• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Tinjuan Studi Terdahulu

2.3.1. Tinjauan Studi Efisiensi Teknis

Penelitian yang dilakukan oleh Pirngadi dan Makarim (2006) yang berjudul Peningkatan Produktivitas Padi pada Lahan Sawah Tadah Hujan melalui Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Usahatani pada Lahan Sawah Tadah Hujan dengan Pola Tanam Padi Gogorancah. Padi walik jerami masih diwarnai oleh penggunaan varietas lokal dan atau hasil rendah, kualitas benih rendah, populasi tanaman tidak optimal (jarak tanam tidak teratur dan pemupukan tidak tepat). Penelitian bertujuan untuk mendapatkan model usahatani berbasis padi yang optimal (hasil tinggi, menguntungkan, dan input sesuai kemampuan petani) pada lahan sawah tadah hujan di wilayah sumberdaya rendah. Penelitian

yang dilaksanakan di desa Bogem, Kecamatan Japah, Kabupaten Blora, Jawa Tengah pada musim Hujan 2003/2004 dan Musim Kering 2004 menunjukkan

hasil tertinggi untuk padi gogorancah dan walik Jerami masing-masing 5.78 ton/ha dan 6.01 ton/ha GKG/ha. Widodo (1989) mengatakan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil padi adalah lingkungan fisik, irigasi, tingkat penggunaan sarana produksi, teknik bertani dan keadaan sosial ekonomi petani pengaruhnya pada petani dalam menentukan tingkat penggunaan sarana produksi dan kecakapan dalam pengelolaan usahatani (manajemen), dimana manajemen ini dicerminkan oleh tingkat efisiensi teknis.

Sumaryanto (2001) meneliti tentang tingkat efisiensi usahatani padi di Subang, Cianjur dan Sidrap dengan menggunakan fungsi produksi stochastic

frontier menyimpulkan bahwa tingkat produksi padi di Subang, Cianjur dan Sidrab berbanding lurus dengan luas lahan garapan dengan dugaan parameter

masing-masing sebesar 1.4055, 0.6841 dan 1.4498 yang semuanya nyata pada α = 0.01. Penggunaan benih di lokasi penelitian cenderung berlebih, ini dapat

dilihat dari nilai dugaan parameter yang negatif dan nyata (Subang sebesar –0.5817 nyata pada α= 0.01, Cianjur -0.0907 nyata pada α=0.05, dan

Sidrab -0.5047 nyata pada α=0.01). Respon produksi masih positif terhadap pupuk N (urea), sedangkan pupuk P negatif. Untuk pupuk K respon produksi di Cianjur dan Sidrab adalah positif dan nyata masing-masing sebesar 0.1202 pada α=0.001 dan 0.1β00 nyata pada α=0.01 sedangkan di Subang negatif meskipun tidak nyata(-0.0273).

Hasil penelitian Sumaryanto (2001) didapatkan tingkat efisiensi teknis tertinggi adalah Cianjur dari lima kabupaten (Cianjur, Sukabumi, Subang, Bogor,

Tasikmalaya), dan yang terendah adalah Subang. Korelasi antara TE dengan variabel-variabel yang diduga kuat berhubungan dengan kapabilitas manajerial petani dalam usahatani padi antar lokasi cukup bervariasi. Di Subang faktor yang berkorelasi nyata dengan TE adalah status garapan usahatani dan umur petani. Petani pemilik penggarap cenderung lebih baik daripada non pemilik, dan petani lebih muda lebih tinggi TE-nya. Namun di Subang justru petani non pemilik umumnya dapat mengelola usahatani padinya dengan lebih efisien secara teknis.

Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa di Subang dan Cianjur ada kecendrungan menggunakan tenaga kerja yang telah berlebihan, ini ditunjukkan

oleh nilai dugaan parameternya masing-masing -0.1145 nyata pada α=0.10 dan -0.09β8 nyata pada α=0,05. Sementara itu respon produksi terhadap penggunaan

tenaga kerja di Sidrap masih positif (0.078) nyata pada α=0.01. Pengaruh musim di Subang dan Cianjur adalah positif dan nyata dengan nilai dugaan parameter sebesar -0.1β740 nyata pada α=0.01 dan -0.05β5 nyata pada α=0.05, sedangkan Sidrab positif (0.0234) meskipun tidak nyata.

