• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model I-O atau sering juga disebut Tabel I-O adalah suatu sistem informasi statistik dalam bentuk matriks yang menggambarkan transaksi barang dan jasa antar sektor-sektor ekonomi. Aspek yang ingin ditonjolkan oleh Tabel I-O adalah bahwa setiap sektor mempunyai keterkaitan dengan sektor lain. Seberapa besar ketergantungan suatu sektor ditentukan oleh besarnya input yang digunakan dalam proses produksinya. Dengan kata lain sasaran pengembangan suatu sektor tidak akan tercapai tanpa dukungan input yang memadai dari sektor lain. Oleh karena itu perencanaan suatu sektor harus memperhatikan prospek pengembangan sektor-sektor terkait secara terintegrasi.

Menurut Hulu (1990), Model I-O secara sistematik memaparkan adanya saling ketergantungan antar pelaku ekonomi dalam sebuah perekonomian, yaitu : tuan tanah, petani, dan pengusaha. Tuan tanah menawarkan tanah kepada petani dan menerima imbalan berupa uang sebagai balas jasa penggunaan atas faktor peroduksi tersebut. Kemudian petani menjuai produksi pertaniannya kepada tuan tanah dan pengusaha sebagai bahan makanan dan menerima uang sebagai balas jasa penjualan. Pengusaha kemudian menjual hasil produksi industrinya kepada tuan tanah dan petani. Dengan demikian terlihat adanya suatu saling ketergantungan antara petani, tuan tanah dan pengusaha dalam interaksi mekanisme pasar, yaitu permintaan dan penawaran.

Dalam tabel I-O, hubungan -hubungan antara satu kegiatan ekonomi dengan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya secara kuantitatif. Dasar pendekatan adalah hubungan interdependesi antara suatu sektor dengan sektor lainnya dalam bentuk persamaan linear (fungsi produksi linear) tanpa adanya substitusiinput yang mencerminkan analisis ekonomi dari sudut penawaran. Sedangkan output setiap sektor produksi yang diminta untuk menjadi bahan baku (input) sektor lainnya dan untuk kepentingan permintaan akhir adalah sebagai cerminan fungsi permintaan. Gabungan analisis permintaan dan penawaran inilah yang dapat disebut sebagai salah satu identitas keseimbangan umum. Jadi model input-output

merupakan suatu model keseimbangan umum sederhana yang dapat menggambarkan saling ketergantungan atau keterkaitan kegiatan ekonomi antar sektor.

Pada dasarnya model input-output menggambarkan arus transaksi yang didasarkan pada kenyataan empiris yang terjadi pada proses produksi. Dengan demikian analisis input-output memperlihatkan keseimbangan umum secara empiris pada sisi produksi, dimana penekanan pada sisi produksi dapat dilihat dari permintaan akhir yang dianggap sebagai variabel eksogen atau dengan perkataan lain jumlah dan permintaan akhir tidak sepenuhnya ditentukan oleh jumlah produksi didalam negeri dan unsur-unsur di dalam permintaan akhir tersebut tidak merupakan input bagi proses produksi.

Menurut Badan Pusat Statistik (2003), Model Input-Output dapat dijelaskan dengan sebuah tabel atau matrik yang mempunyai 3 (tiga) submatrik atau kuadran sebagai berikut : Xij Kuadran I Fik Kuadran II Vm j Kuadran II

Sumber: Badan Pusat Statistik (2003) dimana :

Kuadran I : menggambarkan transaksi antar industri, output sektor I menjadi input sektor j

Kuadran II : mnggambarkan transaksi antara konsumen akhir (rumah tangga, pemerintah, investor, ekspor) dengan industri penghasil barang dan jasa.

Kuadran III : Menggambarkan transaksi antara pihak -pihak pemilik faktor produksi ( tenaga kerja, pemilik modal) dengan unit- unit ekonomi yang menggunakannya.

Sebagaimana dijelaskan di atas analisis Input-Output merupakan suatu model matematis yang menelaah struktur perekonomian yang saling terkait antara berbagai sektor atau kegiatan ekonomi. Model ini lazim diterapkan untuk menganalisis perekonomian secara makro, nasional ataupun regional (Dumairy, 1983).

Miller (1985) menjelaskan bahwa input-output adalah model peralatan yang kemungkinan paling berguna dalam peramalan. Model input-output memberikan pilihan mulai dari peramalan perubahan jangka pendek dengan model yang statistik yaitu dengan koefisien input yang tetap dan proyeksi perubahan dalam permintaan akhir, sampai pada peramalan jangka sedang dan jangka panjang yang menggunakan model dinamis.

