tersebut setidaknya dapat menjelaskan bahwa mempertukarkan istilah kebijakan dengan keputusan adalah keliru, karena pada dasarnya kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekadar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu.

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah tindakan - tindakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau pemerintah yang di dalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.

II. 2 Konsep Implementasi

II.2.1 Konsep Implementasi Kebijakan

Implementasi dikonseptualisasikan sebagai suatu proses, atau serangkaian keputusan dan tindakan yang ditujukan agar keputusan - keputusan yang diterima oleh lembaga legislatif bisa

(32)

18 dijalankan. Implementasi juga bisa diartikan dalam konteks keluaran, atau sejauh mana tujuan - tujuan yang telah direncanakan mendapatkan dukungan, seperti tingkat pengeluaran belanja bagi suatu program. Akhirnya, pada tingkat abstrasi yang paling tinggi, dampak implementasi mempunyai, makna bahwa telah ada perubahan yang bisa diukur dalam masalah yang luas yang dikaitkan dengan program, Undang - Undang publik, dan keputusan yudisial. Misalnya, apakah kemiskinan telah bisa dikurangi atau warga negara merasakan lebih aman dalam kehidupan sehari - harinya dibandingkan pada waktu sebelum penetapan program kesejahteraan sosial atau kebijakan pemberantasan kejahatan. Singkatnya, implementasi sebagai suatu konsep semua kegiatan ini. Sekalipun implementasi merupakan fenomena yang kompleks, konsep itu bisa dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran, dan suatu dampak. Implementasi juga melibatkan sejumlah aktor, organisasi, dan teknik - teknik pengendalian.

Menurut Ripley dan Franklin dalam Winarno, (2007) Implementasi apa yang terjadi setelah Undang - Undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output).

Istilah implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti persyaratan yang telah ada untuk mencapai tujuan-

(33)

19 tujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah. Implementasi mencakup tindakan - tindakan oleh berbagai aktor, khususnya para birokrat untuk membuat program berjalan. Implementasi mencakup banyak macam kegiatan yaitu pertama, badan-badan pelaksana yang ditugasi oleh undang -

undang dengan tanggung jawab menjalankan program harus mendapatkan sumber - sumber ini meliputi, personil, peralatan, lahan tanah,bahan - bahan mentah, dan uang. Kedua, badan- badan pelaksana mengembangkan bahasa anggaran dasar menjadi arahan-arahan konkret, regulasi, serta rencana-rencana dan desain program. Ketiga, badan - badan pelaksana harus mengorganisasikan kegiatan-kegiatan mereka dengan menciptakan unit-unit birokrasi dan rutinitas untuk mengatasi beban kerja.

Dalam kamus Webster dalam Wahab (2008), implement (implementasi) berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu. Implementasi kebijaksanaan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan (biasanya dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif, atau dekrit Presiden). Jadi implementasi berarti menyediakan sarana untuk melaksankan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu tertentu.

(34)

20 Menurut Jones(1996), implementasi kebijaksanaan adalah merupakan suatu proses kebijakan yang dapat dilakukan dengan mudah. Tetapi pelaksanaannya menurut adanya syarat antara lain, adanya orang atau pelaksana, uang,dan kemanapun organisasional, yang disebut dengan resources (sumber daya).

Van Meter dan Van Horn dalam Wahab, (2008) membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha - usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan- keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah Undang- Undang ditetapkan dan akan disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut.

Daniel A. Mazmanian dan paul A. Sabatier dalam Wahab, (2008) mengatakan bahwa: untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman- pedoman kebijaksanaan Negara, yang mencakup baik usaha - usaha untuk mengadministrasikannya

(35)

21 maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

Berdasarkan pandangan yang diutarakan oleh para ahli tersebut di atas dapatlah kita simpulkan bahwa proses implementasi kebijaksanaan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan administrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan minimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang berlangsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat, dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak baik yang diharapkan (intended) maupun yang tidak diharapkan (spillover/negative effects).

Jadi implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk Undang-Undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan- keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.

Keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin di capai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan/mengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya di awali dengan tahapan pengesahan Undang- Undang, kemudian output kebijaksanaan dalam bentuk

(36)

22 pelaksanaan keputusan oleh badan (instansi) pelaksaan, kesediaan dilaksanakannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok-kelompok sasaran, dampak nyata, baik yang dikehendaki atau yang tidak, dari output tersebut, dampak keputusan sebagai dipersepsikan oleh badan-badan yang mengambil keputusan, dan akhirnya perbaikan-perbaikan penting (atau upaya untuk melakukan perbaikan-perbaikan) terhadap Undang - Undang/peraturan yang bersangkutan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah sumber - sumber yang di dalamnya termasuk manusia, dana, dan kemampuan organisasional, baik oleh pemerintah maupun swasta untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat kebijakan.

Model Implementasi “the top down approach” menurut Brian W.Hogwood dan Lewis A. Gunn dalam Wahab, (2008).Untuk dapat mengimplementasikan kebijaksanaan Negara secara sempurna maka diperlukan beberapa persyaratan tertentu sebagai berikut:

A. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan/instansi pelaksana tidak akan menimbulkan gangguan/kendala yang serius.

B. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber - sumber yang cukup memadai

(37)

23 C. Perpaduan sumber - sumber yang diperlukan benar-benar

tersedia

D. Kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan kualitas yang handal

E. Hubungan kualitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai penghubungnya

F. Hubungan saling ketergantungan harus kecil

G. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan

H. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat

I. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna

J. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

Selanjutnya Model Proses Implementasi Kebijaksanaan menurut Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2007),yaitu proses implementasi akan di pengaruhi oleh dimensi-dimensi kebijaksanaan semacam itu, dalam artian bahwa implementasi kebanyakan akan berhasil apabila perubahan yang dikehendaki relatif sedikit, sementara kesepakatan terhadap tujuan, terutama dari mereka yang mengoperasikan program dilapangan relatif tinggi.

(38)

24 Bahwa jalan yang menghubungkan antara kebijaksanaan dan prestasi kerja dipisahkan oleh sejumlah variabel bebas yang saling berkaitan. Variabel-variabel bebas itu ialah:

A. Ukuran dan tujuan kebijaksanaan B. Sumber-sumber kebijaksanaan

C. Ciri-ciri atau sifat badan/instansi pelaksana

D. Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

E. Sikap para pelaksana dan

F. Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik

Variabel-variabel kebijaksanaan bersangkut paut dengan tujuan-tujuan yang telah digariskan dan sumber-sumber yang tersedia. Pusat perhatian pada badan-badan pelaksana meluputibaik organisasi formal maupun informal: sedangkan komunikasi antar organisasi terkait beserta kegiatan-kegiatan pelaksanaannya mencakup antar hubungan didalam lingkungan sistem politik dan dengan kelompok-kelompok sasaran. Akhirnya, pusat perhatian pada sikap para pelaksana mengantarkan kita pada telah mengenai orientasi dari mereka yang mengoperasionalkan program dilapangan.

Adapun model yang dikembangkan oleh Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier dalam Wahab, (2008) disebut Kerangka Analisis Implementasi. Kedua ahli ini berpendapat bahwa peran penting dari

(39)

25 analisis implementasi kebijaksanaan Negara ialah mengindentifikasikan variabel -variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi.

Variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori besar, yaitu:

- Mudah tidaknya masalah yang akan digarap dikendalikan.

- Kemampuan keputusan kebijaksanaan untuk menstrukturkan secara tepat proses implementasinya dan - Pengaruh langsung berbagai variabel politik terhadap

keseimbangan dukungan bagi tujuan yang temuat dalam keputusan kebijaksanaan tersebut.

Ketiga kategori variabel tersebut di atas, disebut sebagai variabel bebas, dibedakan dari tahap-tahap implementasi yang harus dilalui, disebut variabel tergantung (dependent variable).

II. 2.2 Pendapat Para Ahli Tentang Implementasi a. Menurut Nurdin Usman

”Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem.

Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan” Usman (2002).

(40)

26 Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya.

b. Menurut Guntur Setiawan

“Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif” Setiawan (2004).

Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi yaitu merupakan proses untuk melaksanakan ide, proses atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan penyesuaian dalam tubuh birokrasi demi terciptanya suatu tujuan yang bisa tercapai dengan jaringan pelaksana yang bisa dipercaya.

c. Menurut Hanifah Harsono

“Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program” Harsono (2002).

(41)

27 d. Menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul Sabatier

“Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian - kejadian dan kegiatan kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman - pedoman kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha - usaha untuk mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan akibat atau dampak nyata pada masyarakat atau kejadian - kejadian.” Wahab (2008 ) e. Menurut guru besar ilmu administrasi UNPAD, Prof. H.

Tachjan

“Implementasi kebijakan publik adalah proses kegiatan administrasi yang dilakukan setelah kebijakan ditetapkan / disetujui Kegiatan ini terletak di antara perumusan kebijakan dan Implementasi Kebijakan evaluasi kebijakan mengandung logika yang top - down, yang berarti lebih rendah / alternatif menginterpretasikan -. Alternatif masih abstrak atau bersfat alternatif makro atau mikro-beton

“Tachjan. (2006).

(42)

28 II. 2. 3. Konsep Implementasi Menurut teori Edward III

Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis implementasi kebijakan tentang konservasi energi adalah teori yang dikemukakan oleh George C. Edwards III. Dimana implementasi dapat dimulai dari kondisi abstrak dan sebuah pertanyaan tentang apakah syarat agar implementasi kebijakan dapat berhasil, menurut George C.

Edwards III ada empat variabel dalam kebijakan publik yaitu Komunikasi (Communications), Sumber Daya (resources), sikap (dispositions atau attitudes) dan struktur birokrasi (bureucratic structure).

Pengertian implementasi kebijakan menurut Edward III adalah sebagai berikut:

“policy implementation as we have seen is the stage of policy making between the establishment of a policy such as the passage of a legislative act, the issuing of an executive order, the handing down of a judicial decision, or the promulgation of a regulatory rule and the consequences of the policy for the people whom it affects”.

(Edward III, 1980).

Jadi implementasi itu merupakan tindakan - tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

(43)

29 Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Lester dan Stewart yang dikutip oleh Winarno, menjelaskan bahwa implementasi kebijakan adalah: “Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama - sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan”. Lester dan Stewart dalam Winarno (2002). Definisi diatas menekankan bahwa implementasi kebijakan merupakan sesuatu yang dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat dapat berupa Undang - undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat lembaga - lembaga pemerintah dalam kehidupan bernegara.

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan yang dijelaskan oleh Edward III dalam buku Implementing Public Policy dapat dipengaruhi oleh faktor - faktor diatas, adapun keberhasilan suatu implementasi kebijakan yaitu:

1.) Communication menurut Edward III adalah:

“The first requirement for effective policy implementation is that those who are implement a decision must know what they are supposed to do. Policy decisions and implementation orders must be transmitted to appropriate personal before they can be followed.

Naturally, these communications need to be accurate, and they must be accurately perceived by implementors. many obstacles lie in the path of transmission of implementation communications”(Edward III, 1980).

(44)

30 Jadi berdasarkan pengertian George C. Edwards III, komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari pelaksanaan. Pelaksanaan yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan dikerjakan.

Pengetahuan atas apa yang akan dikerjakan dapat berjalan apabila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan dan peraturan pelaksanaan harus ditransmisikan (dikomunikasikan) kepada bagian personalia yang tepat. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan Menurut Hogwood dan Gunn dalam Wahab, komunikasi memegang peranan penting bagi berlangsungnya koordinasi implementasi kebijakan.

Menurut Hogwood dan Gunn yang dikutip oleh Wahab bahwa koordinasi bukanlah sekedar menyangkut persoalan mengkomunikasikan informasi ataupun membentuk struktur - struktur administrasi yang cocok, melainkan menyangkut pula persoalan yang lebih mendasar, yaitu praktik pelaksanaan kebijakan Hogwood dan Gunn dalam Wahab, (2005). Berdasarkan penjelasan teori diatas maka faktor - faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam implementasi kebijakan harus adanya kejelasan petunjuk dalam implementasi kebijakan dan kejelasan, konsistensi dalam menjalankan sebuah kebijakan maka Dengan terpenuhinya ketiga faktor pendukung komunikasi maka akan tercapainya