Sumaryanto et al. (2003) melakukan penelitian tentang determinan efisiensi teknis usahatani padi di lahan sawah irigasi menggunakan TE efec model dengan pendekatan fungsi produksi stochastic frontier yang bertujuan untuk mengevaluasi tingkat pencapaian produktivitas usahatani padi yang telah dicapai oleh petani beserta sebarannya, serta faktor-faktor utama yang mempengaruhi produktivitas usahatani padi yang dicapai di daerah irigasi DAS Brantas tahun 1999/2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi yang dicapai petani adalah 0.713 dengan koefisien variasi 0.184. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi tingkat pencapaian efisiensi teknis adalah peranan usahatani

sebagai sumber pendapatanrumahtangga petani, indeks diversifikasi pola tanam di hamparan blok tersier dimana lahan petani berada dan status garapan usahatani.

Brahmana (2005) melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani pada lahan kering dengan pendekatan stochastic frontier di desa Taggeung, Jawa Barat. Penelitian ini menganalisis keragaan, pendapatan dan efisiensi teknis usahatani padi lahan kering di desa Tanggeung. Pengamatan dilakukan secara kualitatif dan kuantitaif dengan pendeksatan R/C rasio dan fungsi produksi stochastic frontier. Usahatani padi di desa Tanggeung tidak layak untuk diusahakan karena nilai R/C rasio lebih kecil dari satu yaitu 0.89 yang artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan hanya menghasilkan penerimaan sebesar Rp.0.89. Walaupun demikian, petani sulit meninggalkan usahatani tersebut karena pekerjaan diluar pertanian kurang tersedia dan jika tidak mengusahakannya kembali maka mereka harus membelipadi untuk memenuhi kebutuhan pangannya.

Hasil penelitian Haryani (2009) didapatkan bahwa penerapan program Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) bukan sebagai teknologi baru tetapi lebih kepada sistem pengelolaan komponen-komponen teknologi tanpa mengubah teknologi namun dapat mencapai peningkatan efisiensi didalam usahatani padi sawah, hal ini terbukti dengan hasil yang diperoleh dimana melalui program PTT di desa Teras Kecamatan Carenang Kabupaten Serang mampu meningkatkan efisiensi teknis dan pendapatan petani program PTT. Sebagian besar petani program PTT telah mencapai efisiensi teknis tetapi belum secara alokatif dan ekonomi, namun pencapaian efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi petani program PTT lebih tinggi dibandingkan dengan petani bukan program PTT.

Variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi batas (frontier) pada petani peserta program PTT, petani bukan program PTT dan petani gabungan adalah sama yaitu ; benih, pupuk anorganik dan tenaga kerja, namun berbeda untuk faktor-faktor inefisiensi yang mempengaruhi pencapaian efisiensi teknis dimana pada program PTT adalah umur, pendidikan dan dummy sistem tanam, pada petani bukan program PTT adalah pendidikan, dependency ratio, partisipasi dalam kelompok tani dan dummy sistem tanam, sedangkan pada petani gabungan hanya dummy sistem tanam yang berpengaruh nyata.

Hasil penelitian Siregar (1987) dan Haryani (2009) dikatakan bahwa pengalaman bertani bukan merupakan faktor penting mempengaruhi efisiensi teknis yang dicapai petani. Hal ini mengindikasikan bahwa petani yang baru berpengalaman dalam berusahatani padi sawah akan memperoleh peluang yang sama baik dengan petani yang berpengalaman.

Mengukur tingkat efisiensi kegiatan usahatani dan analisis fungsi produksi telah banyak dilakukan. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan adalah analisis tingkat efisiensi menggunakan Stochastic Production Frontier (SPF). Pemilihan fungsi produksi Stochastic Frontier berdasarkan argumen bahwa dengan program Prima Tani melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) diasumsikan bahwa tingkat produktivitas yang telah dicapai oleh petani sudah mendekati kondisi maksimum (Frontier), sehingga apakah peningkatan produktivitasnya masih dapat dilakukan di lahan yang sama akan dapat terjawab. Melalui metode Stochastic Frontier faktor-faktor yang diduga akan mempengaruhi besarnya tingkat efisiensi teknis yang akan dicapai dapat ditangkap dan dijelaskan dengan bantuan model

ekonometrika. Sementara faktor-faktor penyebab ketidakefisienan juga dapat ditangkap pada saat bersamaan. Selain itu dapat pula diestimasi apakah inefisiensi disebabkan oleh random error dalam proses pengumpulan data dan

sifat dari beberapa variabel yang tidak dapat terukur atau disebabkan oleh faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inefisiensi dalam suatu proses

produksi.

