• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA KONSEP DAN KERANGKA TEORI

2.3 Konsep Teoritis

2.3.1. Teori Fenomenologi

Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, Phainoai, yang berarti „menampak‟ dan phainomenon merujuk pada „yang menampak‟. Istilah fenomenologi diperkenalkan oleh Johann Heirinckh. Meskipun demikian pelopor aliran fenomenologi adalah Edmund Husserl.

Jika dikaji lagi Fenomenologi itu berasal dari phenomenon yang berarti realitas yang tampak. Dan logos yang berarti ilmu. Jadi fenomenologi adalah ilmu yang berorientasi untuk mendapatkan penjelasan dari realitas yang tampak.

Fenomenologi berusaha mencari pemahaman bagaimana manusia mengkonstruksi makna dan konsep penting dalam kerangka intersubyektivitas (pemahaman kita mengenai dunia dibentuk oleh hubungan kita dengan orang lain). Fenomenologi berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengelaman - pengelamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengelaman pribadinya. Fenomena yang tampak adalah refleksi dari realitas yang tidak dapat berdiri sendiri, karena ia memiliki makna yang memerlukan penafsiran yang lebih lanjut. Tokoh-tokoh fenomenologi ini diantaranya Edmund Husserl, Alfred Schutz dan Peter. L Berger dan lainnya. Fenomenologi menerobos fenomena untuk dapat mengetahui makna hakikat terdalam dari fenomena tersebut untuk mendapatkan hakikatnya.

Tujuan dari fenomenologi, seperti yang dikemukakan oleh Husserl, adalah untuk mempelajari fenomena manusia tanpa mempertanyakan penyebabnya, realitas yang sebenarnya, dan penampilannya. Husserl mengatakan, “Dunia kehidupan adalah dasar makna yang dilupakan oleh ilmu pengetahuan”. Kita kerap memaknai kehidupan tidak secara apa adanya, tetapi berdasarkan teori-teori, refleksi filosofis tertentu, atau berdasarkan oleh penafsiran-penafsiran yang diwarnai oleh kepentingan-kepentingan, situasi kehidupan, dan kebiasaan-kebiasaan kita. Maka fenomenologi menyerukan zuruck zu de

sachen selbst (kembali kepada benda-benda itu sendiri), yaitu upaya untuk menemukan kembali dunia kehidupan. Persoalan pokok yang hendak diterangkan oleh teori ini justru menyangkut persoalan pokok ilmu sosial sendiri, yakni bagaimanana kehidupan bermasyarakat itu dapat terbentuk. Alfred Schutz memliki teori yang bertolak belakang dari pandangan Weber. Alfred berpendapat bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti.

Fenomenologi menjelaskan fenomena perilaku manusia yang dialami dalam kesadaran. Fenomenolog mencari pemahaman seseorang dalam membangun makna dan konsep yang bersifat intersubyektif. Oleh karena itu, penelitian fenomenologi harus berupaya untuk menjelaskan makna dan pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala. Artinya fenomenologi merujuk kepada semua pandangan sosial yang menempatkan kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial.

Berdasar asumsi ontologis, penggunaan paradigma fenomeologi dalam memahami fenomena atau realitas tertentu, akan menempatkan realitas sebagai konstruksi sosial kebenaran. Realitas juga dipandang sebagai sesuatu yang sifatnya relatif,

yaitu sesuai dengan konteks spesifik yang dinilai relevan oleh para aktor sosial. Secara epistemologi, ada interaksi antara subjek dengan realitas akan dikaji melalui sudut pandang interpretasi subjek. Sementara itu dari sisi aksiologis, nilai, etika, dan pilihan moral menjadi bagian integral dalam pengungkapan makna akan interpretasi subjek.

Tradisi fenomenologi berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk bagian dari individu – individu yang ada saling memberikan pengalaman satu sama lainnya. Komunikasi di pandang sebagai proses berbagi pengalaman atau informasi antar individu melalui dialog. Hubungan baik antar individu mendapat kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini. Dalam tradisi ini mengatakan bahwa bahasa adalah mewakili suatu pemaknaan terhadap benda. Jadi, satu kata saja sudah dapat memberikan pemaknaan pada suatu hal yang ingin di maknai.

