• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan Terhadap Keberadaan Dan Kegiatan Orang Asing Selama Berada Di Wilayah Republik Indonesia. Berada Di Wilayah Republik Indonesia

YURISDIKSI REPUBLIK INDONESIA

2.1. Kedaulatan Negara Dan Pengawasan Orang Asing

2.1.2. Pengawasan Terhadap Keberadaan Dan Kegiatan Orang Asing Selama Berada Di Wilayah Republik Indonesia. Berada Di Wilayah Republik Indonesia

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, Pengertian Keimigrasian adalah hal-ihwal lalu lintas orang yang masuk dan keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka tegaknya kedaulatan negara. Dengan demikian, menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 terdapat tiga unsur penting yaitu ;

1. Lalu Lintas Orang, pengawasan tentang berbagai hal mengenai lalu-lintas

orang keluar, masuk, dan tinggal dari dan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia;

2. Pengawasan, pengaturan tentang berbagai hal mengenai pengawasan orang

asing di wilayah Republik Indonesia, tentang keberadaan dan kegiatan orang asing selama berada di wilayah Republik Indonesia.

3. Kedaulatan, merupakan kekuasaan tertinggi dalam negara, dalam konteks

keimigrasian, kedaulatan negara mengarah pada Yurisdiksi negara atau wilayah kewenangan hukum dalam hal ini hukum keimigrasian, dimana yurisdiksi tersebut merupakan kewenangan untuk melaksanakan ketentuan hukum nasional suatu negara yang berdaulat dan ini merupakan sebagian

implementasi kedaulatan negara sebagai yurisdiksi negara dalam

batas-batas wilayahnya akan tetap melekat pada negara berdaulat42

Dari uraian definisi dan unsur-unsur tersebut, maka dalam implementasinya, keimigrasian di Indonesia menjalankan 3 fungsi atau yang dikenal sebagai Tri Fungsi Imigrasi yaitu :

a. Imigrasi sebagai aparatur pelayanan masyarakat;

b. Imigrasi sebagai aparatur sekuriti;

c. Imigrasi sebagai aparatur penegak hokum;

Fungsi Keimigrasian merupakan bagian dari urusan pemerintahan negara dalam memberikan pelayanan Keimigrasian, penegakan hukum, keamanan negara, dan fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat. Institusi Imigrasi menempati posisi utama dan strategis dalam konteks pengendalian dan pengawasan orang asing. Pengawasan orang asing di Indonesia meliputi masuk dan keluarnya orang asing ke dan dari wilayah Indonesia dan keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia. Orang asing yang berada di Indonesia memiliki keterbatasan keberadaan dan kegiatannya. Orang asing yang berada di Indonesia wajib memiliki izin keimigrasian. Izin keimigrasian bagi orang asing memiliki keterbatasan jangka waktu, sesuai dengan visa yang dimilikinya. Dengan demikian orang asing yang berada di Indonesia wajib memiliki izin keimigrasian yang sah dan masih berlaku, serta memiliki keterbatasan dalam melakukan kegiatan di Indonesia. Pengawasan atas keberadaan dan kegiatan orang asing dilakukan agar mereka tidak melakukan kegiatan yang berbahaya dan patut

42 Yudha Bhakti Ardhiwisastra, 1999, Hukum Inernational, Bunga Rampai, Bandung, hal.,16

diduga membahayakan keamanan dan ketertiban umum dan kesejahteraan masyarakat serta agar tidak melakukan pelanggaran Keimigrasian.

Pengawasan orang asing sebagai suatu rangkaian kegiatan pada dasarnya telah dimulai dan dilakukan oleh perwakilan Republik Indonesia di luar negeri ketika menerima permohonan pengajuan visa, Pengawasan selanjutnya dilaksanakan oleh pejabat imigrasi di TPI, ketika pejabat imigrasi dengan kewenangannya yang otonom memutuskan menolak atau memberikan izin masuk, dan setelah orang asing tersebut diberikan izin masuk, kemudian diberikan izin tinggal yang seusai dengan visa yang dimilikinya, selanjutnya pengawasan beralih ke kantor imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang asing tersebut. 43

Prosedur keimigrasian yang ditetapkan merupakan operasionalisasi dari

politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif (selective policy) sehingga orang

asing yang berada di Indonesia memiliki keterbatasan baik dari segi izin keimigrasiannya maupun kegiatannya. Pengawasan Keimigrasian mencakup penegakan hukum keimigrasian dimana dalam pelaksanaan tugas keimigrasian keseluruhan aturan hukum keimigrasian ditegakkan kepada setiap orang yang berada di dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia baik itu WNI (Warga Negara Indonesia) ataupun WNA (Warga Negara Asing).

Pengawasan keimigrasian diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, yaitu Pasal 66 ayat (2) ditentukan Pengawasan Keimigrasian meliputi:

a. pengawasan terhadap warga negara Indonesia yang memohon dokumen perjalanan, keluar atau masuk Wilayah Indonesia, dan yang berada di luar Wilayah Indonesia; dan

b. pengawasan terhadap lalu lintas Orang Asing yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia.

