• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Umum Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan

tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa

tidak nyaman atau takut atau memiliki firasat akan ditimpa

malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang

mengancam tersebut terjadi (Videbeck, 2008).

Cemas diartikan sebagai suatu perasaan takut yang tidak

menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan

gejala fisiologis (Tomb, 2004). Cemas juga diartikan sebagai perasaan

yang berlebihan tentang sesuatu yang tidak jelas dan dianggap sebagai

suatu ancaman (Hyman dan Pedrick, 2012). Cemas merupakan

pengalaman yang tidak menyenangkan dan meningkatkan

kewaspadaan terhadap bahaya yang akan datang (DiTomasso dan

Gosch, 2002 dalam Stein et al., 2009).

Mlek (2011) mendefinisikan kecemasan sebagai emosi atau

perasaan menyakitkan yang timbul dari ketidakamanan sosial atau

ketidakmampuan memenuhi kebutuhan biologis secara puas.

Cemas mempengaruhi seseorang dalam tiga hal; 1) perubahan

fisik menunjukkan perubahan pada frekuensi jantung, mual, muntah,

ketegangan otot, berkeringat, dan nafas pendek; 2) perubahan mental,

perubahan perilaku, menjauhi benda, tempat atau situasi tertentu

(Hyman dan Pedrick, 2012).

Pada dasarnya, cemas tidak dapat dibedakan dari takut karena

individu yang merasa takut atau cemas mengalami pola respons

perilaku, fisiologis, dan emosional dalam rentang yang sama.

Perbedaan nyata antara keduanya ialah bahwa rasa takut timbul

sebagai respon terhadap objek yang dapat diidentifikasi dan spesifik

(Videbeck, 2008).

Kecemasan memiliki dua aspek yakni aspek sehat dan aspek

membahayakan, yang bergantung pada tingkat, lama, dan kemampuan

koping individu terhadap kecemasan tersebut (Videbeck, 2008).

Dari beberapa penjelasan mengenai definisi kecemasan diatas

dapat ditarik kesimpulan bahwa kecemasan merupakan perasaan tidak

menyenangkan yang berlebihan terhadap sesuatu hal yang tidak jelas

dan meningkatkan kewaspadaan dengan menunjukkan berbagai

rentang respon baik yang adaptif maupun maladaptif. Respon tubuh

terhadap kecemasan meliputi tiga hal, yaitu perubahan fisik, mental,

dan perilaku.

2.1.2. Teori Kecemasan

Videbeck (2008) dalam bukunya menjelaskan berbagai teori

yang menjelaskan tentang terjadinya kecemasan, yaitu teori biologi

A. Teori Biologi

a) Teori Genetik

Ansietas memiliki komponen yang dapat diwariskan dari

kerabat tingkat pertama individu yang mengalami

peningkatan ansietas, insidennya mencapai 25% pada

kerabat tingkat pertama dan wanita mempunyai resiko dua

kali lipat dari pria. Kromosom 13 dikatakan terlibat dalam

proses terjadinya gangguan panik dan sakit kepala hebat.

b) Teori Neurokimia

GABA (asam gama-amino butirat) merupakan suatu

neurotransmiter inhibitor yang berfungsi sebagai agen

ansietas alami tubuh dengan mengurangi eksitabilitas sel

sehingga mengurangi frekuensi bangkitan neuron. Selain

itu beberapa senyawa lain ikut terlibat dalam proses

tersebut, diantaranya benzodiazepin dan serotonin (5-HT).

B. Teori Psikodinamik

a) Psikoanalitis

Freud memandang ansietas merupakan hal alamiah

seseorang sebagai stimulus untuk perilaku. Ia menjelaskan

bahwa respon cemas merupakan mekanisme pertahanan

manusia untuk mengendalikan kesadaran terhadap

b) Teori Perilaku

Teori ini memandang bahwa ansietas sebagai sesuatu yang

dipelajari melalui pengalaman individu. Individu dapat

memodifikasi perilaku maladaptif tanpa memahami

penyebab perilaku tersebut. Perilaku yang berkembang

dan mengganggu kehidupan individu dapat ditiadakan

atau dibuang melalui pengalaman berulang yang dipandu

oleh seorang ahli.

c) Teori Interpersonal

Sullivan (1952) berpendapat bahwa ansietas timbul dari

masalah-masalah dalam hubungan interpersonal dan ini

erat kaitannya dengan kemampuan untuk berkomunikasi.