Fenomenologi juga merupakan metode dan filsafat. Sebagai metode, fenomenologi membentangkan langkah - langkah yang harus diambil sehingga kita sampai pada fenomena yang murni. Fenomenologi mempelajari dan melukiskan ciri-ciri intrinsik fenomen-fenomen sebagaimana fenomen-fenomen itu sendiri menyingkapkan diri kepada kesadaran. Fenomenologi juga memberi pengetahuan yang perlu dan esensial mengenai apa yang ada. Dengan demikian fenomenologi dapat dijelaskan

sebagai metode kembali ke benda itu sendiri (Zu den Sachen Selbt), dan ini disebabkan benda itu sendiri merupakan objek kesadaran langsung dalam bentuk yang murni.

Edmund Gustav Albrecht Husserl (1859 – 1938) yang dikenal sebagai bapak fenomenologi sangat tertarik dengan penemuan makna dan hakikat dari pengalaman. Dia berpendapat bahwa terdapat perbedaan antara fakta dan esensi dalam fakta, atau dengan kata lain perbedaan antara yang real dan yang tidak. Berikut adalah komponen konseptual dalam fenomenologi transendental Husserl:

a. Kesengajaan (Intentionality)

Kesengajaan (intentionality) adalah orientasi pikiran terhadap suatu objek (sesuatu) yang menurut Husserl, objek atau sesuatu tersebut bisa nyata atau tidak nyata. Objek nyata seperti sebongkah batu yang dibentuk dengan tujuan tertentu maka jadilah batu permata. Objek yang tidak nyata misalnya konsep tentang tanggung jawab, kesabaran, dan konsep lain yang abstrak atau tidak real. Husserl menyatakan bahwa kesengajaan sangat terkait dengan kesadaran atau pengalaman seseorang dimana kesengajaan atau pengalaman tersebut dipengaruhi oleh faktor kesenangan (minat), penilaian awal, dan harapan terhadap objek.

Misalnya minat terhadap dunia pendidikan akan menentukan kesengajaan kuliah di bidang pendidikan.

b. Noema dan Noesis

Noema atau noesis merupakan turunan dari kesengajaan atau intentionalit dengan maksud memahami sesuatu, dimana setiap pengalaman individu memiliki sisi obyektif dan subyektif. Noema adalah sisi obyektif dari fenomena, artinya sesuatu yang bisa dilihat, didengar, dirasakan, dipikirkan, atau sekalipun sesuatu yang masih akandipikirkan (ide). Sedangkan sisi subyektif noesis adalah tindakan yang dimaksud (intended act) seperti merasa, mendengar, memikirkan, dan menilai ide.

c. Intuisi

Intuisi yakni kemampuan membedakan “yang murni” dan yang diperhatikan dari the light of reason alone (semata-mata alasannya). Intuisi lah yang membimbing manusia mendapatkan pengetahuan. Bagi Husserl, intuisi yang menghubungkan noema dan noesis. Inilah sebabnya fenomenologi Husserl dinamakan fenomenologi transendental, karena terjadi dalam diri individu secara mental (transenden).

d. Intersubjektivitas

Bahwa makna intersubjektif ini berawal dari konsep „sosial‟ dan konsep „tindakan‟. Konsep sosial didefinisikan sebagai hubungan antara dua atau lebih orang dan konsep tindakan didefinisikan sebagai perilaku yang membentuk makna subjektif. Akan tetapi, makna subjektif tersebut bukan berada di dunia privat individu melainkan dimaknai secara sama dan bersama dengan individu lain. Oleh karenanya, sebuah makna subjektif dikatakan intersubjektif karena memiliki aspek kesamaan dan kebersamaan (common and shared).

2.3.2. Marketing Communication

2.3.2.1. Pengertian Marketing Communication Ilmu Komunikasi

Imu Komunikasi Pemasaran Gambar 2.1.

Sumber: Philip Kotler (2001)

Source Encoding Message Channel Decoding Receiver Noise

Produsen Encoding Marketing massage

Media Decoding Company public

Ilmu komunikasi pemasaran merupakan gabungan dari ilmu komunikasi dan ilmu pemasan. Dari gambar diatas terlihat perbedaan dari sumber, pesan yang disampaikan, media dan juga sasaran akhirnya. Pada ilmu komunikasi sumber bias berasal darimana saja, namun pada ilmu komunikasi pemasaran sumbernya adalah produsen. Lalu pada pesan yang disampaikan pada ilmu komunikasi, pesan yang disampaikan dapat berupa segala jenis pesan. Namun pesan pada ilmu komunikasi pemasaran maka pesan yang disampaikan adalah pesan marketing. Pada pesan marketing disinilah semua pesan yang dikeluarkan bertujuan untuk mempromosikan sesuatu, lalu perbedaan pada saluran atau medianya pada ilmu komunikasi dapat menggunakan media apa saja dan menggunakan cara apa saja sehingga pesan tersampaikan.