Dalam penelitian ini akan menggunakan stochastic frontier sebagai alat analisis maka ada baiknya dipaparkan terlebih dahulu tentang studi-studi tentang penelitian yang menggunakan alat analisis yang sama yaitu analisis stochastic frontier untuk menganalisis efisiensi dengan menggunakan fungsi produksi yang berbeda. Adapun hasil-hasil dikemukakan berikut ini.

Penelitian Hert dan Mandac (1981), Tadesse dan Krishnamoorthy (1997) dalam Mariyah (2008), Hert dan Mandac melakukan penelitian tentang teknologi modern dan efisiensi ekonomi petani padi di Philipina memasukkan beberapa faktor yang diduga mempengaruhi efisiensi ekonomi petani padi di Philipina memasukkan beberapa faktor yang diduga mempengaruhi efisiensi petani padi. Faktor-faktor tersebut antara lain : skala perusahaan,informasi, umur, pekerja, pendidikan pekerja, lama hari kerja, kelangkaan tenaga kerja dan kesulitan memperoleh kredit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap efisiensi harga maupun teknis adalah skala usaha, lama hari kerja, kurangnya akses terhadap sumber pembiayaan dari luar usaha berupa kredit dan pengalaman usaha serta informasi. Tadesse dan Krishmanamoorthy melakukan penelitian mengenai efisiensi teknis di Tamil Nadu, India berdasarkan analisis mengenai efisiensi teknis usahatani dan zona

ekologi dengan menggunakan fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas. Hasil menunjukkan bahwa 90 persen variasi output yang dihasilkan oleh usahatani padi disebabkan oleh efisiensi teknis. Lahan, tenaga hewan dan pupuk secara signifikan mempengaruhi tingkat produksi padi. Efisiensi teknis yang dicapai antara 0.59 sampai 0.97, dengan efisiensi teknis rata-rata 0.83. Tingkat efisiensi teknis antara usahatani padi di negara tersebut juga berbeda secara signifikan antar zona ekologi dan ukuran usahatani.

Daryanto et al. (2001) menggunakan analisis stochastic frontier untuk menganalisis efisiensi teknis petani padi yang menggunakan beberapa sistem irigasi pada tiga musim tanam yang berbeda di Jawa Barat. Sistem irigasi terdiri dari sistem irigasi teknis, setengah teknis, sederhana dan desa. Fungsi produksi dugaan yang digunakan adalah fungsi produksi translogstochastic frontier, dengan model efek inefisiensi teknis non-netral. Faktor-veriabel penjelas

disertakan di dalam model efek inefisiensi teknis terdiri dari : (1) logaritma

luas lahan, (2) rasio tenaga kerja yang disewa terhadap total tenaga

kerja, dan (3) partisipasi petani di dalam program intensifikasi. Hasil penelitian menunjukkan : (1) model fungsi produksi stochastic frontier

yang digunakan, secara signifikan dapat diterima, dengan kata lain, fungsi produksi rata-rata tidak cukup menggambarkan efisiensi dan inefisiensi teknis yang terjadi didalam proses produksi, (2) rata-rata nilai inefisiensi teknis petani sampel disertai sistem irigasi dan musim tanam, (3) semua variabel penjelas didalam model efek inefisiensi teknis fungsi produksi stochastic frontier, secara signifikan mempengaruhi inefisiensiteknis, dan (4) ukuran lahan dan rasio tenaga kerja, tidak sama pengruhnya terhadap inefisiensi teknis disetiap sistem irigasi.

Swastika (1996) menggunakan fungsi produksi frontier stochastic translog untuk mengukur perubahan teknologi dan perubahan efisiensi teknis serta kontribusinya terhadap pertumbuhan produktivitas faktor total pada padi sawah irigasi di Jawa Barat. Variabel penjelas yang disertakan dalam model ini adalah vektor input yang terdiri dari benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan penggunaan traktor, serta dummy waktu sebagai proxy dari perubahan teknologi tahun 1988 dan 1992. Pendugaan fungsi produksi frontier dilakukan dengan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan teknologi dari tahun 1980 sampai 1988 sebesar 42.72 persen. Dalam periode yang sama, efisiensi teknis turun sebesar 2 persen. Oleh karena itu, pertumbuhan produktivitas faktor totalnya adalah sebesar 40.74 persen. Sebaliknya, dari tahun 1988 – 1992 terjadi penurunan produksi frontier sebesar 51.57 persen dari kenaikan efisiensi teknis sebesar 1.06 persen. Pada periode tersebut, pertumbuhan produktivitas faktor total adalah sebesar 49.51 persen. Kenaikan produktivitas faktor total dari tahun 1980 – 1988 diduga disebabkan oleh perbaikan tingkat penerapan teknologi dari awal INSUS sampai SUPRA INSUS. Setelah SUPRA INSUS, tidak ada lagi terobosan teknologi baru, baik dari segi kultur teknis maupun varietas baru yang berpotensi hasil melebihi varietas-varietas sebelumnya. Selain stagnasi teknologi, juga disebabkan penurunan genetik varietas-varietas yang ada, penurunan kualitas dan kesuburan tanah dan serangan hama pada musim tanam 1992.

