1.5. Orisinalitas Penelitian
1.7.1. Konsep Negara Hukum
Konsep Negara hukum Indonesia pada hakekatnya sedikit banyak tidak lepas dari pengaruh perkembangan konsep Negara hukum di dunia, dimana dalam
Konsep negara hukum modern dikenal dengan istilah “Rechtstaat”. Penggunaan
Inggris dan Government of law but not of man4. Sedangkan dalam tradisi Anglo Saxon, konsep Negara hukum dikembangkan atas kepeloporan A.V. Dicey
dengan sebutan “The Rule of Law”, Dicey mengemukakan unsur-unsur Rule of
Law antara lain: (1) Supremasi aturan-aturan hukum (Supremacy of the law) yaitu
tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang (absence of arbitrary Power), dalam arti bahwa seseorang hanya boleh dihukum kalau melanggar hukum; (2)
Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (Equality before the law) dalil
ini berlaku baik untuk orang biasa maupun untuk pejabat; (3) Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang (di negera lain oleh undang-undang dasar) serta
keputusan-keputusan pengadilan. 5 Konsep negara hukum yang disebut dengan
“The Rule of Law”, menurut pendapat Hilaire Barnett bahwa “The essence of the rule of law is the sovereignty or supremacy of law over man”6
(esensi dari The Rule of Law adalah kedaulatan atau supremasi hukum atas manusia). Namun konsep negara hukum Indonesia memiliki karakter tersendiri yang membedakan
dengan konsep rechtstaat. Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam recshtstaat
mengedepankan prinsip “Wet Matigheid” yang kemudian menjadi prinsip “Recht
Matigheid” sedangkan negara hukum Indonesia yang menjadi titik sentralnya adalah keserasian hubungan antara pemerintah dengan rakyat Indonesia,
sebaiknya syarat umum rechtsstaat maupun the rule of law juga harus dipenuhi.
Dengan demikian syarat dasar rechtsstaat maupun the rule of law juga harus
dipenuhi sebagai syarat negara hukum.
4 Ni Matul Huda,2006, Hukum Tata Negara Indonesia, Raja Grafindo Persada,Jakarta, hal.73.
5 HR.Ridwan, 2002, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.,3 6 Hilaire Barnett, 2011, Constitutional & Administrative Law, Eight Edition, Routledge, London and New York, hal. 52
Negara hukum rechtsstaat itu sendiri didasari oleh:
a). Asas Legalitas, setiap tindakan pemerintah harus didasarkan atas dasar
peraturan perundang-undangan (wetelijke gronslag).
b). Pembagian kekuasaan, syarat ini mengandung makna bahwa kekuasaan Negara tidak boleh hanya bertumpu pada satu tangan.
c). Hak-hak dasar (grondrechten), hak-hak dasar merupakan sasaran perlindungan
hukum bagi rakyat dan sekaligus membatasi kekuasaan pembentukan Undang-Undang.
d). Pengawasan pengadilan, bagi rakyat tersedia saluran melalui pengadilan yang
bebas untuk menguji keabsahan tindakan pemerintah (rechtmatigheids
toetsing).
e). Negara hukum Indonesia dirumuskan dalam penjelasan Undang-Undang dasar, dan juga dalam pasal 1 ayat 3 UUD Negara RI Tahun 1945 yaitu Negara
Indonesia adalah Negara hukum (rechtsstaat) sebagai Negara hukum, maka
konsep atau pola tersebut disesuaikan dengan kondisi Indonesia, yaitu dengan
menggunakan tolak ukur pandangan bangsa Indonesia ialah Pancasila.7
Dan rumusan yang hampir sama, yaitu pendapat H.D. Van Wijk/Willem
Konijnenbelt menyebutkan prinsip-prinsip (rechtsstaat) antara lain :
1. Pemerintahan berdasarkan undang-undang
2. Pemerintah hanya memiliki kewenangan yang secara tegas diberikan oleh
UUD atau UU lainnya;
3. Hak-hak asasi
Terdapat hak-hak manusia yang sangat fundamental yang harus dihormati oleh pemerintah;
4. Pembagian Kekuasaan
Kewenangan pemerintah tidak boleh dipusatkan pada satu lembaga, tetapi harus dibagi-bagi pada organ-organ yang berbeda agar saling mengawasi yang dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan;
5. Pengawasan lembaga kehakiman
Pelaksanaan kekuasaan pemerintahan harus dapat dinilai aspek hukumnya
oleh hakim yang merdeka.8
Menurut Mukthie Fadjar, bahwa elemen-elemen yang penting dari Negara hukum, yang merupakan ciri khas dan tidak boleh tidak ada (merupakan syarat mutlak), adalah :
a). Asas pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia, b). Asas legalitas,
c). Asas pembagian kekuasaan negara,
d). Asas peradilan yang bebas dan tidak memihak, e). Asas kedaulatan rakyat,
f). Asas demokrasi, dan
g). Asas konstitusional.9)
Terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini bahwasannya dalam negara hukum terdapat asas legalitas dan kepastian hukum, asas legalitas digunakan untuk membatasi kekuasaan pemerintah berdasarkan hukum,
8
H.D. Van Wijk/Willem Konijnenbelt, 1995, Hoofdstukken van Administratief Recht (Utrecht: Uitgeverij Lemma BV), hal., 41
9
pembatasan ini menjadi penting untuk mengimbangi kewenangan yang diberikan kepada pemerintah dan untuk mencegah agar penguasa tidak melanggar hak-hak dasar merupakan sasaran perlindungan hukum bagi rakyat dan sekaligus membatasi kekuasaan pembentukan Undang-Undang. Relevan dengan hal ini maka pengawasan hukum oleh pemerintah terhadap warga negara asing yang
kawin campur dalam rangka penyatuan keluarga diberikan hak – hak dasarnya
untuk melakukan pekerjaan atau usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai TKA, ini merupakan ketentuan yang menjamin kepastian hukum bagi WNA yang kawin campur yaitu hak memperoleh pekerjaan sebagai TKA. Hal ini ditentukan dalam UU Keimigrasian yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian pasal 61 bahwa pemegang ITAS dan ITAP dapat melakukan pekerjaan dan/atau usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan /atau keluarganya.