Marketing Communication adalah sarana dimana perusahaan berusahaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual. Komunikasi pemasaran mempersentasikan “suara” perusahaan dan mereknya serta meruoakan sarana dimana perusahaan dapat membuat dialog dan membangun hubungan dengan konsumen.

Marketing Communication berperan penting bagi konsumen. Hal ini dapat dilihat ketika konsumen dapat menunjukkan bagaimana dan mengapa suatu produk digunakan, dimana dan kapan konsumen

tersebut berada. Konsumen belajar tentang produk, perusahaan dan brand kemudian mereka akan mencobanya (Kotler dan Keller, 2012:500)

2.3.2.2. Tujuan Marketing Communication

Marketing Communication bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan yang ditunjukkan bagi konsumen. Tahap pertama yang ingin dicapai strategi marketing communication adalah tahapan perubahan knowledge (pengetahuan), dalam perubahan ini konsumen mengetahui adanya keberadaan sebuah produk, untuk apa produk diciptakan, dan ditujukan kepada siapa. Dengan demikian pesan yang ditunjukan informasi pentingdari produk itu. Tahapan kedua adalah perubahan sikap dalam consumer behavior, perubahan sikap ini ditentukan oleh tiga unsure yang disebut oleh Seiffman dan Kanuk (1994:242) sebut sebagai tricomponent attitude changes yang menunjukkan bahwa tahapan perubahan sikap ditentukan oleh tiga komponen yaitu: cognition (pengetahuan), affection (perasaan), dan conation (perilaku).

2.3.2.3. Strategi Marketing Communication

Untuk mencapai kesepakatan dan pemahaman bersama antara kedua belah pihak, si pengirim atau sender atau komunikator harus mempunyai strategi yang tepat dalam proses pemindahan

symbol. Pada hakekatnya strategi merupakan perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan mempertimbangkan factor - faktor pendukung dan faktor - faktor penghambat komponen-komponen komunikasi.

Strategi pemasaran yang dilakukan dalam tahap pertumbuhan ini berbeda dengan strategi pada tahap perkenalan. Disini perusahaan berusaha mempertahankan pertumbuhan yang cepat selama mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan:

1. Meningkatkan kualitas produk, menambah model maupun segi produk lainnya.

2. Mencari segmen pasar yang baru. Golongan pembeli lain yang selama ini belum mengetahui, belum berminat ataupun belum membeliproduk tersebut perlu didorong untuk bersedia membeli.

3. Selalu mencari saluran distribusi yang baru untuk lebih memperbesar distribusinya. Dengan penambahan saluran baru ini pasarnya akan semakin luas.

4. Mengadakan periklanan. Dalam hal ini, periklanan yang dilakukan tidak lagi ditunjukkan untuk memperkenalkan produknya, tetapi ditujukan untuk meyakinkankepada pembeli bahwa produk perusahaan tersebut adalah terbaik.

Jadi, perusahaan berusaha menciptakan pembelian berulang-ulang kepada pembeli.

2.3.3. Marketing Public Relations

7 langkah rencana marketing public relations renacana hubungan masyarakat yang baik sama dengan rencana bisnis yang baik. Proses perancanaan strategis ada 7 langkah (The Whalen 7 step strategic) yang meibatkan semua langkah yang ada dalam rencana strategi yang baik, namun sangat berguna karena menggunakan 7 langkah untuk rencana pemasaran. Seperti masing-masing program promosi, perencanaan periklanan, pameran, bahkan sample atau brosur.

Dari pemasaran terpadu perspektif, ini memudahkan untuk menyesuaikan setiap program bersama-sama untuk memastikan bahwa tujuan yang benar sedang dikejar dan juga berfokus pada sasaran yang tepat. Menggunakan satu proses yang konsisten untuk setiap elemen promosi juga memudahkan manajemen untuk membandingkan program dan menilai nilai masing-masing. Tujuh langkah adalah:

1. Analisis Situasi, yang mencakup tahap penelitian terdepan. 2. Menetapkan tujuan, mengacu pada tujuan bisnis jangka

panjang dan tujuan komunikasi jangka pendek. 3. Mendefinisikan Strategi.