Semakin tinggi tingkat ansietas, semakin rendah

kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan

dengan orang lain.

2.1.3. Klasifikasi Tingkat Kecemasan

Kecemasan dapat dilihat dalam rentang ringan, sedang, berat,

dan panik. Tingkat atau level kecemasan yang dialami seseorang

tergantung pada tingkat stres dan durasi stres tersebut (Videbeck,

2008). Setiap tingkat menyebabkan perubahan fisiologis dan

emosional pada individu (Basavanthappa, 2007).

A. Mild Anxiety (kecemasan ringan)

Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang

meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian

untuk belajar, menyelesaikan masalah, berfikir, bertindak,

merasakan, dan melindungi dirinya.

B. Moderate Anxiety (kecemasan sedang)

Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu

bahwa ada sesuatu yang berbeda, individu menjadi gugup dan

agitasi.

C. Severe Anxiety (kecemasan berat)

Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada

sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, ia memperlihatkan

respon takut dan distres. Ketika individu mengalami kecemasan

berat, kemampuan untuk bertahan menurun, terjadi respon

defensif, dan keterampilan kognitif menurun secara signifikan.

D. Panik

Ketika individu mencapai tingkat tertinggi kecemasan;

panik, semua pikiran rasional berhenti dan individu tersebut

mengalami respon fight, flight, atau freez. Videbeck (2008)

menjelaskan bahwa dalam keadaan panik, alam

psikomotor-emosional individu mendominasi. Lonjakan adrenalin

menyebabkan tanda-tanda vital sangat meningkat, pupil

membesar dan proses kognitif hanya berfokus pada pertahanan

2.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang faktor-faktor

penyebab munculnya perasaan cemas (Stuart dan Michele, 2005).

A. Teori Pshykoanalitik

Freud (1969) mengidentifikasi bahwa kecemasan terbagi

dalam dua macam, yaitu cemas primer (utama) dan cemas

pengikut (subsequent). Dengan meningkatnya perkembangan

ego seseorang, maka kecemasan yang dihadapi juga berbeda.

Freud menganggap bahwa kecemasan subsquent merupakan

produk dari konflik antara id dan superego individu.

B. Teori Interpersonal

Sullivan (1953) berbeda pendapat dengan Freud, ia

menganggap bahwa kecemasan akan muncul sampai seseorang

memiliki kewaspadaan terhadap lingkungannya. Tingkat harga

diri seseorang merupakan faktor yang sangat penting kaitannya

dengan kecemasan. Seseorang yang mempunyai penghargaan

tinggi bagi dirinya lebih mampu untuk mengatasi cemas.

C. Teori Perilaku

Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan

merupakan hasil dari frustasi yang disebabkan oleh berbagai hal

yang berkaitan dengan pencapaian sebuah tujuan. Pendapat lain

juga mengatakan bahwa kecemasan muncul karena adanya

konflik internal ketika individu diharuskan untuk memilih

diantara banyak pilihan.

2.1.5. Faktor Resiko

Dalam berespon terhadap suatu stres yang dialami, individu

dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko yang memungkinkan

seseorang untuk beradaptasi dengan baik ataupun maladaptif (Stuart

dan Michele, 2005).

A. Usia

Usia seseorang erat kaitannya dengan jenis stres, sumber

pendukung, dan kemampuan koping terhadap stres tersebut.

Suyamto et al. (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa

antara mahasiswa usia dibawah 21 tahun dan diatas 21 tahun

memiliki tingkat kecemasan yang berbeda.

B. Jenis Kelamin

Secara umum, gangguan psikiatrik dapat dialami oleh pria

dan wanita secara seimbang. Namun kemampuan dan ketahanan

dalam menghadapi dan koping terhadap masalah tersebut secara

luas lebih tinggi pada pria. Puskar (2009) menyimpulkan bahwa

pada masyarakat pedesaan, wanita memiliki tingkat kecemasan

yang lebih tinggi dari pada pria.

C. Tingkat Pendidikan

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pendidikan

terhadap sebuah stres. Individu dengan tingkat pendidikan

rendah menunjukkan sikap yang kurang dalam mencari

pelayanan psikiatrik dan pada tingkat pendidikan yang lebih

tinggi lebih sering mencari pelayanan psikiatrik.

D. Pendapatan (tingkat ekonomi)

Para ahli sepakat bahwa kemiskinan merupakan faktor

besar yang mempengaruhi terjadinya gangguan psikiatrik.

