BAB II KAJIAN PUSTAKA
2. Konsep Pondok Pesantren Modern
a. Pengertian Pondok Pesantren Modern
Pondok pesantren merupakan tempat pendidikan islam tertua yang telah ada di Indonesia sekitar 300-400 tahun yang lalu. Kalangan masyarakat banyak yang
menyebut pondok pesantren dengan nama “pesantren” saja tanpa ada embel-embel pondok. Secara terminologi pesantren dimaknai sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diimplimentasikan dengan cara non-klasikal (Malik, 2008:14). Istilah non klasikal
38
di sini ialah seorang kyai mengajarkan santri-santrinya berdasarkan kitab-kitab bahasa Arab.
Sedangkan dari segi estimologi, menurut Zani (dalam Malik, 2008:15),
pesantren berasal dari kata “santri” yang diberi awalan pe- dan akhiran –an, yang berarti sebuah pusat pendidikan Islam tradisional atau sebuah pondok untuk siswa muslim (santri) sebagai model sekolah agama Islam di Jawa. Cak Nur berpendapat
bahwa kata ‘Santri’ berasal dari sastri (bahasa Sansekerta), yang berarti melek huruf. Sedangkan kata pondok yang mengiringi kata ‘pesantren’ juga
dimungkinkan bersal dari bahasa Arab ‘funduq’ yang berarti asrama.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari (Mastuhu, 1994:55). Sedangkan Menurut Malik (2007:8) Pondok Pesantren ialah tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan mempunyai unsur-unsur pendidikan sebagai pelengkap dalam pengajarannya. Menurut Mastuhu (1994:58) terdapat 3 unsur pondok pesantren. Ketiga unsur pondok pesantren adalah sebagai berikut :
“Unsur-unsur pesantren adalah (1) Pelaku: kiai, ustadz, santri dan pengurus. (2) Sarana perangkat keras: Masjid, rumah kiai, rumah ustadz, pondok, gedung, sekolah, tanah untuk berbagai keperluan, gedung-gedung lain untuk keperluan-keperluan seperti perpustakaan, aula, kantor pengurus pesantren, kantor organisasi santri, keamanan, koperasi, perbengkelan, jahit-menjahit dan keterampilan lainnya, dan (3) Sarana perangkat lunak: Tujuan, kurikulum, sumber belajar yaitu kitab, buku-buku dan sumber belajar lainnya,
39
cara belajar-mengajar (bandongan, sorogan, halaqah, dan menghafal) dan evaluasi belajar-mengajar.”
Sedangkan menurut Dhofier (1994:44) terdapat lima elemen yang harus dimiliki pesantren. Kelima unsur tersebut adalah Pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan kyai. Kelengkapan unsur-unsur pondok pesantren tersebut berbeda-beda diantara pesantren yang satu dengan pesantren yang lainnya. Kelima elemen tersebut menurut Dofier harus dimiliki pesantren, sehingga dapat disebut dengan pesantren. Ada pesantren yang lengkap unsur-unsurnya, namun ada juga yang terbatas. Perbedaan ini dipengaruhi dari kemampuan masing-masing pondok pesantren.
Pondok pesantren saat ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pesantren tradisional atau pesantren salafiah dan pondok pesantren modern atau khalafiah. Pondok pesantren salaf hanya mengajarkan kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikannya. Dalam pengajarannya pondok pesantren tradisioanl atau salafiah hanya mengajarkan kitab-kitab klasik saja tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Sedangkan pesantren modern atau khalafiah telah memasukan pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah-madrasah yang dikembangkan atau membuka tipe-tipe sekolah umum di dalam lingkungan pesantren (Tuanaya dkk, 2007:9).