Pelaksanaan Pengawasan keimigrasian terhadap orang asing ditentukan dalam pasal 68 ayat (1) yaitu Pengawasan Keimigrasian terhadap Orang Asing dilaksanakan pada saat permohonan Visa, masuk atau keluar, dan pemberian Izin Tinggal dilakukan dengan: pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan informasi;penyusunan daftar nama Orang Asing yang dikenai Penangkalan atau Pencegahan;

c. pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia;

d. pengambilan foto dan sidik jari; dan

e. kegiatan lain yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

Dalam Pasal 69 ayat (1) ditentukan untuk melakukan pengawasan Keimigrasian terhadap kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia, Menteri membentuk tim pengawasan Orang Asing yang anggotanya terdiri atas badan atau instansi pemerintah terkait, baik di pusat maupun di daerah.

Pengawasan Keimigrasian terhadap orang asing diatur juga dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6

Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, dimana dalam pasal 172 ayat (4) ditentukan Pengawasan Keimigrasian terhadap Orang Asing dilakukan pada saat:

a. permohonan Visa;

b. masuk atau keluar Wilayah Indonesia; c. pemberian Izin Tinggal; dan

d. berada dan melakukan kegiatan di Wilayah Indonesia.

Pelaksanaan pengawasan Keimigrasian diatur dalam pasal 173 dan dilakukan oleh:

a. Direktur Jenderal, untuk melaksanakan pengawasan Keimigrasian di pusat; b. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, untuk

melaksanakan pengawasan Keimigrasian di provinsi;

c. Kepala Kantor Imigrasi, untuk melaksanakan pengawasan Keimigrasian di kabupaten/kota atau kecamatan; dan

d. Pejabat Imigrasi yang ditunjuk atau Pejabat Dinas Luar Negeri, untuk melaksanakan pengawasan Keimigrasian di luar Wilayah Indonesia.

Dalam pasal 174 (ayat 1) Pengawasan Keimigrasian terdiri atas: a. pengawasan administratif; dan

b. pengawasan lapangan ( dalam ayat (2) ditentukan bahwa pengawasan lapangan dapat bersifat terbuka dan/atau tertutup).

Dalam Pasal 180 ayat (1) Pengawasan administratif terhadap Orang Asing dilakukan dengan:

a. pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan informasi mengenai: 1. Pelayanan Keimigrasian bagi Orang Asing;

2. Lalu lintas Orang Asing yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia; 3. Orang Asing yang telah mendapatkan keputusan pendetensian;

4. Orang Asing yang dalam proses penentuan status Keimigrasian dan/atau penindakan Keimigrasian;

5. Orang Asing yang mendapatkan izin berada di luar Rumah Detensi Imigrasi setelah terlampauinya jangka waktu pendentesian; dan

6. Orang Asing dalam proses peradilan pidana.

b. penyusunan daftar nama Orang Asing yang dikenai Penangkalan atau Pencegahan; dan

c. pengambilan foto dan sidik jari

Dalam pasal 181 ditentukan bahwa Pengawasan lapangan terhadap Orang Asing dapat dilakukan dengan:

a. pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia, meliputi pengecekan:

1. keberadaan Orang Asing; 2. kegiatan Orang Asing; dan

3. kelengkapan Dokumen Perjalanan atau Izin Tinggal yang dimiliki.

b. melakukan kegiatan lain yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, berupa:

1. melaksanakan kewenangan Keimigrasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

2. melakukan koordinasi antar instansi dan/atau lembaga pemerintahan terkait dengan pengawasan Keimigrasian.

Dalam hal pengawasan lapangan ditunjuk Pejabat Imigrasi untuk melaksanakan pengawasan dengan perintah tertulis oleh Pejabat yang berwenang dan terhadap orang asing yang mengajukan permohonan izin tinggal atau berada dan melakukan kegiatan di wilayah Indonesia dapat dilakukan pengawasan administrasi dan pengawasan lapangan hal ini diatur dalam pasal 185 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.

Dalam aturan yang baru ini pengawasan keimigrasian (Pasal 189) meliputi: (1) Pengawasan Keimigrasian selain dilakukan terhadap warga negara Indonesia

dan Orang Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172 ayat (2), juga dilakukan terhadap Penjamin.

(2) Pengawasan Keimigrasian terhadap Penjamin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan hanya bagi Penjamin dari Orang Asing pemegang Izin Tinggal terbatas atau Izin Tinggal Tetap.

Pengawasan Keimigrasian terhadap Penjamin yang berbentuk Korporasi dilakukan untuk mendapatkan kebenaran mengenai:

a. Dokumen yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

b. Keberadaan dan kegiatan Orang Asing; c. Domisili Korporasi; dan

d. Kesanggupan bertanggung jawab atas keberadaan dan kegiatan Orang Asing serta pemulangan ke negara asal jika Orang Asing tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan Pengawasan Keimigrasian terhadap Penjamin yang bukan Korporasi dilakukan untuk mendapatkan kebenaran mengenai:

a. dokumen yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

b. kesanggupan bertanggung jawab atas keberadaan dan kegiatan Orang Asing serta pemulangan ke negara asal jika Orang Asing tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengawasan lapangan terhadap Orang Asing dapat dilakukan pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di wilayah Indonesia, meliputi pengecekan:

a. Keberadaan orang asing;

pelanggaran terhadap keberadaan orang asing meliputi Tinggal dan berada di wilayah Indonesia lewat waktu (Over stay) dari izin tinggal yang dimiliki, dokumen palsu atau pemalsuan identitas, serta masuk secara ilegal atau berada secara ilegal di Indonesia.

b. Kegiatan Orang Asing;

pelanggaran terhadap kegiatan orang asing meliputi bekerja tanpa izin atau penyalahgunaan izin keimigrasian, melakukan kegiatan illegal dan melakukan tindakan kriminal (crime) di wilayah Indonesia,