Satria (2003) tentang Kajian Efisiensi Teknis Usahatani Padi Sawah pada petani peserta Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di Sumatera Barat menggunakan fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas.

Fungsi produksi ini dipilih dengan pertimbangan mampu menggambarkan kondisi usahatani padi sawah pada lokasi penelitian. Variabel nitrogen, tenaga kerja, insektisida, irigasi dan SLPHT memberikan pengaruh nyata dengan arah yang positif terhadap produksi. Rodentisida berpengaruh nyata dengan tanda negatif terhadap produksi. Peningkatan produksi padi di propinsi Sumatera Barat dapat dilakukan dengan cara mengoptimumkan penggunaan input. Hasil perhitungan efisiensi teknis di antara petani anggota SLPHT sebesar 66 persen menunjukkan bahwa peluang untuk meningkatkan efisiensi teknis usahatani sebesar 34 persen jika dibandingkan dengan praktek dari petani terbaik ( the best farmers practice). Battese et al. (2001) menggunakan lima model fungsi produksi stochastic frontier yang berbeda untuk setiap wilayah dan satu model fungsi produksi metaproduction frontier yang merupakan fungsi produksi gabungan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa untuk daerah Jakarta dan batas gabungan (metaproduction frontier), inefisiensi teknis dugaan meningkat seiring waktu, namun untuk daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah, inefisiensi teknis dugaan menurun seiring waktu. Seyoum et al. (1998) melalui penelitiannya menggunakan fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas untuk melihat perbandingan efisiensi dan inefisiensi teknis antara dua kelompok petani jagung skala kecil yang mengikuti proyek Sasakawa-Global (SG 2000) dengan petani jagung yang tidak mengikuti proyek tersebut di beberapa district di negara Etiopia bagian Timur. Variabel bebas yang digunakan dalam model stochastic frontier mereka adalah jumlah hari kerja petani, jumlah hari kerja ternak (bagi petani SG 2000) dan jumlah hari kerja traktor (bagi petani diluar SG 2000) serta variabel boneka kabupaten (district). Sementara itu untuk melihat efek inefisiensi teknis

mereka membentuk model efek inefisiensi teknis terpisah dengan memasukkan variabel-variabel berikut : umur, lamanya pendidikan, keikutsertaan petani dalam pendidikan ketrampilan lainnya sebagai variabel penjelas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil batas dari petani SG 2000 antara satu district dengan district yang lainnya tidak berbeda secara signifikan dibandingkan petani diluar SG 2000. Sedangkan dari sisi efek inefisiensi teknis, ditemukan bahwa umur petani mempengaruhi efisiensi teknis petani baik pada petani SG 2000 maupun petani diluarnya. Petani yang lebih mudah secara teknis lebih efisien dibandingkan petani yang lebih tua. Sementara itu efek lama pendidikan berpengaruh positif terhadap efisiensi teknis pada petani SG 2000 dan tidak berpengaruh sama sekali pada petani diluarnya. Petani yang lebih muda secara teknis lebih efisien dibandingkan petani yang lebih tua.

Selanjutnya Bravo-Ureta et al. (2007) mengatakan sumber pertumbuhan produktivitas berasal dari adanya perubahan teknologi (technologi change, TC) dan efisiensi teknis (technical efficiency,TE). Secara khusus dikatakan bahwa efisiensi teknis merupakan ukuran relatif dari kemampuan manajerial untuk teknologi yang sudah ada. Hal ini berarti bahwa efisiensi teknis terjadi karena adanya perbaikan pada pengambil keputusan atau kemampuan manajerialnya. Kemampuan ini berkaitan variabel-variabel yang antara lain pengetahuan, ketrampilan, umur dan pendidikan.

Berdasarkan gambaran studi terdahulu mengenai efisiensi usahatani maka dapat disimpulkan bahwa studi mengenai efisiensi sudah banyak dilakukan dengan aspek kajian, model dan komoditi yang berbeda. Misalnya ada yang

menggunakan fungsi produksi stochastic frontiertranslog, fungsi produksi Cobb- Douglas dan fungsi biaya dual untuk menganalisis efisiensi ekonomi usahatani.

Dokumen terkait