BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Konsep Pendidikan Karakter
Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Sedangkan menurut Winnie dalam Muslich (2011:71), istilah karakter diambil dari
bahasa Yunani yang berarti ‘to mark’ (menandai). Istilah ini lebih fokus pada
tindakan atau tingkah laku. Menurut Musfiroh (dalam Kiromi, 2016:49) seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam, suka mencuri, disebut sebagai orang yang memiliki karakter buruk. Sedangkan orang yang suka berbuat jujur, suka menolong, sopan, bisa dikatakan seseorang yang memiliki karakter yang baik. Jadi, istilah karakter lebih tercermin pada personality (kepribadian) seseorang.
Gordon Allport (dalam Sulistyowati, 2012:20) mendefinisikan karakter manusia sebagai kumpulan atau kristalisasi dari kebiasaan-kebiasaan seorang individu. Sedangkan Chaplin (dalam Sulistyowati, 2012:20) mendefinisikan sebagai kualitas kepribadian yang berulang secara tetap dalam seorang individu.
Menurut Thomas Lickona terdapat tiga komponen karakter yang baik dan saling berhubungan. Tiga komponen karakter yang baik (components of good character), yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau tindakan moral. Pengetahuan moral berkaitan dengan kesadaran moral, pengetahuan nilai moral, penentuan
15
perspektif, pemikiran moral, pengambilan keputusan dan pengetahuan pribadi. Perasaan moral berkaitan dengan hati nurani, harga diri, empati, mencintai hal yang baik, kendali diri dan kerendahan hati. Sedangkan tindakan moral meliputi kompetensi, keinginan dan kebiasaan. Berikut diagram komponen karakter yang baik menurut Thomas Lickona.
Gambar 1. Komponen karakter yang baik menurut Thomas Lickona (2012:84) Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan hal yang berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif, dan mempunyai kualitas kepribadian yang baik. Orang yang berkarakter adalah orang yang mengetahui akan adanya hal yang baik dan buruk, dapat merasakan dan melakukan
Perasaan Moral 1. Hati nurani 2. Harga diri 3. Empati
4. Mencintai hal yang baik 5. Kendali diri 6. Kerendahan hati Pengetahuan Moral 1. Kesadaran moral 2. Pengetahuan nilai moral 3. Penentuan perspektif 4. Pemikiran moral 5. Pengambilan keputusan 6. Pengetahuan pribadi
Komponen Karakter yang Baik
Tindakan Moral 1. Kompetensi 2. Keinginan 3. Kebiasaan
16
tindakan baik. Karakter pada diri sesorang terbentuk karena adanya kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan bukan karena garis keturunan.
b. Pengertian Pendidikan Karakter
Penanaman karakter pada diri seseorang memerlukan suatu cara. Karakter tidak didapatkan begitu saja oleh seseorang akan tetapi melalui suatu proses yang dinamakan pendidikan. Berkaitan dengan karakter maka usaha yang dilakukan untuk menanamkan karakter disebut pendidikan karakter. Menurut Kartadinata, dkk (2015:150) pendidikan karakter adalah suatu pola yang dilakukan untuk membuat seseorang mengetahui hal-hal baik apa yang harus dilakukan dengan melakukan sehingga seseorang tersebut akan memiliki kepedulian tentang hal baik itu.
Sedangkan menurut Saptomo (2011:23) Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandasakan kebajikan-kebajikan inti (core virtue) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat.
Pendidikan karakter menurut Megawangi sebagaimana dikutip oleh Kartadinata (2015:151), yaitu sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap lingkungannya.
Pendapat lain diungkapkan oleh Samani & Hariyanto (2013:45) pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi
17
manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.
Definisi lain diungkapkan oleh Amri, dkk (2011:4) pendidikan karakter adalah suatu penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan karakter disekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan dan etos kerja seluruh warga sekolah.
Dari beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mengembangkan karakter yang baik dan menjadikan manusia seutuhnya. Makna pendidikan karakter lebih tinggi daripada pendidikan moral dilihat dari segi kualitas, karena dalam pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, akan tetapi pendidikan karakter menanamkan kebiasaan yang baik kepada peserta didik.
c. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter mempunyai bebrapa tujuan yang hendak dicapai melalui program ini. Menurut Sulistyowati (2012:27-28) terdapat beberapa tujuan pendidikan karakter diantaranya adalah sebagai berikut:
18
1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif siswa sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. 2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. 3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa sebagai
generasi penerus bangsa.
4) Mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
Tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah menurut Kesuma (2011:9) memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/ kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. Sedangkan tujuan pendidikan karakter menurut kemendiknas yaitu bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi : (1) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati
19
baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) membangun karakter bangsa yang berkarakter Pancasila; (3) mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangsa pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.
