• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.4 Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat interpretatif menggunakan pendekatan kualitatif, metode kualitatif memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan komponen-komponen keterangan yang analitis, konseptual dan kategoris dari data itu sendiri dan

bukannya teknik-teknik yang telah dikonsepsikan sebelumnya. Tersusun secara kakau dan di kuantifikasikan secara tingi yang memasukan dunia social empiris kedalam definisi oprasional yang telah disusun peniliti. Peniliti kualtitatif dapat memahami prilaku social, karena ia menemukan definisi tentang realitas dan bagaimana memengaruhi prilakunya.

Penelitian interpretative memandang penelitian ilmiah tidaklah cukup untuk menjelaskan “misteri” pengalaman manusia sehingga diperlukan unsure manusiawi yang kuat dalam penelitian. Kebanyakan mereka yang berbedadalam kelompok ini lebih tertarik pada kasus-kasus individu daripada kasus-kasus umum (Morissan,2009). Sedangkan menurut Ghozali (2007) penelitian interpretative memfokuskan pada sifat subyektif dari dunia social dan berusaha memahami kerangka berfikir objek yang sedang dipelajarinya. Fokusnya pada arti individu dan persepsi manusia pada realitas bukan pada realitas independen yang berada diluar mereka. Manusia secara terus menerus menciptakan realitas social mereka dalam rangka berinteraksi dengan yang lain. Tujuan interpretatif adalah menganalisis realita social semacam ini dan bagaimana realita social itu terbentuk

Penelitian interpretatif memiliki asumsi bahwa akses terhadap realitas hanya dapat dilakukan melalui konstruksi social. Yang dimaksud konstruksi social dalam penelitian interpretative adalah metapora dan berbagai pengertian yang dimilikinya. Penelitian

interpretative tidak mendifinisikanterlebih dahulu variable bebas maupun terikat, tetapi terfokus pada kompleksitas penalaran manusia saat muncul kejadian. Penelitian interpretatif mengadopsi metode inkuiri pluralistic, yang mengkombinasikan metode analitikal empirical dalam mengamati dunia yang sifatnya teknikan dan metode yang sifatnya reflektif untuk mengamati dunia social.

3.5. Metode Peneletian

Metode-metode yang ada tampak tumpang tindih dalam pelaksaannya, namun diantara metode yang ada sesungguhnya saling melengkapi. Satu metode memperkuat, menambah, dan menyempurnakan metode lain. Seringkali bebebrapa metode dipakai bersama-sama sekalipun dalam titik minat yang relative berbeda. Tergantung pada jenis masalah, lingkup kegiatan dan kerangka pemecahannya.

Terdapat 10 metode penelitian, yaitu studi-kasus – Baedhowi, Etnografi: James Spradley dan alur penelitian Maju Bertahap – Ali Formen, Fenomenologi – Gutheng Prabowo, Grounded Theory - Ningky Sasantry Tyahyanti Munir, Etnometodologi – Agus Salim, Dari Metode Pengamatan Melibat Menuju Penelitian Partisipatif – Agus Salim, Historical Social Science – Agus Salim, Metode Biografi – Imam Sutadji, Clinical Research – Sawa Suryana, Metode Interaksionisme Simbolik – Agus Salim. (Salim, 2006: 116)

1. Studi Kasus (Baedhowi)

Penyajian pendekatan studi kasus dalam buku ini setidaknya dilandasi oleh dua alas an. Pertama, studi kasus merupakan satu metode atau strategi kualitatif yang muncul pada masa kemasan penelitian kualitratif, dengan sifat-sifatnya yang spesifik, khusus, dan bersekala local. Kedua, studi kasus banyak digunakan dalam penelitian bidang pendidikan, khususnya tentang effectiveschool, yang saat ini banyak mendapat perhatian bagi para pengambil kebijakan, periset, dan paktisi pendidikan yang didalamnya periset menjadi salah satu unsure, atau setidaknya terlibat secara mendalam. (Salim, 2006:118)

2. Etnografi (James Spradley dan Alur Penelitian Maju Bertahap) Etnografi dapat dimaknai sebagai prosedur/metode kerja, sekaligus sebagai hasil erja. Periset X akan menempuh prosedur etnografi untuk mengkaji pola hidup masyarakat Y yang menjadi setting penelitiannya. Atau dapat dikatakan sebgai kegiatan periset untuk memahami cara orang- orang berinteraksi dan bekerja samamelalui fenomena teramati dalam kegiatan sehari-hari yang berupaya menangkap sepenuh mungkin, dan berdasarkan perspektif orang yang diteliti, perihal cara orang menggunakan symbol dalam kontekjs spesifik. (Salim, 2006:127)