Pondok pesantren modern mempunyai perbedaan yang jelas dengan pondok pesantren tradisional. Pondok pesantren tradisional cenderung menutup diri dari unsur-unsur luar, sedangkan pondok pesantren modern lebih flesksibel dan terbuka dalam menerima hal-hal baru disamping tetap mempertahankan tradisi lama yang sudah ada (Malik, 2008:20). Pondok pesantren modern melakukan pembaharauan
40
(modernisasi) dalam sistem pendidikan, kelembagaan, pemikiran dan fungsi dari pondok pesantren. Dalam proses pembelajarannya sudah menerapkan sistem perjenjangan (klasikal) tidak lagi menggunakan sistem non klasikal. Sistem perjenjangan seperti ini layaknya sekolah formal pada umumnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulakan bahwa pondok pesantren modern ialah tempat pendidikan islam yang telah mengalami pembaharuan. Pembaharuan terjadi dalam sistem pendidikan, kelembagaan, pemikiran dan fungsi dari pondok pesantren. Pondok pesantren modern lebih terbuka dan menerima hal-hal baru dari dunia luar disamping tetap memertahankan tradisi lama yang sudah ada.
b. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Modern
Kurikulum merupakan instrumen penting dalam pendidikan. Menurut Crow and crow (dalam Malik, 2008:24), kurikulum meliputi bagaimana cara mengembangan siswa dari segi mental, fisik, emosional, spiritual, dan moral dengan melihat pengalaman-pengalaman sebelumnya yang diamati dari proses belajar mengajar, baik di dalam ruangan kelas maupun outdoor.
Kurikulum yang digunakan di pondok pesantren modern ialah dengan memadukan pendidikan agama dan pendidikan umum. Adapun porsi yang diberikan ialah 100% pendidikan agama dan 100% pendidikan umum (Wiryosukarto & TIM, 1996:51). Materi pendidikan agama mayoritas diadopsi dari Pondok Modern Darussalam Gontor (Malik, 2008:66). Adapun materi-materi agama meliputi pelajaran bahasa Arab, perbandingan agama, Hadist, balaqhah, Ilmu Mantiq, Aqidah, Fiqih, dan Tajwid. Sedangkan materi umum yang diberikan
41
mengacu kepada DikNas (sebagai representasi pendidikan nasional). Mata pelajaran yang diberikan dalam pendidikan umum seperti matematika, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan lain sebagainya. Pelajaran ilmu-ilmu umum penting untuk dimaksudkan agar para santri juga memiliki wawasan pengetahuan umum disamping wawasan ilmu agama.
c. Sistem Pengajaran Pondok Pesantren Modern
Sistem pengajaran yang diterapkan di pondok pesantren modern berbeda dengan pondok pesantren tradisional. Dalam pondok pesantren modern tidak menggunakan sistem non klasikal seperti sorogan atau bandongan akan tetapi sudah menerapkan sistem klasikal, sebagaimana diterapkan di sekolah-sekolah atau madrasah-madrasah (Wiryosukarto & TIM, 1996:52). Alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran sama dengan pendidikan umum seperti ruang kelas, papan tulis, kapur, dan penghapus bahkan ada yang sudah menggunakan LCD Proyektor sebagai media pembelajarannya.
Dari segi metode pengajarannya, pondok pesantren modern tidak lagi menerapkan sistem sorogan atau bandongan, tetapi telah mulai menggunakan berbagai metode pengajaran yang diterapkan pada sekolah umum seperti: tanya jawab, hafalan, sosio-drama, widyawisata, ceramah, hingga sistem modul (Tuanaya, 2007:10). Proses pendidikan di pondok pesantren modern berlangsung selama 24 jam. Pada pukul 07.00 WIB – 13.00 WIB para siswa belajar di madrasah kemudian pada jam setelahnya para siswa belajar di asrama. Kegiatan siswa atau
42
santri telah terprogram secara pasti sehingga membutuhkan kedisiplian. Jadwal yang tersusun ini diharapkan dapat membuat para santri menjadi disiplin.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem pembelajaran di pondok pesantren modern berbeda dengan sistem pondok pesantren tradisional. Pondok pesantren modern mempunyai sistem klasikal layaknya sekolah umum dalam pengajarannya, selain itu sarana dan prasarana yang digunakan lebih memadai di mana beberapa pondok pesantren sudah menggunakan LCD proyektor dalam pembelajarannya.