Berdasarkan uraian di atas pendidikan karakter mempunyai tujuan yang mulia yaitu mengembangkan nilai-nilai yang baik pada diri peserta didik. Nilai-nilai baik yang berkembang pada peserta didik diharapkan dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari peserta didik sehingga akan berkontribusi pada kehidupan masyarakat yang lebih baik.
d. Nilai-nilai Karakter
Kesuma (2011:12) mengelompokkan nilai-nilai karakter yang dianggap penting oleh manusia akhir-akhir ini. Pengelompokan berdasarkan nilai yang berkaitan dengan Tuhan, nilai yang berkaitan dengan diri sendiri, dan nilai yang berkaitan dengan orang lain/makhluk lain. Berikut nilai-nilai yang dianggap penting oleh Darma Kesuma:
1. Nilai yang terkait dengan Ketuhanan
Ikhlas, ikhsan, iman, taqwa, dan lain sebagainya. 2. Nilai yang terkait dengan diri sendiri
Jujur, kerja keras, tegas, sabar, ulet, ceria, teguh, terbuka, visioner, mandiri, tegar, pemberani, reflektif, tanggung jawab, disiplin, dan sebagainya.
20
Senang membantu, toleransi, murah senyum, pemurah, kooperatif, mampu bekerja sama, komunikatif, amar maruf (menyeru kebaikan), Nahi munkar (mencegah kemunkaran), peduli (manusia, alam), adil dan sebagainya.
Dirjen Dikdasmen Kemendiknas (Kemendiknas, 2010:16-18) berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik dan prinsip-prinsip HAM telah mengidentifikasi nilai-nilai karakter utama yakni : 1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius)
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri a. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, pekerjaan, baik terhadap diri dan orang lain.
b. Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.
c. Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan mengindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
21
Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras
Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
f. Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
g. Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termuktakhir dari apa yang telah dimiliki.
i. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
j. Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.
22 k. Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain. b. Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
c. Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
d. Santun
Sikap yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.
e. Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
23
kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
5. Nilai kebangsaan
Cara berpikir, bertindak dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
1. Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
2. Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya suku dan agama.
Pendapat lain tentang nilai-nilai yang perlu ditanamkan pada peserta didik datang dari Indonesia Heritage Foundation dalam Megawangi (2007:93). Indonesia Heritage Foundation mengembangkan sembilan nilai karakter yang perlu ditanamkan, adapun nilai-nilai karakter yang perlu di kembangkan adalah sebagai berikut:
1. Cinta Tuhan dan segenap Ciptaan-Nya (Love Allah, trust, reverence, loyality)
2. Kemandirian dan tanggung jawab (responsibility, excellence, self relance, dicipline, ordeliness)
3. Kejujuran/amanah, bijaksana (trustworthhiness, reliability, honesty) 4. Hormat dan santun (respect, coursety, obedience)
24
5. Dermawan, suka menolong, dan gotong royong (love, compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation)
6. Percaya diri, kreatif, dan pekerja keras (confidence, assertiviness, creativity, resourcarefulness, courage, determination, and anthusiasm) 7. Kepemimpinan dan keadilan (justice, fairness, mercy, leadership) 8. Baik dan rendah hati (kindness, freiendliness, humility, modesty)
9. Toleransi dan kedamaian dan kesatuan (tolerance, flexibility, peacefullness, unity)
Thomas Lickona (2012:69) berpendapat bahwa nilai dasar yang harus diajarkan di sekolah adalah rasa hormat dan tanggung jawab. Rasa hormat dan tanggug jawab mewakili dasar moralitas utama yang berlaku secara universal. Mereka memiliki tujuan, nilai yang nyata, di mana mereka mengandung nilai-nilai baik bagi semua orang sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat.
Selain sikap hormat dan tanggung jawab menurut Thomas Lickona ada nilai-nilai yang harus diajarkan disekolah, nilai-nilai-nilai-nilai tersebut adalah kejujuran, keadilan, toleransi, kebijaksanaan, disiplin diri, tolong menolong, peduli sesama, kerja sama, keberanian, sikap demokratis. Nilai-nilai khusus tersebut merupakan bentuk dari rasa hormat dan atau tanggung jawab ataupun sebagai media pendukung untuk bersikap hormat dan bertanggung jawab (Lickona, 2012:74).