3. Fenomenologi (Gutheng Prabowo)

Fenomenologi berkecendrungan untuk memegang teguh prinsip bahwa periset harus memfokuskan diri pada sesuatu yang disebut “menemukan permasalahan” sebagaimana yang diarahkan kepada objek sebgai ditemukan permasalahannya. Terminology ini memang tidak secara luas digunakan, dan utamanya digunakan untuk menekankan permasalahan ganda dan pendekatan reflektif yang diperlukan. (Salim, 2006:168) 4. Grounded Theory (Ningky Sasanti Tjahyati Munir)

Ajaran utama dari pendekatan ini adalah bahwa teori harus muncul dari data. Atau dengan kata lain, teori harus beralas (grouned) pada data. (Salim, 2006: 176-177)

5. Etnometodologi (Agus Salim)

Maynard dan Clayman menggambarkan bahwa etnometodologi adalah berlatar belakang analisis institutional dan menaruh perhatian pada analisis percakapan dengan tujuan untuk memahami secara detail terstruktur fundamental dari interaksi percakapan. (Salim, 2006: 200-201)

6. Dari Pengamat Melibat Menuju Penelitian T indakan Partisipatif (Agus Salim)

Pengamat melibat adalah proses yang mengawali kegiatan yang paling mendasar dalam berbagai bentuk metode penelitian. Pada setiap pendekatan dalam penelitian kualitatif,

metode pengambilan tindakan partisipatif adalah pendekatan penelitian lebih lanjut yang membutuhkan dukungan ideology yang cukup kuat (untuk menyusun masalah penelitian, dan menyusun kerangka teoritik guna memaparkan hasil-hasil penelitian. (Salim, 2006: 219)

7. Biografi (Iman Sutaji)

Secara sederhana ada tiga contoh yang agak baik perihal biografi, yakni:

a) Biografi merupakan upaya peninjauan luas yang dipersingkat terhadap daerah permasalahan yang menarik perhatian.

b) Biografi dapat pula ditulis oleh masyarakat ilmiah sebagai hasil kunjungan di suatu lokasi tertentu. c) Biografi merupakan pandangan yang menawarkan

pilihan umum dalam suatu persepektif yang integral. (Salim, 2006: 230-231)

8. Historical social science (Agus Salim)

Dalam penelitaian social, hal yang kebanyakan diungkapkan oleh periset kualitatif adalah mengenal cara penyimpulan dalam suatu bentuk studi yang telah dilakukan. Yakni, bahwa penuliasan suatu bentuk studi membutuhkan kejelasan suatu “point of view”, khususnya ketika melakukan keraangka piker interpretif yang secara implisit memiliki

beberapa maksud, atau bahkan ingin mencampuri pengertian sejarah itu sendiri. Pemakaian data sejarah tidak menggunakan istilah metodologi dalam artian mengacu pada suatu pendekatan metode yang sangat spesifik, tetapi merupakan istilah metodologi yang klasik. (Salim, 2006: 239)

9. Clinical Research (Sawa Suryana)

Istilah riset klinis sangat popular sebagai pendekatan yang menyadarkan pada metode observasi langsung, seperti yang dilakukan di rumah sakit. Dalam penelitian social, pendektan klinis membutuhkan ruang yang terbuka untuk semua kemungkinan dari berbagai jenis ilmu pengetahuan. (Salim, 2006:256)

10. Metode Interaksionis Simbolis

Interaksionis Simbolis berusaha menganalisa interaksi individu pada tatanan mikro.

Sesuai dengan penjabaran macam-macam metode penelitian diatas bahwa metode penelitain yang cocok digunakan di penelitian berjudul Strategi Promosi Event I Can See Your Voice Indonesia Dalam Mempertahankan Pemirsa MNC TV adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat studi kasus. Sifat dari penelitian studi kasus ini adalah terikat oleh waktu dari peneliti melakukan pengumpulan data secara mendetail dengan

menggunakan berbagai prosedur mengumpulkan data dan dalam waktu yang berkesinambungan.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti.

Studi kasus dapat diartikan sebagai metode atau strategi penelitian dan sekaligus hasil suatu penelitian pada kasus tertentu. Studi kasus lebih dipahami sebagai pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasi suatu „kasus‟ dalam konteksnya yang alamiah tanpa adanya intervensi pihak luar. Di antara semua raga studi kasus, kecenderungan yang paling menonjol adalah upaya untuk menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan, yakin mengapa keputusan itu diambil, bagaimana ia diterapkan, dan apa pula hasilnya (Schramm, dalam Salim 2015: 118).

