BAB III. PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DAN BERBAGAI IMPLIKASINYA
A. KONSEP PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Pada prinsipnya pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga atau keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendi-dikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Konsep pendidikan seumur hidup atau pendidikan sepanjnag hayat, merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terus-menerus (continue) dari bayi sampai meninggal dunia. Konsep ini sesuai dengan konsep Islam sebagaimana hadits Nabi Besar Muhammad Saw., “Utlubul ilma minal mahdi ilallahdi” (Menuntut ilmu dari mulai buaian sampai ke liang lahat).
Ide atau gagasan pendidikan seumur hidup dalam sejarah pendidikan yang diawali dengan pernyataan Nabi Besar Muhammad Saw. tersebut telah lama, akan tetapi baru populer sejak terbitnya buku Paul Langrend yang berjudul “An Introduction to Life Long
Education” sesudah Perang Dunia II, yang kemudian diambil alih oleh “International
Commision on the Development of Education” PBB (UNESCO). Istilah pendidikan seumur hidup (Life Long Integrated Education) tidak dapat diganti dengan istilah-istilah lain sebab isi dan luasnya (scope) tidak persis sama, seperti Out of School Education,
Continuining Education, Adult Edecation, Further Edu-cation, Recurrent Education),
dsb.
Dalam sistem pendidikan di Indonesia, dikenal adanya pendidikan sekolah (pendi-dikan formal), dan pendi(pendi-dikan luar sekolah (pendi(pendi-dikan nonformal dan informal). Pendidikan luar sekolah dibagi dua, yaitu yang dilembagakan dan yang tidak dilemba-gakan.
Pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah, yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang, dan pelaksanaannya dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Memang sekolah bukan satu-satunya tempat bagi setiap orang untuk belajar. Namun perlu disadari bahwa sekolah merupakan tempat dan periode yang sangat
52
strategis bagi pemerintah dan masyarakat dalam membina seseorang untuk meng-hadapi masa depannya.
Pendidikan luar sekolah yang dilembagakan adalah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah dan berencana di luar kegiatan persekolahan. Di sini, tenaga pengajar, fasilitas, cara penyampaian materi atau bahan jar, dan waktu yang dipakai, serta komponen-komponen lainnya disesuaikan dengan keadaan peserta didik agar mendapatkan hasil yang baik. Bagi masyarakat kita yang masih banyak dipengaruhi oleh proses belajar tradisional, maka pendidikan luar sekolah yang dilembagakan merupakan cara yang baik dan mudah, dan mendorong masyarakat mau belajar, karena proses pembelajarannya dapat disesuaikan dengan keadaan lingkungan dan kebutuhan peserta didik. Pendidikan luar sekolah yang dilem-bagakan bersifat fungsional dan praktis, serta pendekatannya lebih luwes (fleksibel). Calon peserta didiknya (raw input) adalah :
1. Penduduk usia sekolah yang tidak mendapat kesempatan bersekolah. 2. Orang dewasa yang tidak pernah bersekolah.
3. Siswa sekolah yang putus sekolah (drop-out), baik dari pendidikan tingkat dasar, menengah, atau pun tinggi.
4. Siswa yang telah lulus dalam satu jenjang dan jalur pendidikan sekolah, tetapi tidak dapat melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi.
5. Orang yang telah bekerja, dan ingin menambah keterampilan lain.
Lembaga pendidikan luar sekolah yang dilembagakan wujudnya adalah lembaga pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perem-puan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidik-an kesetarapendidik-an, serta pendidikpendidik-an lain ypendidik-ang ditujukpendidik-an untuk mengembpendidik-angkpendidik-an kemampu-an peserta didik. Satukemampu-an pendidikkemampu-an nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan dikenal dengan pendidikan informal. Kegiatan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan, berbentuk kegiatan belajar mandiri. Juga merupakan proses pendidikan yang diperoleh
53
seseorang dari pengalamannya sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, yang pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, seperti di dalam keluarga (rumah tangga), tetangga, pekerjaan, hiburan, pasar, dll. Namun demikian, pengaruh dan peranannya sangat besar dalam kehidupan seseorang, karena :
1. Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan yang pertama dan utama bagi setiap orang. Setiap orang sejak anak-anak, remaja dan dewasa akan lebih banyak berada di rumah, dan pada masa itulah diletakkan dasar-dasar kepribadian seseorang. 2. Pendidikan di lingkungan masyarakat adalah pendidikan sekaligus tempat praktek
dalam kehidupan yang sebenarnya, sehingga orang akan menimba pengalaman, pengetahuan, keterampilan, sehingga bermanfaat dalam kehidupannya.
Adapun perbedaan antara pendidikan sekolah dengan pendidikan luar sekolah yang dilembagakan dan yang tidak dilembagakan dapat dilihat dalam matrik di bawah ini.
No. KETERANGAN PENDIDIKAN SEKOLAH
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH YANG
DI-LEMBAGAKAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH YANG TIDAK DILEMBAGAKAN 1 2 3 4 5 1. Tempat berlang-sung
Di gedung sekolah Dapat di luar dan di dalam sekolah
Di mana saja sese-orang berada 2. Syarat untuk
mengikuti
Usia dan tingkat pendidikan yang tertentu
Kadang ada, namun tidak memegang pe-ranan penting
Tidak ada 3. Jenjang
pendidik-an
Ada jenjang yang
ketat Biasanya tidak ada Tidak ada 4. Program Ditentukan secara
teliti untuk tiap jenjang dalam bentuk tertulis
Ada program
tertentu Tidak ada 5. Bahan pelajaran Akademis dan
bersifat umum Praktis dan khusus
Tidak ada yang di-tentukan
6. Lama pendidikan Memakan waktu
yang panjang Relatif singkat
Sepanjang hidup 7. Usia yang
menja-lani
Relatif berusia
sa-ma Tidak perlu sama Semua usia 8. Penilaian Ada ujian secara
formal dengan pemberian ijazah
Ada juga, biasanya diberi ijazah atau su-rat keterangan
Tidak ada ujian a-tau penilaian siste-matis
54 9. Penyelenggaraan Pemerintah atau
swasta
Pemerintah atau swasta
Tidak ada badan tertentu
10. Metode mengajar Menurut metodo-logi tertentu
Dapat mengikuti me-tode tertentu, wa-laupun tak selalu
Tidak ada `11. Tenaga pengajar Harus mempunyai
wewenang berda-sarkan ijazah dan diangkat untuk itu
Tidak selalu mempu-nyai ijazah sebagai pengajar
Tidak ada 12. Administrasi Sistematis dan
uni-form untuk tiap tingkat sekolah
Ada, walaupun tidak
begitu uniform Tidak ada 13. Ditinjau sejarah Paling akhir Lebih tua dari
pendi-dikan formal
Sejak ada manusia di dunia ini
Sumber : Zahara Idris. 1992. Pengantar Pendidikan 2. hal. 116.