Kemudian, Ari Ginanjar Agustian dengan teori ESQ menyodorkan pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk pada sifat-sifat mulia Allah swt., yaitu Asmaul Husna. Asmaul Husna inilah sumber sejati karakter positif
25
yang dirumuskan oleh siapa pun. Dari sekian banyak karakter yang bisa diteladani dari Asmaul Husna, Agustian (2010:318) merangkumnya dalam tujuh karakter dasar, yaitu: 1. Jujur 2. Tanggung jawab 3. Disiplin 4. Visioner 5. Adil 6. Peduli 7. Kerja sama
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai karakter yang ditanamkan kepada peserta didik merupakan nilai-nilai terpuji. Nilai-nilai karakter ini bersumber dari kajian Nilai-nilai-Nilai-nilai agama, norma-norma sosial, dan peraturan. Nilai karakter dapat dikategorikan menjadi nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (religius), nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri seperti jujur, bertanggung jawab, disiplin, kerja keras, mandiri, kreatif dan lain sebaigainya. Nilai karakter dalam hubungannya dengan orang lain seperti patuh pada aturan, menghargai keberagaman, santun dan demokratis. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan seperti cinta terhadap lingkungan, memberi bantuan kepada orang lain.
e. Indikator Pendidikan Karakter
Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter perlu disusun indikator sebagai tolak ukur keberhasilan. Menurut Kementrian Pendidikan
26
Nasional tahun 2010, indikator keberhasilan pendidikan karakter dapat diukur melalui dua cara yaitu:
1. Indikator keberhasilan untuk kelas dan sekolah
Indikator sekolah dan kelas adalah tolak ukur yang digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga lembaga pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa. Berikut indikator keberhasilan untuk kelas dan sekolah (Sulistyowati, 2012:72) :
Tabel 2. Indikator keberhasilan pendidikan karakter di kelas dan sekolah NO Nilai & Deskrpsi Indikator kelas Indikator sekolah
1 Religius Berdoa sebelum
pelajaran dimulai dan sesudahnya Siswa diberi kesempatan untuk menjalankan ibadah Tersedia tempat ibadah
Perayaan hari besar keagamaan
2 Jujur Larangan menyontek
Terdapat fasilitas pengumuman barang yang hilang dan kotak temuan barang hilang
Kantin kejujuran
Kotak kejujuran
Kotak saran dan pengaduan
Transparansi keuangan 3 Tanggung jawab Pelaksanaan tugas
piket secara teratur
Melaksanakan tugas yang diberikan sekolah/guru
Menjalankan tata tertib dan peraturan akademik secara sukarela Terdapat laporan pertanggung- jawaban setiap kegiatan Membuat pembiasaan untuk menjalankan tata tertib dan aturan akademik dengan sukarela
27 2. Indikator keberhasilan untuk mata pelajaran
Nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah, selain dapat diukur dari tingkat kelas dan tingkat sekolah, juga dapat diukur dari pencapaian tiap mata pelajaran. Nilai-nilai pendidikan karakter disematkan pada tiap-tiap mata pelajaran. Distribusi indikator nilai pa tingkat mata pelajaran dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi indikator nilai pada tingkat mata pelajaran
No Mata pelajaran Nilai karakter
1. Pendidikan Agama Religius, jujur, bertanggung jawab, cinta damai
2. Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Disiplin, Kerja keras, menghargai prestasi, sehat
3. PKn dan IPS Cinta tanah air, peduli sosial, semangat kebangsaan, demokratis dan toleransi
4. IPA Rasa ingin tahu, peduli lingkungan,
kreativitas 5. Bahasa (Bahasa Indonesia,
Inggris dan asing lainnya)
Gemar membaca, komunikatif 6. Matematika Kerja keras, rasa ingin tahu, teliti, 7. Pendidikan seni Kreativitas, menghargai prestasi,
mandiri
8. TIK Kreativitas, rasa ingin tahu,
bertanggung jawab, dan menghargai prestasi
Mulyasa (2011:12) berpendapat indikator keberhasilan program pendidikan karakter disekolah dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang tampak dalam setiap aktivitas. Aktivitas yang mencerminkan keberhasilan pendidikan karakter menurut Mulyasa adalah sebagai berikut:
28 2. Kejujuran 3. Keikhlasan 4. Kesederhanaan 5. Kemandirian 6. Kepedulian
7. Kebebasan dalam bertindak 8. Kecermatan/ ketelitian 9. Komitmen
Indikator keberhasilan pendidikan karakter dapat dilihat di lingkungan sekolah maupun di kelas. Indikator keberhasilan di sekolah dilihat dari perilaku peserta didik dan tersedianya sarana dan prasarana dalam menunjang pendidikan karakter. Indikator di kelas yaitu mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran.
f. Metode Pendidikan Karakter
Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan hodos bearti jalan atau cara. Dalam bahasa Arab istilah metode dikenal dengan istilah thoqirah yang berarti langkah-langkah strategis untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Metode menurut istilahnya ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita atau tujuan (Wiyani, 2013:38). Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa metode ialah suatu cara yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan.
Menurut Gunawan (2014:88) metode ialah cara-cara untuk menyampaikan materi pendidikan oleh pendidik kepada peserta didik, disampaikan dengan efektif
29
dan efisien, untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditentukan. Kaitannya dengan pendidikan karakter, metode pendidikan karakter berarti suatu cara yang disampaikan dengan efektif dan efisien yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan karakter.