Miernyk (1969) mengatakan bahwa analisis model Input-Output menguraikan hubungan antara berbagai sektor yang berbeda dalam perekonomian. Model input-output berguna dalam :

1. Untuk estimasi produk dan tingkat impor yang konsisten dengan permintaan akhir.

2. Model ini menuntun kepada alokasi investasi untuk mencapai tingkat produksi yang diinginkan dengan penyedian investasi yang cukup.

3. Kebutuhan tenaga trampil dapat dievaluasi.

4. Analisis impor dan subsitusi impor yang mungkin untuk dilaksanakan guna kemudahan ekonomi.

5. Kebutuhan modal, tenaga kerja, impor dan kebutuhan tidak langsung dalam sektor lainnya dalam perekonomian, dan

6. Input-Output regional dapat pula disusun untuk tujuan perencanaan guna menjajaki implikasi program pembangunan untuk daerah tertentu serta perekonomian secara keseluruhan.

Lebih lanjut Miernyk (1965) menjelaskan bahwa analisis Input-Output dapat digunakan untuk berbagai tujuan antara lain :

1. Untuk analisis struktur. Tabel Input-Output secara serentak melukiskan hubungan permintaan dan penawaran pada tingkat keseimbangan.

2. Sebagai alat peramalan dan perencanaan melalui mekanisme hubungan antara permintaan akhir dengan tingkat Output dalam tebel yang mempunyai hubungan linear. Dalam perencanaan pembangunan yang konsisten antara kegiatan ekonomi secara makro dengan kegiatan ekonomi secara sektoral. 3. Sebagai alat analisis regional dan inter regional. Analisis dapat dilakukan

4. Sebagai alat evaluasi pengaruh atau pantulan ekonomi daripada investasi masyarakat tarhadap perekonomian regional atau nasional.

5. Untuk analisis dampak (pengaruh). Analisis dampak dapat dilakukan melalui penggunaan koefisien-koefisien yang dihasilkan dan tabel Input-Output. Disini dapat dianalisis dampak antar sektor-sektor ekonomi, tenaga kerja, pendapatan dan lainnya.

6. Untuk analisis kepekaan dan uji kelayakan. Dalam hal ini dapat diketahui sektor kegiatan ekonomi mana yang paling banyak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.

7. Metode Input-Output dapat digunakan secara bersama sama dengan metode linear Progaramming untuk tujuan perencanaan.

8. Metode Input-Output dapat juga digunakan secara bersama sama dengan analisis comparative cost, industrial complex dalam suatu rangkaian analisis ekonomi regional.

Lebih lanjut Supranto (1983) menjelaskan bahwa berdasarkan teori ini, apabila permintaan akhir termasuk komponennya diketahui, maka tabel Input- Output dapat dipergunakan untuk membuat ramalan mengenai output, tenaga kerja, impor, bagi setiap sektor ekonomi.

Todaro (1978), menyatakan bahwa model inter industri atau model Input- Output sangat berguna dalam perekonomian yang telah mencapai suatu tingkat perkembangan industri minimal yang ditandai oleh adanya sejumlah transaksi antar industri. Kelebihan model Input-Output dibandingkan dengan model ekonomi lainnya adalah dapat diukurnya keeratan keterkaitan kegiatan ekonomi antar suatu sektor dengan sektor lainnya. Tingkat keterkaitan kegiatan ekonomi tersebut diinformasikan melalui adanya transaksi antar sektor ekonomi berdasarkan transaksi antara dapat diketahui angka keterkaitan sebuah sektor ekonomi terhadap sektor ekonomi lainnya.

Keterbatasan utama dalam analisis Input-Output yang digunakan dalam analisis ekonomi adalah bersifat statis, karena berkaitan dengan asumsi-asumsi dasar yang melandasi penyusunannya. Oleh karena itu penting untuk memahami asumsi dasar yang melandasi penyusunan tabel Input-Output adalah :

1. Asumsi keseragaman (homogenety assumption) yang mensyaratkan bahwa setiap sektor memproduksi suatu output tunggai dengan struktur input tunggal dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda-beda.

2. Asumsi kesebandingan (proportionality assumption) yang menyatakan hubungan antara tiap input dan ouput didalam setiap sektor merupakan fungsi linear, yaitu jumlah setiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut. 3. Penjumlahan (additivity), yang menyatakan bahwa jumlah pengaruh kegiatan

produksi disebagian sektor merupakan penjumlahan dari pengaruh masing- masing sektor.

Ketiga asumsi yang mendasar tersebut diatas perlu untuk diperhatikan dan dipahami agar supaya kita tidak kerliru didalam mengambil keputusan.

Menurut Todaro (1978), pengertian dasar dari analisis Input-Output terletak pada keyakinan bahwa perekonomian suatu negara dapat dibagi kedalam beberapa sektor utama yang disebut industri atau kadang-kadang disebut dengan kegiatan - kegiatan yang terdiri dari satu atau beberapa unit usaha yang memproduksikan barang-barang yang sama tetapi tidak perlu selalu yang produknya homogen.