4. ldentifikasi target atau sasaran

5. Membuat pesan untuk memenuhi kebutuhan dan minat masing-masing target.

6. Mengidentifikasi taktik, termasuk batas waktu untuk menerapkanya.

7. Mengevaluasi kefektifan rencana.

Langkah-langkah Proses Perencanaan Strategis 7-Langkah Whalen mengikuti perkembangan logis dan ditulis dalam pola melingkar karena tidak ada rencana marcom yang benar-benar memiliki awal atau akhir yang jelas. Ini adalah elemen penting dari proses perencanaan, karena pemasar jarang memulai dari nol. Baik pemasaran maupun audiens target mulai dari beberapa tempat. Orang memiliki gagasan tentang apa merek Anda sebelum Anda secara formal mengkomunikasikan sesuatu, dan rencana Anda ingin meningkatkan gagasan tersebut atau mengubahnya, tergantung pada situasi saat ini.

Rencana harus dimulai dengan analisis situasi saat ini. Ini memberikan tolok ukur atau batu ujian untuk Anda tolak saat Anda mencapai akhir kampanye yang Anda definisikan dengan cara tertentu. Seiring waktu menilai situasinya akan berubah. Siklus itu, standar ukuran Anda. Oleh karena itu langkah ketujuh sebenarnya adalah perubahan akan menjadi situasi

baru yang diciptakan oleh fase sebelumnya sebuah cam. Langkah yang sedang berlangsung siklus.( Philip Kotler, 2006: 57)

Bagan Whalen’s 7 Step Strategic Planning Process

Gambar 2.2

Sumber: Philip Kotler, 2006: 57

Langkah 1: Analisis Situasi

Langkah pertama dalam proses perencanaan strategis MPR mencakup fase penelitian, namun tingkat penelitian akan ditentukan oleh batasan waktu dan anggaran. Tujuan Anda di bagian ini ada dua: 1. Tentukan masalah yang akan dipecahkan oleh rencana Anda. 2. Lakukan analisis SWOT. Ini berarti mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan merek Anda, yang biasanya bersifat internal bagi organisasi Anda, dan untuk menemukan ancaman dan peluang yang mungkin timbul dari sumber eksternal.Diskusi ancaman hampir selalu

Spesifik Terukur Terkait dengan Tujuan Perusahaan 1. Analisis

Situasi 2. Objektive 3. Strategi

Target Strategi 4. Target 5. Pesan Budget Input 6. Taktik 7. Evaluasi Budget Output Kekuatan Kelemahan Ancaman Peluang

mencakup penilaian kompetitif, kecuali ada penilaian kompetitif terpisah yang ditulis dalam analisis situasi.

Sebagian besar pekerjaan dalam menilai situasi saat ini dapat dilakukan melalui tinjauan terhadap rencana pemasaran dan bisnis yang ada, laporan penelitian yang ada, tentang media tentang industri, organisasi dan juga liputan media pesaing utama Anda. Selain itu, Anda mungkin ingin melakukan wawancara informal tanpa perantara dengan para eksekutif utama dari penjualan, pemasaran, hukum, teknik, operasi, dan keuangan, serta konsultan dan agen dari luar yang mungkin memiliki riset untuk organisasi Anda. Bergantung pada kebutuhan akan kerahasiaan, Anda mungkin juga mempertimbangkan untuk mewawancarai beberapa pelanggan utama, distributor, dan editor Anda yang mencakup industri. Pertanyaan yang mungkin ingin Anda tanyakan meliputi:

 Apa yang sedang terjadi sekarang di industri ini yang dapat mempengaruhi kita di masa depan?

 Apa dampak finansial jika hal ini tidak ditangani?

 Apa produknya?

 Apa manfaatnya bagi konsumen?