Proses pendidikan karakter memerlukan metode yang tepat yang diberikan kepada siswa agar siswa bukan sekedar tahu tentang karakter baik akan tetapi siswa juga mampu melaksanakan karakter baik yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Abdurrahman An-Nahlawi (dalam Gunawan, 2014:88) menawarkan metode-metode pendidikan karakter sebagai bahan pertimbangan para pendidik dalam menginternalisasikan pendidikan karakter kepada semua peserta didik. Metode-metode tersebut adalah sebagai berikut:
1. Metode hiwar atau percakapan
Metode hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab, mengenai satu topik, dan dengan sengaja diarahkkan kepapda satu tujuan yang dikehendaki. Dalam proses pendidikan metode hiwar mempunyai dampak yang sangat mendalam terhadap jiwa pendengar (mustami’) atau pembaca yang mengikuti topik percakapan dengan seksama dan penuh perhatian.
2. Metode qishah atau cerita
Metode cerita merupakan metode pendukung dalam pelaksanaan pendidikan memiliki peran yang sangat penting, karena dalam kisah-kisah terdapat berbagai keteladanan dan edukasi.
30 3. Metode amtsal atau perumpamaan
Metode perumpamaan juga baik digunakan oleh para guru dalam mengajari peserta didiknya terutama dalam menanamkan karakter kepada mereka. Cara penggunan metode amtsal ini hampir sama dengan metode kisah, yaitu dengan berceramah (berkisah atau membacakan kisah) atau membaca teks.
4. Metode uswah atau keteladanan
Dalam penanaman pendidikan karakter kepada peserta didik di sekolah, keteladanan merupakan metode yang lebih efektif dan efisien. Karena peserta didik (terutama siswa pada usia pendidikan dasar dan menengah) pada umumnya cenderung meneladani (meniru) guru atau pendidiknya. Hal ini memang karena secara psikologis siswa memang senang meniru, tidak saja yang baik, bahkan terkadang yang jeleknya pun mereka tiru.
5. Metode pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan (habituation) ini berintikan pengalaman. Dan inti kebiasaan adalah pengulangan. Pembiasaan menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, yang dapat menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan, agar kegiatan ini dapat dilakukan dalam setiap kegiatan. Oleh karenanya, menurut para pakar, metode ini sangat efekktif dalam rangka pembinaan karakter dan kepribadian anak. Orang tua membiasakan anak-anaknya untuk bangun pagi. Maka bangun pagi itu akan menjadi kebiasaan.
31 6. Metode ‘ibrah dan mau’idah
Ibrah ialah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, dihadapi dengan menggunakan nalar yag menyebabkan hati mengakuinya. Adapun kata mau’idah ialah nasehat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.
7. Metode targhib dan tarhib (janji dan ancaman)
Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai dengan bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan. Targhib dan tarhib mempunyai titik tekan yang berbeda. Targhib agar melakukan kebaikan yang diperintahkan Allah, sedang tarhib agar menjauhi perbuatan jelek yang dilarang oleh Allah.
Metode pendidikan karakter haruslah mampu mengembangkan kepribadian siswa. Metode pendidikan karakter menurut Marzuki (2015:112-113) terdapat 6 langkah, adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Metode langsung dan tidak langsung
Metode langsung berarti penyampaian pendidikan karakter (pendidikan akhlak) dilakukan secara langsung dengan memberikan materi-materi akhlak mulia dari sumbernya. Sementara itu, metode tidak langsung maksudnya adalah penanaman karakter melalui kisah-kisah yang mengandung nila-nilai karakter mulia dengan harapan dapat diambil hikmahnya oleh siswa.
2. Melalui mata pelajaran tersendiri dan terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran
32
Melalui mata pelajaran tersendiri, seperti Pendidikan Agama dan Pendidikan kewarganegaraan (PKn). Sementara itu, terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran artinya melalui mata pelajaran yang ada. Nilai-nilai karakter mulia dapat diintegrasikan dalam materi ajar atau melalui proses pembelajaran yang berlaku.
3. Melalui kegiatan-kegiatan di luar mata pelajaran, yaitu melalui pembiasaan-pembiasaan atau pengembangan diri.
Maksudnya adalah pembinaan karakter siswa melalui semua kegiatan diluar pembelajaran yang biasa disebut kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang berbentuk pembiasaan-pembiasaaan nilai-nilai akhlak mulia yang ada di dalamnya, seperti melalui kegiatan IMTAQ, tadarus Alquran, dan pramuka. 4. Melalui metode keteladanan (uswah hasanah)
Metode yang sangat efektif untuk pembinaan karakter siswa disekolah adalah melalui keteladanan. Keteladanan disekolah diperankan oleh kepala sekolah,