Meskipun pengaruh dari kemiskinan tidak dapat digeneralisir

untuk semua kelompok sosial dan budaya, namun prevalensi

tertinggi ada pada kelompok wanita, lansia, dan kalangan

minoritas.

E. Etnik

Etnik individu, meliputi ras, bangsa, suku, dialek bahasa,

budaya atau latar belakang seseorang. Etnik tertentu memiliki

budaya tertentu yang has dan spesifik. Kebudayaan

mempengaruhi seseorang dalam sikap dan perilaku, termasuk

didalamnya kemampuan untuk beradaptasi dengan stres.

F. Kepercayaan

Keyakinan seseorang meliputi semua aspek kehidupan.

Kepercayaan, pandangan hidup, agama, dan spiritualitas

memiliki dampak positif terhadap kesehatan mental individu.

Seorang religius hidup dengan penuh arti dan tujuan. Agama

seseorang baik secara individu maupaun sebagai anggora dari

suatu masyarakat (komunitas).

2.1.6. Sumber Stres

Perasaan cemas disebabkan oleh berbagai faktor. Secara umum,

stressor yang mempenagruhi kecemasan terbagi dua yaitu yang

mengancam fisik dan yang mengancam sistem diri (Stuart dan

Michele, 2005).

A. Ancaman terhadap integritas fisik

Ancaman terhadap integritas fisik meliputi

ketidakmampuan fisik atau penurunan kemampuan fisik untuk

melakukan aktifitas, dan dapat berupa ancaman dari luar, seperti

infeksi, polusi lingkungan dan dari dalam, seperti penyakit

jantung, gangguan sistem imun, dan lainnya.

B. Ancaman terhadap sistem-diri

Hal yang dapat mengancam keutuhan sistem-diri terbagi

dalam dua jenis, yaitu internal dan external. Ancaman internal

meliputi kesulitan dalam hubungan interpesonal. Sedangkan

ancaman external meliputi kehilangan seseorang karena

kematian, perceraian, atau relokasi.

2.1.7. Skala Pengukur Kecemasan

Ada banyak instrumen yang sering digunakan untuk mengkaji

perlu dikaji meliputi keluhan utama, riwayat gejala saat ini, riwayat

psikiatri dan riwayat kesehatan, riwayat perkembangan sosial, dan

pengkajian status mental (Tusaie dan Joyce, 2013).

A. Diagnostic Assesment (pengkajian diagnostik)

a) Anxiety Disorder Interview Schedule untuk DSM-IV

(ADIS-IV)

Wawancara semi-terstruktur untuk mengkaji adanya

temuan gangguan kecemasan DSM-IV. Digunakan untuk

mengkaji adanya gangguan perasaan, dan gejala psikotik.

b) Structural Clinical Interview untuk DSM-IV (SCID-1)

Axis 1

Wawancara terstruktur yang mengandung modul dari

setiap diagnosis DSM-IV-TR axis 1. Prosedur skoring

digunakan untuk memastikan data diagnosis.

B. General Anxiety (kecemasan umum)

a) Anxiety Sensivity Index (ASI)

Quesioner yang terdiri dari 16 pertanyaan untuk mengukur

ketakutan akan kecemasan. Diperkenalkan oleh Reiss,

Peterson, Gursky, dan McNally (1986).

b) Beck Anxiety Inventory (BAI)

Quesioner yang terdiri dari 21 pertanyaan untuk mengukur

tingkat pengalaman seseorang tentang gejala kecemasan

c) Hamilton Anxiety Scale (Ham-A)

Skala pengukuran semi-terstruktur yang digunakan pada

hasil pengobatan kecemasan. Terdiri dari 14 pertanyaan

tentang berbagai gejala kecemasan. Diperkenalkan oleh

Hamilton (1859).

d) Depression Anxiety Stress Scale (DASS 21)

Quesioner mengenai perasaan seseorang yang terdiri dari

21 pertanyaan untuk mengukur gejala kecemasan pada 1

minggu terahir.

e) Penn State Worry Questionnare (PSWQ)

Quesioner yang terdiri dari 16 pertanyaan untuk mengkaji

karakteristik dari kecemasan yang dialami. Diperkenalkan

oleh Meyer, Miller, Metzger, dan Borkovec (1990).

f) Speilberg State-Trait Anxiety Inventory (STAI)

Quesioner mengenai perasaan seseorang yang terdiri dari

40 pertanyaan yang mengukur tingkat kecemasan saat ini

dan selama ini. Diperkenalkan oleh Speilberger (1983).

Dokumen terkait