Didalam event ini situasi yang terjadi adalah keseruan antara panelis dan bintang tamu, beberapa panelis memprofokator bintang tamu bahwa peserta tidak bisa nyanyi tetapi panelis lainnya juga

memprofokator bintang tamu bahwa peserta memiliki suara yang bagus sampai bintang tamu terkecoh. Dan membuat pemirsa penasaran apakah peserta bisa nyanyi atau tidak

Langkah 2 : objective

Tujuan harus spesifik, terukur, dan terkait dengan tujuan bisnis, yang berarti bahwa tidak termasuk Langkah yang terkait. Rencana MPR mungkin adalah tujuan pada Langkah 2 yang tidak memiliki cara untuk mengukurnya dalam komunikasi Step 2 tujuan yang terpisah menjadi tujuan bisnis jangka panjang dan MPR jangka pendek adalah tujuan. Tujuan jangka panjang adalah hal-hal yang diutarakan atau diupayakan - atau setidaknya seluruh tim pemasaran. Tujuan merek ini bukan hanya pada pangsa pasar, dll. MPR dan seharusnya penjualan, tujuan bisnis, tapi selalu ditulis dengan pakta pada mereka. Mungkin tidak selalu ada yang segera atau terukur. Misalnya, sebuah program MPR yang meningkatkan kesadaran merek atau mendidik tentang fitur produk dapat secara logis diharapkan memiliki dampak positif terhadap penjualan dan pendapatan unit dari waktu ke waktu, namun akan sulit untuk menunjukkan Segera terjadi pertengkaran di antara mereka.

Seiring berjalannya waktu, akan lebih mudah untuk mengikat keduanya, namun demikian, beberapa kegiatan promosi lainnya, seperti periklanan dan pemasaran langsung, akan terjadi dan dampak

keseluruhan masing-masing terhadap penjualan dan revitalisasi unit. Enues mungkin sulit untuk memisahkan satu sama lain. Kuncinya adalah memastikan bahwa kegiatan MPR memiliki hubungan logis dengan keseluruhan tujuan pemasaran dan bisnis. Di masa lalu, terlalu banyak penekanan PR ditempatkan pada kehadiran di acara khusus atau jumlah media yang diperoleh, terlepas dari apakah mereka menyampaikan pesan. Ketika manajemen tidak dapat melihat hubungan langsung dengan tujuan bisnis, mereka cenderung memberi nilai MPR dan bahkan cenderung memberikan sumber daya untuk melakukan aktivitas MPR.

Tujuan jangka menengah, yang lebih tepat disebut "Tujuan Komunikasi atau Tujuan Program MPR, adalah hal-hal yang dapat dilakukan tim MPR dan harus dapat diandalkan. Tidak adil jika meminta tim MPR bertanggung jawab untuk mencapai tujuan bisnis, Seperti tujuan penjualan tertentu, bila itu adalah tanggung jawab seluruh tim penjualan dan pemasaran. Sasaran komunikasi biasanya terbagi menjadi dua jenis keluaran yang dapat diukur dengan segera, namun hubungan mereka lebih lemah dengan tujuan bisnis, termasuk penilaian terhadap Kualitas cetak bahan yang dihasilkan, jumlah penempatan televisi dan pencapaian, dan jumlah peserta pada suatu fungsi, jumlah media yang dihasilkan, atau bahkan tetap sesuai anggaran atau tepat waktu. Meskipun hal ini jauh lebih penting daripada keseluruhan Strategi pemasaran, penting untuk melacak dan

mengukur keluaran Mereka akan terus menargetkan kampanye dengan memberikan umpan balik yang berkelanjutan kepada tim untuk menentukan pertengahan diperlukan Tujuan ini seringkali harus dicapai agar tujuan hasil dapat tercapai.

Pertanyaan kunci MPR dibagian tujuan adalah :

 Apa yang ingin kita capai?

 Bagaimana kita tahu kapan kita bisa mencapainya?

 Bagaimana tujuan program MPR untuk mendukung program pemasaran objective?

Event ini memiliki tujuan agar tercapainya penaikan pemirsa yang sangat pesat. Dan event ini bisa mendapatkan rating yang tinggi.

Langkah 3: Strategi

Bagian Strategi dari rencana menetapkan nada kampanye dan memberikan sebuah rencana akan membahas Panduan Tanpa anggaran yang memberikan harapan yang masuk akal atas dana yang ada, tim MPR dapat mengembangkan strategi finansial yang tidak praktis. Pembahasan tentang metode pengaturan ganjil disediakan di akhir bab ini.