Tabel Input-Output dapat memberikan suatu kerangka kerja ynag mudah untuk mengukur dan menganalisis berbagai sektor dalam suatu perekonomian. Selanjutnya Todaro (1978) menyatakan bahwa salah satu persoalan dalam penerapan input-Output yang statis yaitu bahwa investasi tidak dapat dianggap secara otomatis terjadi seperti hainya permintaan akhir, tetapi perlu memperlihatikan besarnya akumulasi modal pertahun. Akumulasi modal tersebut sangat tergantung pada konsumsi, pengeluaran pemerintah, dan jumlah ekspor. Namun demikian, model Input-Output berguna dalam menilai elemen-elemen pokok tersebut untuk waktu yang akan datang. Perubahan struktur yang meyertai dan menjadi ciri pembangunan ekonomi akan tercermin pada perubahan dalam tabel Input-Output. Proses pembangunan dapat ditandai dengan semakin kompleksnya tabel Input-Output (Kindleberger dan Herrick, 1977).

Salah satu kegunaan utama tabel Input-Output adalah dalam perencanaan jangka menengah dimana arahnya adalah untuk mendapatkan suatu ramalan yang

terperinci mengenai penawaran dan permintaan dari perekonomian untuk suatu target jangka waktu tertentu, misalnya lima sampai sepuluh tahun yang akan datang (Todaro, 1978).

Terlepas dari kebaikan model Input-Output, perlu juga dicatat adanya beberapa kelemahan. Kindleberger dan Herrick (1977) mengemukakan beberapa kelemahan model Input-Output adalah :

1. Rumah tangga, pemerintah dan impor tidak diperhitungkan langsung menjual kepada permintaan akhir, sehingga kolo m/baris pada matriks transaksi dinyatakan kosong. Barang impor dapat langsung dikonsumsi oleh rumah tangga. Dengan demikian diasumsikan bahwa semua barang impor merupakan bahan baku atau bahan setengah jadi yang masih harus diproses dalam matriks transaksi.

2. Perkembangan teknologi tidak kelihatan. Misalnya, Sektor A yang didalamnya terdapat sejumlah perusahaan yang menggunakan berbagai teknologi, tetapi yang kelihatan hanya satu teknologi saja

3. Karena hubungan antara sektor merupakan hubungan linear saja, maka tidak kelihatan adanya penghematan skala (economy of scale); yang ada hanya

constant return to scale. Misalnya, untuk memproduksi satu piring

memerlukan biaya Rp 200,00 dan untuk seribu piring biaya Rp 200 000,00. 4. Oleh karena total output sama dengan total input atau total penawaran sama

dengan total permintaan, maka terlihat adanya keseimbangan yang tidak ditentukan oleh mekanisme pasar, karena harga sudah ditentukan lebih dahulu, sedangkan biasanya, harga yang menentukan keseimbangan antara penawaran dan permintaan.

5. Dengan adanya kemajuan teknologi dan keterbatasan sumberdaya alam sulit untuk menentukan sektor yang hanya memproduksi satu macam produk dengan susunan input tunggal, sektor yang berproduksi mengikuti fungsi additive, dan sektor yang menghasilkan ouput proporsional dengan input yang digunakan.

6. Model Input-Output tidak dapat menangani secara baik efek kekuatan kompetitif Interegional, seperti halnya dampak perubahan teknologi yang

lebih rendah dalam suatu daerah terhadap output, harga dan pendapatan daerah lainnya.

7. Model Input-Output merupakan alat analisis yang tidak lengkap untuk menjelaskan atau memprediksi perubahan struktural, misalnya masuknya industri-industri baru, sehingga industri lama menjadi hilang.

8. Kelemahan -kelemahan yang bersumber dari asumsinya yaitu :

a. Tidak adanya keterkaitan sumberdaya, artinya selalu ekses kapasitas, sehingga penawaran masing-masing komoditi elastis sempurna. Sedangkan kenyataannya masalah ekonomi adalah ditandai dengan keterbatasan sumberdaya.

b. Dalam Input-Output tidak diperlukan adanya persediaan (inventory) bila berpegang pada asumsi ekses penawaran.

c. Penggunaan teknologi maju dan tradisional tidak dapat dibedakan, karena asumsinya hanya menggunakan satu macarn teknologi.

d. Sektor yang telah berkembang pesat dan sektor yang belurti berkembang sukar dibedakan, karena nilai dari nasil analisis adalah berupa rasio. Dengan demikian analisis Input-Output tidak mengenal adanya economics of scale.

Dokumen terkait