• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH

6.3. Usahatani Padi Sawah

Cara bertanam padi yang dilakukan oleh petani peserta Prima Tani dan petani bukan peserta Prima Tani hampir sama. Umumnya dalam bertanam padi

petani mengikuti teknologi anjuran yang sudah ada sebelumnya, mulai dari pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Pengolahan tanah baik dilokasi Prima Tani maupun bukan Prima Tani sudah ada yang menggunakan traktor, selain itu ada yang mengolah dengan cangkul, disesuaikan dengan kondisi lahan. Petani peserta Prima Tani dalam berusahatani mengikuti anjuran teknologi dari Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) karena diharapkan rekomendasi usahatani dengan rekomendasi PTT ini merupakan suatu pendekatan inovatif dalam meningkatkan efisiensi usahatani padi sawah melalui penerapan komponen teknologi yang memiliki efek sinergistik dan petani berpartisipasi mulai dari perencanaan sampai pengembangan.

Beberapa hal yang membedakan pengelolaan usahatani petani peserta Prima Tani dan petani bukan peserta Prima Tani. Adapun input-input produksi yang dianjurkan melalui PTT yang direkomendasikan di desa Sui itik adalah sebagai berikut:

6.3.1. Jumlah Penggunaan Benih

Petani responden yang mengikuti Program Prima Tani rata-rata menggunakan benih sebanyak 15-30 kg/ha. Sedangkan petani responden bukan peserta Prima Tani menggunakan benih sebanyak 12–28 kg/ha. Benih yang seharusnya digunakan sesuai anjuran PTT adalah sebanyak 25–30 kg/ha. Rata- rata petani baik peserta Program Prima Tani maupun bukan peserta Prima Tani sudah menggunakan benih sesuai anjuran.

Varietas benih yang ditanam tergantung pada selera dan kebiasaan petani. Varietas yang ditanam adalah : Ciherang, IR.64, IR 42, Musi dan Batanghari.

6.3.2. Penanaman

Petani baik peserta Prima Tani maupun bukan peserta Prima Tani awalnya semaikan benih pada bedengan, selama di bedengan diberi pupuk urea sesuai dengan luasan bedengan, setelah 10 hari di persemaian, bibit dipindahkan. Sedangkan teknologi anjuran dari PTT adalah umur bibit dipersemaian 10-15 hari. Pada umumnya petani peserta dan non peserta Prima Tani menanam bibit muda, namun ada juga petani yang menanam bibit tua tapi dalam jumlah yang sedikit.

Anjuran dari PTT bibit diberikan 1-2 bibit perlubang dengan jarak tanam 20 x 20 cm (tegal) dan 40 x 20 x 10 cm (legowo). Sistem tanam legowo yang

diterapkan petani peserta Prima Tani adalah Legowo 4.1. Anjuran jajar tanam legowo baru diterapkan oleh beberapa petani peserta Prima Tani, sebagian besar petani peserta Prima Tani belum menerapkan jajar tanam legowo karena menurut mereka sistem jajar tanam legowo membutuhkan waktu yang lama. Petani bukan peserta Prima Tani melakukan penanaman yang mirip dengan jajar tanam legowo hanya saja cara tanam yang dilakukan adalah berselang seling 10 baris dan 1 baris kosong. Keuntungan sistem tanam jajar legowo diantaranya adalah : (1) semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanam pinggir), (2) pengendalian hama, penyakit dan gulma

lebih muda, (3) menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air, dan (4) pemberian dan penggunaan pupuk lebih efisien dan berdaya guna.

6.3.3. Pemupukan

Pemupukan harus dilakukan secara berimbang, artinya pemberian pupuk ke dalam tanah diharapkan dapat menyeimbangkan dan mengoptimalkan semua

hara pertanian. Umumnya petani di lokasi penelitian sudah menggunakan pupuk antara lain; urea, SP-36, KCl dan ada juga yang menggunakan NPK sebagai pengganti KCl jika terjadi kelangkaan pupuk.

Anjuran penggunaan pupuk yaitu menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) dan peta status hara P dan K. Pupuk dasar diberikan 7-10 HST dengan jenis pupuk Urea 50 Kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCl 25 kg/ha. Umur 20 HST jenis pupuk Urea diulang setiap 10 hari berdasarkan BWD hingga umur 40 HST. Untuk umur 40 HST, pemupukan KCl 25 kg/ha. Namun demikian tidak semua petani peserta Prima Tani mengikuti anjuran tersebut. Hal ini disebabkan karena selain pupuk tersedia dalam jumlah yang terbatas, alasan utamanya adalah keterbatasan modal untuk membeli pupuk. Di lokasi pelaksanaan program Prima Tani, penggunaan pupuk organik merupakan rekomendasi teknologi. Pupuk organik yang diintroduksi adalah pupuk jerami padi dan biogas dari kotoran sapi. Namun demikian belum semua petani menggunakan pupuk organik baik dari jerami padi maupun biogas. Hal ini disesabkan karena menurut petani pembuatan pupuk organik membutuhkan ketelitian dan ketrampilan. Pupuk organik tidak digunakan oleh semua petani, beberapa petani yang adalah pemilik ternak sapi sudah mencoba menggunakan pupuk dari kotoran sapi tersebut. Keinginan petani untuk menggunakan pupuk organik cukup besar hanya saja kelangkaan kotoran sapi menjadi kendala bagi petani.

6.3.4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan cara penyiangan gulma pada lahan yang ditanami padi. Umumnya dilokasi penelitian penyiangan dilakukan

sebanyak 2 kali. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan ada juga yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Tujuan dilakukan penyiangan adalah : (1) mengurangi persaingan antara gulma dengan

tanaman dalam hal kebutuhan akan unsur hara, sinar matahari dan tempat, (2) untuk memutuskan perputaran hidup gulma, (3) mencegah terbentuknya

tempat berkembang bagi serangga hama, penyakit dan tikus, dan (4) mencegah terseumbatnya saluran dan aliran irigasi. Penyiangan dapat dilakukan dengan mencabut dengan tangan, menggunakan herbisida.

6.3.5. Panen dan Pasca Panen

Sistem panen yang dilakukan biasanya secara berkelompok. Panen dan perontokan dilakukan dengan menggunakan arit dan mesin perontok (Power Threser). Namun demikian dilokasi penelitian umumnya dikeluhkan petani tentang keterbatasan alat perontok padi, panen yang dilakukan biasanya secara berkelompok. Selain itu juga belum adanya alat pengering (dryer) sehingga biasanya petani menjemur gabah disepanjang jalan. Hasil sampingan padi berupa dedak/menir dan sekam telah dimanfaatkan untuk makanan ternak dan juga petani telah dilatih untuk menggunakan bahan sekam sebagai wadah untuk memasak, dimana petani juga dilatih untuk pembuatan tunggu sekam.

6.4. Perbandingan Rata-Rata Penggunaan Input dan Produksi Petani

Dokumen terkait