Sama seperti harus didefinisikan secara tajam karena berkaitan dengan tujuan pemasaran, keputusan untuk memanfaatkan MPR adalah strategi tersendiri dan harus dijelaskan karena berkaitan dengan keseluruhan strategi pemasaran. Rencana pemasaran yang komprehensif juga harus menjelaskan bagaimana berbagai taktik

marcom yang digunakan saling mendukung satu sama lain. Benteng publisitas dapat digunakan, misalnya, untuk memberi perhatian pada kampanye iklan atau iklan digunakan untuk mempromosikan kehadiran di acara spesial yang disponsori. Rencana MPR, seperti rencana periklanan, harus menunjukkan bagaimana strategi MPR mendukung strategi pemasaran dan harus menjelaskan mengapa strategi yang diajukan ada pada strategi.

Pertanyaan sering muncul tentang bagaimana membedakan strategi dari suatu tujuan atau strategi dari sebuah taktik. Hal ini berguna untuk diingat bahwa strategi dan taktik berasal dari istilah mil iter. Strategi adalah konsep yang lebih luas yang bisa membantu kita memenangkan perang (tujuan jangka panjang). Taktik mencakup semua rencana logistik yang sesuai dengan strategi. Terlalu banyak rencana hubungan masyarakat menyatakan sesuatu keterpaparan media yang meluas sebagai sebuah strategi, ketika itu benar-benar objektif, dan tidak spesifik untuk itu! Tujuan MPR, MPR Exhibit 7.2 membantu membedakan antara tujuan pemasaran, strategi, dan taktik MPR.

Event ini menggunakan strategi Marketing Communication untuk mempertahankan pemirsanya, dengan cara mempromosikan event ini di event off-air dan on-air, promosi di radio, promosi di media social MNC TV, mengadakan audisi di kota-kota besar di Indonesia.

Langkah 4: Target

Sasaran Dalam rencana strategi pemasaran tradisional, mengidentifikasi target sering diajukan sebelum pengembangan strategi karena pemikiran yang ada (untuk paket barang kemasan tradisional) adalah bahwa semua dolar periklanan harus dipusatkan untuk menjangkau pasar yang mewakili Hasil investasi terbaik Oleh karena itu, sangat penting untuk pertama-tama mengidentifikasi taruhan dalam istilah yang sangat spesifik, seperti wanita yang sudah menikah berusia antara 25 dan 49 tahun yang memiliki pendidikan sekolah menengah dan pendapatan keluarga sebesar $ 30.000, memelihara rumah, membesarkan anak-anak, Dan menonton televisi. Strategi untuk mencapai target spesifik ini kemudian akan dikembangkan.

Karena MPR dapat mencapai target tambahan pada tingkat pengeluaran yang lebih rendah daripada iklan, rencana MPR juga harus berusaha menjangkau khalayak konsumen sekunder, pemimpin opini, khalayak perdagangan, dan sejenisnya, bukan hanya target utama. Setelah target primer dan sekunder ini teridentifikasi, bagian Target dari rencana tersebut harus mengidentifikasi ciri-ciri utama dari masing-masing target ini dan mungkin menambahkan informasi dan wawasan baru tentang hal itu, seperti data psikografis yang menunjukkan pendekatan hubungan masyarakat bersamaan atau

bersamaan untuk mencapai Pasar yang sama. Event ini memiliki target khalayak mulai dari umur 15 tahun hingga 30 tahun.

Pertanyaan yang ingin Anda tanyakan mengenai target Anda meliputi:

 Siapa publik kami?

 Apa yang kita ketahui tentang mereka?

 Berapa jumlahnya?

 Dimana mereka? Langkah 5: Pesan

Berarti, pesan persuasif tidak dapat dikembangkan untuk Anda sampai mengembangkan beberapa wawasan mendalam tentang mereka. Itulah sebabnya target penelitian adalah rencana MPR yang berhasil. Begitu sebuah wawasan ditemukan, Anda tidak akan terpengaruh oleh kepentingan dan kepentingan, apa yang memotivasi mereka untuk menggunakan produk atau com Anda seperti apa yang mereka lakukan dan berapa nilainya? Maka Anda siap untuk mengembangkan orang bijak preprodacta untuk setiap kelompok sasaran.

Membuat pesan khusus untuk setiap target tidak konsisten dengan membuat pesan umum di semua sasaran (contoh IMC, pesan Ford "Kualitas adalah Ayub Satu" beberapa tahun yang lalu, karena konsep defeknya beresonansi dengan kualitas tinggi dan kritis. Yang berkualitas tinggi penting bagi kelompok yang berbeda karena alasan yang berbeda untuk diberikan kepada pelanggan dan juga pemasok,

regulator pemerintah, dan sejumlah kunci lainnya adalah untuk

Dokumen terkait