(45)

31 sebuah implementasi kebijakan yang baik dan sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

2.) Resourcrces dalam keberhasilan suatu implementasi kebijakan menurut menurut Edward III adalah:

“No matter how clear and consistent implementation orders are andno matter how accurately they are transmitted, if the personel responsible out policies lack the resources to do an affective job, implementation will not be effective. important resources include staff of the proper size and with the necessary expertise; relevant and adequate information on how to implement policies and on the compliance of others involved in implementation: the authority to ensure that policies are carried out as they intended; and facilities (including buildings,equipment,land and supplies) in which or with which to provide service will mean that laws will not be provided, and reasonable regulations will not be developed” (Edward III, 1980)

Menurut George C. Edward III bahwa sumber - sumber yang dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan adalah salah satunya sumber daya yang tersedia, karena menurut GeorgeC Edward III sumber daya merupakan sumber penggerak dan pelaksana.

Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan proses pelaksanaan, sedangkan sumber daya merupakan keberhasilan proses implementasi yang dipengaruhi dengan pemanfaatan sumber daya manusia, biaya, dan waktu.

Berdasarkan penjelasan diatas maka faktor - faktor pendukung sumberdaya menjadi bagian penting apabila sebuah implementasi ingin tercapai dengan tersedianya pekerja, penjelasan mengenai sebuah kebijakan dijalakan, kewenangan

(46)

32 yang dimiliki dan kelengkapan sarana dan prasaran menjadi faktor dari sumber daya dalam mencapai implementasi kebijakan dalam melaksanakan pelayanan - pelayanan publik.

3.) Dispositions dalam keberhasilan suatu implementasi kebijakan menurut Edward III adalah:

“The dispositions or attiudes of implementation is the third critical factor in our approach to the study of public policy implementation. if implementation is to proceed effectively, not only must implementors know what to do and have the capability to do it, but they must also desire to carry out a policy. most implementors can exercise considerable discretion in the implementation of policies. one of the reasons for this is their independence from their nominal superiors who formulate the policies. another reason is the complexity of the policies themselves.

the way in which implementors exercise their direction, however, depends in large part upon their dispositions toward the policies. their attitudes, in turn, will be influenced by their views toward the policies per se and by how they see the policies effecting their organizational and personal interests”.( Edward III, 1980).

Menurut George C. Edward III, disposisi atau sikap para pelaksana adalah faktor penting dalam pendekatan mengenai pelaksanaan. Jika pelaksanaan ingin efektif, maka para pelaksana tidak hanya harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, dimana kualitas dari suatu kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri dari para aktor pelaksana. Keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari disposisi (Karakteristik agen pelaksana) Disposisi atau sikap pelaksanaan, jika para pelaksana bersikap baik karena menerima suatu kebijakan maka kemungkinan besar mereka akan melaksanakan secara bersungguh-sungguh seperti tujuan yang diharapakannya. Sebaliknya jika perspektif dan tingkah laku para

(47)

33 pelaksana berbeda dengan para pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami kesulitan. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa dalam mendukung Dispositions dalam kesuksesan implementasi kebijakan harus adanya kesepakatan antara pembuat kebijakan dengan pelaku yang akan menjalankan kebijakan itu sendiri dan bagaimana mempengaruhi pelaku kebijakan agar menjalakan sebuah kebijakan tanpa keluar dari tujuan yang telah ditetapkan demi terciptanya pelayanan publik yang baik.

4.) dalam keberhasilan suatu implementasi kebijakan menurut Edward III Bureaucratic structure adalah:

“Policy implementors may know what to do and have sufficient desire and resources to do it, but they may still be hampered in implementation by the structures of the organizations in which they serve. two prominent characteristics of bureaucracies are standard operating prosedurs (SOP) and fragmentation. the former develop as internal respons to the limited time and resources of implementors and the desire for uniformity in the operation of complex and widely dispersed organizations; they often remain in force due to bureaucratic inertia” (Edward III, 1980).

Menurut George C. Edward III, walaupun sumber - sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia atau para pelaksana mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi. Birokrasi sebagai pelaksana harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.