Dengan menggunakan metode penelitian ini, diharapkan mendapatkan data-data yang dibutuhkan yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menjadi rumusan masalah dalam deskripsi yang lebih berharga. Peneliti bermaksud untuk mendapatkan data mengenai Strategi promosi event I Can See Your Voice Indonesia dalam mempertahankan pemirsa MNC TV.

3.6. Objek dan Subjek Penelitian

Maleong (2011:132) mendeskripsikan subjek penelitian sebagai informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Meleong menyebutkan bahwa ada lima persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang agar layak dijadikan informan, yaitu: orang tersebut harus jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota salah satu kelompok yang bertikat dalam latar penelitian, dan mempunyai pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi.

Subjek penelitiannya adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam menjalankan program strategi promosi yang berguna untuk mempertahankan pemirsa MNC TV, yaitu Divisi Promosi MNC TV. Sedangkan objek penelitian ini adalah mengenai deskripsi Event I Can See Your Voice Indonesia dalam mempertahankan pemirsa MNC TV.

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian adalah key informan dan informan yaitu narasumber yang terkait dan bertanggung jawab perihal bagaiman strategi promosi dalam mempertahankan pemirsa MNC TV.

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis dan mencapai tujuan penelitian. Oleh karena itu, data dan kualitas data merupakan pokok penting dalam penelitian karena menentukan kualitas hasil penelitian. Data diperoleh dari suatu proses yang disebut pengumpulan data.

Menurut Ulber Silalahi (2009: 280) pengumpulan data adalah satu proses mendapatkan data empiris melalui responden dengan menggunakan metode tertentu. Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa proses pengumpulan data adalah proses untuk mengumpulkan berbagai hal yang akan digunakan sebagai bahan penelitian.

Ini merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang sesuai, maka akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan. Untuk itu peneliti menggunakan teknik pengumpulan data seperti:

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari sumbernya tidak melalui perantara. Ini digunakan untuk menjawab pertanyaan dari peneliti. Data primer dalam penelitian ini didapat dari hasil wawancara dengan informan yang telah ditentukan dan

observasi terhadap kegiatan informan yang berkaitan dengan objek penelitian.

a. Wawancara

Peneliti akan melakukan wawancara secara mendalam dengan informan. Bentuk dari wawancara ini adalah wawancara semi terstruktur dimana dalam pelaksanannya peneliti menggunkan acuan pertanyaan tetapi tidak terpaku. Tujuan dari wawancara jenis ini adlah untuk menemukan permaaalahan secara lebih terbuka diamana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.

b. Observasi

Observasi ini dilakukan dengan cara peneliti melakukan pengamatan non partisipatif. Observasi non partisipatif dilakukan untuk mengetahui dan mnganalisis secaara langsung fakta-fakta yang terjadi di lokasi penelitian. Dalam pelaksanaanya peniliti melakukan pengamatan dengan tidak ikut terlibat langsung dalam kegiatannya.

c. Dokumentasi

Suatu cara mencari dan mengumpulkan data dengan mengambil dan mencatat dokumen, foto maupun arsip yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji dalam

penelitian. Peniliti menggunakan foto dan mencatat dokumen yang terkait dalam promosi untuk menarik perhatian pemirsa. Berupa foto iklan, foto event yang diikuti, dll.

2. Data Sekunder

Data yang didapat secara tidak langsung, memalui perantara. Biasanya berupa data documenter seperti jurnal, arsip, dan literatur. Ini merupakan pendukung dari data primer.

a. Studi Kepustakaan

Digunakan untuk pengumpulan data dan teori dalam penelitian yang dikumpulkan melalui buku-buku referensi, jurnal ilmiah, media massa, leaflet, bahan-bahan publikasi yang ada di perpustakaan sebagai penunjang penelitian dan juga data-data berupa rekaman atau catatan yang terdapat pada lokasi penelitian. (Sugiyono, 2013: 226-240)

Jadi, penelitian ini menggunakan sumber data primer yang didukung oleh data sekunder. Wawancara observasi merupakan bentuk data primer yang akan dilakukan peneliti sedangkan referensi melalui buku dan website merupakan bentuk dari sekunder yang akan digunakan.

Dokumen terkait