• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian umum kelembagaan merupakan suatu sistem yang kompleks, rumit dan abstrak yang mencakup ideologi, hukum adat istiadat, aturan, kebiasaan yang tidak terlepas dari lingkungan. Kelembagaan mempunyai peran yang sangat penting dalam memecahkan masalah-masalah nyata dalam pembangunan. Kelembagaan merupakan inovasi manusia untuk mengatur interdependensi antar manusia terhadap sesuatu hal yang dicirikan adanya property right (hak kepemilikan), aturan representative atau batas yurisdiksi. Lebih lanjut kelembagaan dapat menjadi peubah eksogen dalam proses pembangunan, dengan demikian kelembagaan menyebabkan perubahan. Di pihak lain kelembagaan dapat menjadi peubah endogen, sehingga kelembagaan merupakan akibat dari perubahan pada sistem peubah lain (Pakpahan, 1989).

Menurut Schmid (1987), terdapat dua jenis pengertian kelembagaan yaitu kelembagaan sebagai aturan main dan kelembagaan sebagai organisasi. Kelembagaan sebagai aturan main yang mengatur hubungan antara individu yang didefinisikan haknya dan tanggung jawabnya. Sedangkan kelembagaan sebagai sistem organisasi merupakan gugus kesempatan bagi individu dalam membuat keputusan dan melaksanakan aktivitasnya.

Kelembagaan dibangun dengan 3 (tiga) komponen utama yaitu : (1) karakteristik sumberdaya, (2) struktur hak-hak (property right ) dan (3) performa. Berdasarkan asumsi interdependensi antara pelaku -pelaku ekonomi, maka proses determinasi performa merupakan resultante dari interaksi karakteristik sumberdaya dengan struktur hak-hak. Karakteristik sumberdaya akan men entukan sifat interdependensi antar pelaku ekonomi yaitu menentukan arah dan derajat efek yang timbul dari tindakan satu pihak kepada pihak lain. Sedangkan struktur hak-hak akan menentukan distribusi biaya manfaat. Pola distribusi hak dan kewajiban ditanggapi oleh setiap individu menurut perilakunya, sehingga akan menentukan performa. Struktur hak -hak dikendalikan oleh pilihan publik sebagai suatu bentuk implementasi kekuasaan melalui mekanisme transaksi (Schmid, 1987).

Konsep property right mengandung makna sosial, yaitu bahwasanya. hak

konsensus anggota masyarakat dalam hal kepentingannya terhadap sumberdaya. Karena itu pernyataan hak milik memerlukan pengesahan dari masyarakat dimana dia berada. Implikasi dari hal ini adalah (1) hak seseorang adalah kewajiban orang lain dan (2) hak yang dicerminkan oleh kepemilikan (ownership) adalah sumber kekuatan kontrol terhadap sumberdaya. Hak dapat diperoleh melalui pembelian apabila barang atau jasa tersebut dapat diperjualbelikan, diberian atau hadiah, dan diatur oleh administrasi pihak yang berwenang.

Tietenberg (1994) menyatakan bahwa struktur hak kepemilikan yang dapat mengahsilkan alokasi sumberdaya secara efisien mempunyai empat karakteristik, yaitu:

1. Universality, seluruh sumberdaya (asset) dimiliki secara individu dan seluruh

hak-hak atas penggunaan sumberdaya tersebut didefinisikan dengan jelas.

2. Exclusivity, seluruh biaya yang dibelanjakan dan manfaat yang diperoleh dari

pemanfaatan sumberdaya tersebut harus ditanggung/ dinikmati hanya oleh pemiliknya.

3. Transferability, hak kepemilikan harus dapat dipindah tangankan dari pemilik

yang satu ke pemilik yang lain dengan sukarela.

4. Enforceability, hak kepemilikan harus aman dari kemungkinan adanya

gangguan pihak lain.

Menurut Turner, at al (1994), bentuk kepemilikan secara umum dibagi menjadi empat jenis, yaitu:

1. Hak milik yang bersifat umum (common property), yaitu hak dipandang dari segi ekonomi bukan merupakan hak milik karena barang yang dimiliki secara umum merupakan barang yang dapat dipergunakan oleh setiap orang untuk berbagai keperluan tanpa adanya biaya yang dikeluarkan, misalnya udara, air, sungai dan lain-lain.

2. Hak milik umum yang terbatas (restricted common property), yaitu asset masyarakat dikelola oleh suatu badan publik atau pemerintah. Pemerintah dapat membatasi penggunaan hak milik dengan berbagai cara yang dikehendakinya.

3. Hak pakai (status-tenure), yaitu pemakai asset dibatasi hanya untuk orang- orang atau badan-badan tertentu yang ditetapkan berdasarkan hukum. Dengan

demikian pemilikan menjamin pemakaian asset sesuai kewenangan atas pemilikan tersebut. Hak pakai dapat dipindah -tangankan.

4. Hak milik penuh (private property right), yaitu hak milik dapat dipindahkan dan pemindahan suatu asset mengarah pada terbentuknya harga yang sebenarnya. Sesuatu yang dimiliki dapat dihargai dan sesuatu yang berharga dapat dimiliki tetapi hubungan fungsional antara harga dan hak milik sulit ditentukan secara tepat. Walaupun hak mil ik ini merupakan dasar konsepsi pemilikan dalam masyarakat, namun hak milik tersebut perlu dibatasi guna mencegah munculnya kesenjangan sosial.

Lebih lanjut menurut Pakpahan (1989), konsep batas yurisdiksi kelembagaan akan menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam suatu kelembagaan dalam suatu masyarakat. Konsep batas yurisdiksi dapat berarti wilayah kekuasaan atau batas otorita yang dimiliki suatu institusi, atau mengandung makna kedua-duanya. Keefektifan dari batas yurisdiksi terhadap kinerja ditentukan oleh empat hal, yaitu : (1) perasaan sebagai suatu masyarakat

(sense of community), (2) eksternalitas, (3) homogenitas dan (4) skala usaha.

Perasaan sebagai suatu masyarakat merupakan variabel psikologi penting yang sering diabaikan dalam analisis ek onomi. Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang memiliki satu hubungan dengan yang lainnya. Sense of

community ini menentukan siapa yang termasuk dalam suatu masyarakat dan

siapa yang tidak. Hal ini erat kaitannya dengan konsep jarak social (social

distance) yang akan menentukan kadar komitmen yang dimiliki oleh sutau

masyarakat terhadap suatu kebijaksanaan.

Homogenitas preferensi masyarakat dalam kaitannya dengan konsumsi atas barang dan jasa yang dikonsumsi secara kolektif berkaitan dengan siapa yang memutuskan jawaban atas pemanfaatan barang dan jasa. Adanya homogenitas preferensi dan distribusi individu masyarakat yang memiliki preferensi yang berbeda akan mempengaruhi pengambilan keputusan.

Aturan representatif merupakan perangkat aturan yang menentukan mekanisme pengambilan keputusan organisasi. Dalam proses pengambilan keputusan dalam organisasi, terdapat dua jenis biaya yang mendasari keputusan, yaitu : (1) biaya membuat keputusan sebagai produk dari partisipasi dalam

membuat keputusan, dan (2) biaya eksternal yang ditanggung oleh seseorang atau sebuah organisasi sebagai akibat keputusan organisasi tersebut. Aturan representatif akan mempengaruhi struktur dan besarnya biaya tersebut. Aturan pengambilan keputusan yang sederhana untuk masalah ini adalah meminimumkan kedua biaya. Aturan reprensentatif mengatur siapa yang berhak berpartisipasi terhada apa dalam proses pengambilan keputusan.

Dokumen terkait