(48)

34 Pelaksana kebijakan mungkin tahu apa yang harus dilakukan dan memiliki keinginan yang cukup dan sumber daya untuk melakukannya, tapi mereka mungkin masih terhambat di implementasi oleh struktur organisasi di mana mereka melayani.

Dua karakteristik utama birokrasi adalah prosedur operasi standar (SOP) dan fragmentasi. yaitu : pertama berkembang sebagai respon internal untuk waktu yang terbatas dan sumber daya pelaksana dan keinginan untuk keseragaman dalam pengoperasian kompleks dan tersebar luas organisasi, mereka sering tetap berlaku karena inersia birokrasi.

Bureaucratic structure adalah sumber - sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia atau para pelaksana mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi dan adanya standard operating procesures (SOP) standar operasi prosedur dalam rutinitas sehari - hari dalam menjalankan impelementasi kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik dan penyebaran tanggung jawab (Fragmentation) atas kebijakan yang ditetapkan.

(49)

35 Berdasarkan penjelasan diatas mengenai faktor - faktor Bureaucratic structure yang mendukung dalam suksesnya sebuah implementasi kebijakan harus adanya prosedur tetap bagi pelaku kebijakan dalam melaksanakan kebijakannya dan adanya tanggung jawab dalam menjalankan sebuah kebijakan demi mencapai tujuan yang ingin dicapai. Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih tidak kurang. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program - program atau melalui formulasi kebijakan privat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.

Berdasarkan teori Edward III yang membahas pengertian implementasi dan beberapa penjelasan faktor yang mendukung terlaksananya implementasi, saya selaku penulis memilih teori ini sebagai acuan dasar penelitian untuk mencari tahu informasi kepada beberapa pihak yang memiliki keterkaitan serta bagaimana pengaruh faktor faktor implementasi yang menunjang keberhasilan pada masalah yang di teliti.

(50)

36 II.3. Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan

A. Maksud dan Tujuan Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan

Pasal 1 ayat 8 dan 10 berbunyi :Aset adalah sumber daya yang antara lain meliputi uang, tagihan, investasi, dan barang yang dapat di ukur dalam satuan uang, serta di kuasai dan atau dimiliki oleh Pemerintah dan di harapkan member manfaat ekonomi / sosial di masa depan.

Arsip Aset Daerah untuk selanjutnya disebut arsip aset adalah informasi mengenai sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh Pemerintah Daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah, Pemerintah Daerah maupun masyarakat, serta dapat di ukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber daya yang dipelihara karena sejarah dan budaya.

Pasal 2 berbunyi: Pedoman Pengelolaan Arsip Aset Daerah ini merupakan acuan bagi SKPD pemerintah daerah Sulawesi Selatan dalam rangka melaksanakan pengelolaan arsip aset milik daerah.

Peraturan tersebut mengimplementasikan terwujudnya pengelolaan arsip aset daerah yang baik dan benar khususnya

(51)

37 pada arsip aset yang ada di Kantor Biro Pengelolaan Barang dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Agar terhindar dari masalah - masalah dan penyalagunaan arsip aset dari pihak yang tidak bertanggung jawab dan dapat menjaga dan melestarikan arsip aset yang tersedia.

Adapun ruang lingkup pedoman pengelolaan arsip aset daerah untuk di implementasikan atau di komunikasikan memerlukan langkah langkah sebagai berikut:

1. Identifikasi arsip aset 2. Penelusuran arsip aset 3. Penataan arsip aset

4. Perlindungan dan pengamanan arsip aset 5. Penyelamatan dan pemulihan arsip aset 6. Akses informasi arsip aset.

1. Maksud dari identifikasi arsip aset yaitu , mengklasifikasi semua arsip aset yang mana arsip penting dan arsip tidak penting dimana arsip tersebut harus di identifikasi dengan cara memahami struktur dari arsip tersebut seperti arsip aset bergerak dan tidak bergerak, mengidentifikasi fungsi - fungsi substansi dan fungsi fasilitatif , mengidentifikasi unit - unit kerja yang melaksanakan tugas dan fungsi yang menghasilkan arsip sesuai dengan kriteria arsip aset, mengidentifikasi substansi informasi arsip yang tercipta pada unit - unit kerja potensial

(52)

38 sebagai pencipta arsip aset dan membuat daftar yang berisi arsip aset dan SKPD / unit kerja pencipta serta melakukan pendataan arsip aset.