Relevan dengan hal tersebut diatas menurut Diana Halim Koentjoro ada beberapa ciri negara yang dapat disebut sebagai negara hukum yaitu : a.
Supremacy of the law; b. Equality before the law; c. Constitusional based on the human right.10 Bahwa dalam negara hukum diperlukan asas perlindungan, artinya dalam UUD ada ketentuan yang menjamin hak-hak asasi manusia, dimana asas yang mengandung makna perlindungan antara lain:
a. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan (Pasal 28)
b. Berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27)
10Diana Halim Kontjoro, 2004, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal.,34
c. Kemerdekaan memeluk agama (Pasal 29)
d. Berhak ikut mempertahankan negara (Pasal 30).
Dari uraian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa suatu negara hukum mempunyai ciri-ciri Pertama; adanya pembatasan kekuasaan negara (asas legalitas) sehingga tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang (absence of arbitrary Power), dalam arti bahwa seseorang hanya boleh dihukum kalau melanggar hukum, Kedua; kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (Equality before the law) dalil ini berlaku baik untuk orang biasa maupun untuk pejabat, Ketiga adanya pengakuan terhadap hak asasi manusia (terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang), hal ini terkait dengan permasalahan penelitian pengawasan hukum terhadap WNA yang kawin campur dalam memperoleh pekerjaan, dimana semakin maraknya kawin campur di Indonesia maka untuk menjamin dan melindungi hak - hak mereka khususnya hak untuk memperoleh pekerjaan serta untuk menjamin kepastian hukum atas hak warga negara asing yang berdiam dan bertempat tinggal di Indonesia khususnya orang asing yang kawin campur dalam melakukan pekerjaan maka pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mengakomodir kepentingan tersebut dan menjamin hak memperoleh pekerjaan bagi warga negara asing yang kawin campur dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup dia dan keluarganya. Asas legalitas digunakan untuk membatasi kekuasaan pemerintah berdasarkan hukum, pembatasan ini menjadi penting untuk mengimbangi kewenangan yang diberikan kepada pemerintah dan untuk mencegah agar penguasa tidak melanggar hak-hak dasar
yang merupakan sasaran perlindungan hukum bagi rakyat dan sekaligus
membatasi kekuasaan pembentukan Undang-Undang.
Berbicara negara hukum tidak dapat dilepaskan dengan konsep rechtsstaat.
MenurutP.H.M. Meuwissen ciri dari rechtsstaat adalah :
1. Adanya Undang-undang atau konstitusi yang memuat ketentuan tertulis
tentang hubungan antara penguasa dan rakyat.
2. Adanya pembagian kekuasaan negara, yang meliputi kekuasaan
pembuatan undang-undang yang ada di tangan parlemen, kekuasaan kehakiman yang bebas, juga antara penguasa dan rakyat dan pemerintah
yang mendasarkan tindakannya atas undang-undang (wetmatig bestuur).
3. Diakui dan dilindungi hak kebebasan rakyat (vriheidsrechten van de
burger)11
Menurut Philipus M Hadjon bahwa ciri tersebut diatas menunjukan bahwa
titik sentral dari rechstaat adalah pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi
manusia yang bertumpu pada prinsip kebebasan dan persamaan.12 Dimana relevan
dengan permasalahan yang penulis teliti bahwasannya orang asing yang berdiam dan bertempat tinggal di Indonesia yang kawin campur diberikan kebebasan dalam berusaha dan bekerja sebagai TKA ketentuan ini merupakan ketentuan pembaharuan yang menjamin Hak Asasi Manusia (HAM) dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Pasal 61.
11Philipus M Hadjon, dkk 2001, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, (Selanjutnya disebut Philipus M Hadjon I), hal. 130