• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.3. Konsep Pendapatan

Analisis pendapatan digunakan untuk melihat manfaat ( keuntungan) dari suatu usaha, sehingga dapat dinilai tingkat kelayakan usaha tersebut. Kriteria analisis pendapatan bertitik tolak pada prinsip bahwa efisiensi suatu usaha sangat dipengaruhi oleh nilai input yang digunakan dalam nilai output yang dihasilkan dengan proses produksi.

Ada tiga variabel yang perlu diketahui dalam analisis usahatani. Tiga variabel tersebut adalah penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani. Analisis tiga variabel ini disebut analisis anggaran arus uang tunai (cash flow analysis).

Menurut Soekartawi (1995) penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Sedangkan yang dimaksud dengan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Selanjutnya Soeharjo dan Patong (1977) menyebutkan bahwa analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi pemilik faktor produksi dimana dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu : (1) menggambarkan keadaaan sekarang dari suatu kegiatan usahatani, dan (2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari suatu kegiatan usahatani. Analisis pendapatan usahatani sangat bermanfaat bagi petani untuk mengukur tingkat keberhasilan dari usahataninya.

Hernanto (1989) mengungkapkan bahwa biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan :

1. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari :

a. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi.

b. Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah Produksi.

2. Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari : a. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai.

b. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga dalam

keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai untuk melihat bagaimana manajemen suatu usahatani.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan menurut Suratiyah (2009) dikatakan sangat kompleks. Faktor tersebut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu : (1) faktor internal dan faktor ekternal, dan (2) faktor manajemen. Faktor internal dan faktor ekternal akan mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani. Pengaruh faktor internal dan faktor eksternal dapat dilihat pada Gambar 7.

Sumber : Suratiyah (2009)

Gambar 7. Faktor Internal dan Eksternal

Ditinjau dari segi umur, semakin tua akan semakin berpengalaman sehingga semakin baik dalam mengelola usahataninya. Namun di sisi lain semakin tua semakin menurun kemampuan fisiknya sehingga semakin memerlukan bantuan tenaga kerja, baik dalam keluarga maupun luar keluarga.

Faktor eksternal : 1. Input a. Ketersediaan b. Harga 2. Output a. Permintaan b. Harga Faktor Internal : 1. Umur petani 2. Pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan 3. Jumlah tenaga kerja keluarga 4. Luas lahan

5. Modal

Usahatani

Pendidikan, terutama pendidikan non-formal, akan membuka cakrawala petani, menambah ketrampilan dan pengalaman petani dalam mengelola usahataninya. Hal ini sangat diperlukan mengingat sebagian besar petani berpendidikan formal rendah. Jumlah tenaga kerja dalam keluarga akan berpengaruh langsung pada biaya. Semakin banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga maka semakin sedikit biaya yang dikeluarkan untuk mengupah tenaga kerja luar keluarga. Petani yang memiliki lahan sempit dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia dapat berusahatani tanpa menggunakan tenaga kerja luar keluarga yang diupah. Dengan demikian biaya per usahatani menjadi rendah.

Jika lahan garapannya luas maka belum tentu dapat dikerjakan semuanya oleh tenaga kerja dalam keluarga sehingga biaya usahatani akan lebih tinggi untuk upah tenaga kerja luar keluarga. Modal yang tersedia sangat berpengaruh terhadap keputusan petani dalam menentukan komoditas apa yang akan diusahakannya. Jika petani sebagai manajer tidak dapat menyediakan modal maka akan berpengaruh pada penggunaan faktor produksi dimana faktor produksi yang digunakan tidak sesuai dengan ketentuan akibatnya produktivitas rendah dan pendapatan juga rendah.

Faktor eksternal dari faktor produksi (input) terbagi dalam dua hal yaitu ketersediaan dan harga. Dimana faktor produksi dan harga sangat berpengaruh pada biaya, produktivitas dan pendapatan dari usahatani. Dari segi produksi (output), jika permintaan akan produksi tinggi maka harga ditingkat petani tinggi pula sehingga dengan biaya yang sama petani akan memperoleh pendapatan yang tinggi, sebaliknya jika produksi meningkat tetapi harga rendah maka pendapatan juga akan turun. Faktor manajemen sangat menentukan dimana petani sebagai

manajer harus dapat mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga memberikan hasil pendapatan yang maksimal.

Hernanto (1989) mengatakan bahwa tingkat keuntungan relatif dari kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial dapat diketahui dengan melakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya. Nilai R/C rasio total menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk berproduksi. Nilai R/C yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari satu. Semakin besar nilai R/C maka semakin baik kedudukan ekonomi usahatani. Kedudukan ekonomi penting karena dapat dijadikan penilaian dalam mengambil keputusan dalam aktivitas usahatani.

Banyak cara untuk mengukur pendapatan (Soekartawi et al., 1986), yaitu pendapatan bersih usahatani dan pendapatan tunai usahatani. Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Penerimaan kotor usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dan penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan dalam usahatani.

Pendapatan tunai usahatani merupakan selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani. Penerimaan tunai usahatani didefenisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani.

Pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani.

Dokumen terkait