2. Penelusuran arsip aset yaitu, kegiatan penelusuran arsip aset dilakukan terhadap arsip aset yang sudah terindentifikasi dalam daftar rekapitulasi namun berketerangan tidak lengkap dan tidak asli (duplikasi), dan bertujuan untuk mengetahui keberadaan arsip aset selanjutnya akan di lakukan koordinasi dengan pejabat atau penanggung jawab dari proses pengadaan barang milik Negara / Daerah sampai dengan penyerahan kepada pengguna, sehingga apabila diperlukan dapat diperoleh informasi mengenai keberadaan arsip dari barang milik Negara / Daerah yang teridentifikasi

3. Penataan arsip aset yaitu, sebuah rangkaian dalam melakukan penataan dokumen - dokumen yang telah di inventarisir ke dalam sebuah kelompok arsip. Arsip yang telah dibuatkan daftar kemudian di tata di ruangan khusus penyimpan arsip aset.

Penataan arsip aset ini disesuaikan dengan fasilitas ruang simpan dan media rekamnya

4. Perlindungan dan pengamanan arsip aset adalah sebuah metode yang di gunakan dalam perlindungan arsip aset, dengan cara membuat duplikasi dan dispersal (pemencaran). Yang kedua dengan menggunakan peralatan khusus untuk

(53)

39 melindungi arsip aset dari musibah atau bencana. Selanjutnya pengamanan fisik arsip dilaksanakan dengan maksud untuk melindungi arsip dari ancaman atau faktor pemusnah / perusak arsip.

5. Penyelamatan dan pemulihan arsip aset, untuk menjaga kemungkinan kerusakan yang lebih parah maka diperlukan langkah langkah penyelamatan arsip aset pasca musibah atau bencana dengan melakukan tindakan penyelamatan dan pemulihan dari kerusakan arsip.

6. Akses informasi arsip aset, mengingat arsip aset yang sangat penting, maka untuk melakukan akses arsip aset perlu di perhatikan keamanannya baik dari segi identitas arsip, penyusunan prosedur, pemberian kode secara rahasia tidak lepas dari terjaga nya informasi arsip aset.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang pengelolaan barang Milik Negara/Daerah mengamanatkan bahwa pemerintah, Pemerintah Daerah wajib menyampaikan pertanggung jawaban atas pelaksanaan APBN dalam bentuk laporan keuangan sebagai bentuk pertanggung jawaban atas barang milik Negara dan / atau barang milik Daerah. Informasi barang milik Negara dan / atau barang milik Daerah memberikan sumbangan yang signifikan dalam laporan keuangan / neraca terutama yang berkaitan dengan pos-pos persediaan, Aset tetap, maupun Aset lainnya.

(54)

40 Pemerintah wajib melakukan pengamanan terhadap barang milik Negara dan atau barang milik Daerah. Pengamanan meliputi pengamanan fisik, pengamanan administrasi, dan pengamanan hukum. Dalam rangka pengamanan administrasi dibutuhkan system penatausahaan yang dapat menciptakan pengendalian atas barang milik Daerah.

Maksud disusunnya Pedoman Pengelolaan Arsip Aset Daerah ini yaitu untuk menjadi petunjuk dan acuan bagi SKPD / jajaran Pemerintah Daerah dalam mengelola Arsip Aset Daerah agar terhindar dari kemungkinan kerusakan, kehilangan dan pemusnahan. Sedangkan tujuannya yaitu teridentifikasi dan terkelolanya Arsip Aset Daerah di setiap SKPD / jajaran Pemerintahan Daerah sesuai dengan kaidah - kaidah yang benar dalam Pengelolaan Dokumen / Arsip.

B. Kondisi Yang Diharapkan

Dengan berjalannya program dan kegiatan penataan dan penertiban Arsip/ Dokumen Aset Daerah diharapkan dapat tercipta suatu kondisi sebagai berikut:

1. Setiap Aset/ Barang yang diadakan dengan anggaran Daerah dapat diketahui keberadaan dokumennya.

2. Setiap barang milik Daerah dapat dijamin keberadaan dokumennya

(55)

41 3. Setiap barang milik Daerah dapat dipastikan pemegang

kewenangan dalam pengelolaan dokumennya.

4. Terjaminnya penyimpanan dan pengamanan dokumen Aset/

Barang Milik Daerah dan

5. Keberadaan dan keselamatan dokumen Aset/ Barang Milik Daerah dapat dipantau dengan mudah.

C. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dengan pengaturan ini yaitu:

Meningkatkan tingkat opini lembaga pemeriksa keuangan terhadap laporan keuangan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagai salah satu aspek membangun kepercayaan masyarakat kepada Pemerintah Daerah dan Negara.

1. Memberikan kontribusi positif bagi penyusunan neraca keuangan.

2. Hilangnya potensi konflik atas keberadaan dan kepemilikan barang

3. Terselesaikannya konflik/ permasalahan hukum yang berkaitan dengan keberadaan/ kepemilikan Aset dengan lebih cepat,murah, dan pasti dan

4. Terhindarnya kehilangan Aset/ Barang Negara atau Daerah sebagai salah satu bentuk kekayaan publik Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

(56)

42 D. Sasaran

Sasaran pedoman ini yaitu terwujudnya Pengelolaan Arsip Aset Daerah oleh Pemerintah Daerah Provinsi termasuk BUMD.

Dalam jangka panjang, program ini diharapkan juga dapat diberlakukan untuk seluruh instansi/SKPD Pemerintah Daerah yang berimplikasi positif pada Kabupaten/ Kota atau Organisasi/ instansi lain yang diwajibkan mempertanggung jawabkan Pengelolaan Aset/

Barang Milik Daerah kepada publik.

E. Ruang Lingkup

Pengadaan Barang Milik Pemerintah Daerah merupakan urusan dari Biro Pengelolaan Aset Daerah yang membidangi bagian Program penataan Dokumen Barang Milik Daerah tidak memasuki wilayah teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah yang dilakukan mulai dari pengadaan, inventarisasi, sampai dengan penghapusannya. Kegiatan ini juga tidak memasuki permasalahan hukum yang berkaitan dengan keabsahan dokumen dari setiap barang yang teridentifikasi maupun masalah hukum lain.

Program itu juga tidak memasuki wilayah penafsiran nilai nominal dari barang yang didata. Nilai tafsiran akan mengikuti besaran yang telah ditentukan sebelumnya dalam Sistem Akuntansi Barang Milik Negara atau Daerah (SABMN) atau system lain yang berlaku untuk itu.

Referensi

Dokumen terkait

30 Tahun 1999 Pasal 1 angka 1 dinyatakan bahwa “Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian

Ngancap maju bersama, adu kiri, tanjak kebyok sampur kiri, dimulai Karna tusuk seret kaki kanan, tangkis kebyak sampur kiri, tusuk maju diputar ke kiri, ganti memutar

Skripsi yang berjudul ”PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP PEMBELIAN DAN PERILAKU PASCA PEMBELIAN PERUMAHAN NEW VILLA BUKIT SENGKALING” disusun untuk memenuhi serta melengkapi

DAFTAR PESERTA PLPG GELOMBANG DUA TAHUN 2011 KOTA

Usahatani kacang hijau merupakan suatu usahatani yang tidak terlepas kaitannya dengan pendapatan dan faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kacang hijau tersebut.

Dalam jurnal internet marketing: konsep dan persiapan baru dunia pemasaran yang dikutip dari Bertha Silvia Sutejo (2006:11), mengatakan bahwa internet merupakan

Catatan : Penetapan Calon Terpilih Tanpa Daerah Pemilihan Papua SULAWESI TENGAH SULAWESI UTARA SULAWESI BARAT PAPUA BARAT SULAWESI SELATAN I SULAWESI SELATAN II. SULAWESI

- Hacking SAMBA pada suatu target Ubuntu Server untuk mendapatkan akses shell linux (Target Samba dalam kondisi ada yang dishare foldernya tanpa password dengan hak akses