TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Kecemasan Mahasiswa Keperawatan Menghadapi Ujian Skill-Lab
2.2.4. Penanganan Kecemasan Mahasiswa
Kecemasan pada mahasiswa dapat mempengaruhi belajar dan
kinerja siswa. Hal ini penting bagi pihak institusi untuk melakukan
penanganan dengan menurunkan kecemasan mahasiswa melalui
dukungan dan mempromosikan lingkungan belajar yang positif.
Bahkan lebih baik lagi jika pihak institusi keperawatan melakukan
integrasi strategi penurunan kecemasan siswa kedalam kurikulum
pendidikan yang diterapkan (Purfeerst, 2011).
Ada banyak strategi yang diajukan oleh para ahli untuk
menurunkan kecemasan mahasiswa keperawatan.
A. Pelatihan Autogenik
Autogenik adalah kegiatan terus-menerus mengulangi sebuah
pernyataan positif kepada diri sendiri dalam keadaan relaksasi
(Barnabas, 2008). Asmadi menyatakan bahwa tehnik relaksasi
autogenik mudah dilakukan dan tidak beresiko. Prinsipnya
seseorang harus mampu berkonsentrasi sambil membaca mantra,
(Asmadi, 2008). Pelatihan autogenik memberikan efek
menenangkan pada pikiran dan tubuh dan dapat digunakan untuk
mengobati kondisi medis terkait stres, misalnya angina pektoris,
hipertensi, dan dispepsia (Kanji, White, dan Ernst, 2004). Prato
dan Carolyn (2013) dalam penelitiannya terkait kecemasan pada
mahasiswa keperawatan menyimpulkan bahwa tehnik autogenik
merupakan strategi yang paling efektif untuk menurunkan
respiratory rate, nadi, dan suhu perifer.
B. Pendekatan Perilaku Kognitif
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Brown dan Schiraldi
(2004) membandingkan antara pendekatan perilaku kognitif dan
manajemen stres konvensional dalam menurunkan gejala
kecemasan pada mahasiswa menunjukkan bahwa bahwa tindakan
yang pertama berhasil menurunkan kecemasan, sedangkan yang
kedua gagal untuk merubah (Brown dan Schiraldi, 2004 dalam
Masterman, 2012).
C. Pernafasan Dalam dan Santai
Busch et al. (2012) dalam penelitiannya mengenai pengaruh nafas
dalam terhadap nyeri, aktifitas autonomik, dan mood
menunjukkan bahwa tehnik nafas dalam dapat mempengaruhi
proses autonomik dan respon terhadap nyeri.
D. Meditasi
Jurnal Biological Psychological mendefiniskan meditasi sebagai
aktifitas metabolik untuk merelaksasikan fisik dan mental untuk
mencapai keseimbangan emosi (Eifring, 2013). Studi komperatif
yang dilakukan Burns et al. (2011) menunjukkan bahwa meditasi
dapat menurunkan secara signifikan tingkat stres dan kecemasan
seseorang (Burns et al., 2011, dalam Masterman, 2012).
E. Mentoring
Instruksi dan mentoring oleh teman sebaya dapat menurunkan
kecemasan siswa, dan dapat diimplementasikan pada setiap level
dan jenjang pendidikan keperawatan (Purfeerst, 2011). Becker dan
Neuwrith (2002) mengembangkan model pembelajaran
laboratorium klinis dengan melibatkan level senior untuk
mendampingi level junior. Evaluasi yang dilakukan menunjukkan
penurunan kecemasan dan meningkatkan kemampuan klinis siswa
sampai 87% (Becker dan Neuwrith, 2002 dalam Moscaritolo,
2009).
F. Aroma Terapi
Sebuah studi yang dilakukan oleh Kim dan Yun (2010) mengenai
pengaruh penggunaan aroma tertentu secara inhalasi
menyimpulkan bahwa penggunaan aroma terapi dapat
menurunkan kecemasan siswa saat praktek pemberian injeksi
intravena.
G. Humor
Humor sebagai strategi pengajaran memiliki banyak manfaat,
memfokuskan perhatian, menguatkan hubungan sosial,
meningkatkan harga diri, dan meringankan stres dan kecemasan
(Moscaritolo, 2009).
H. Relaksasi Otot
Suyamto et al. (2009) dalam penelitiannya tentang pengaruh
relaksasi otot dalam menurunkan skor kecemasan TMAS
mahasiswa menjelang ujian ahir program di Akademi
Keperawatan Notokusumo Yogyakarta menyimpulkan bahwa
intervensi ini mempunyai pengaruh dalam menurunkan kecemasan
mahasiswa. 2.3.Zikir 2.3.1. Definisi
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah dengan sebanyak-banyaknya zikir. Dan bertasbihlah kepada-Nya pagi dan
sore hari .” (QS. Al-Ahzab: 41-42)
Almahfani (2006) menjelaskan bahwa zikir secara etimologis
berasal dari bahasa Arab dzakara-yadzkuru-dzikran (رك -رك ي-رك ) yang berarti mengingat atau menyebut. Namun banyak ayat-ayat Al-Quran
yang mengusung makna berbeda untuk arti kata zikir, antara lain;
sebagai nama lain Al-Quran, peringatan, keagungan, wahyu, dan
Sedangkan zikir menurut istilah adalah segala proses
komunikasi seorang hamba dengan sang Kholiq untuk senantiasa ingat
dan tunduk kepada-Nya dengan cara mengumandangkan takbir,
tahmid, tasbih, memanjatkan doa, membaca Al-Quran, dan lain-lain
yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, baik sendiri atau
berjamaah, dengan aturan-aturan yang telah ditentukan (Almahfani,
2006).
Sejumlah cendikiawan barat cenderung mendefinisikan zikir
dari sudut pandang latihan spiritual yang biasa dilakukan para
penganut tarikat. Junaedi (2007) menyebutkan bahwa Arberry, Alfred
Duillaume, serta Spencer Trimingham hampir sepakat mendefinisikan
zikir sebagai suatu latihan spiritual yang bertujuan untuk menyatakan
kehadiran Tuhan seraya membayangkan wujud-Nya. Atau suatu
metode yang dipergunakan untuk mencapai konsentrasi spiritual
dengan menyebut nama Tuhan secara ritmis dan berulang-ulang.
2.3.2. Jenis
Istilah yang mengungkapkan mecam-macam zikir sangat
banyak, diantaranya adalah zikir dengan hati saja atau zikir khafi
(samar) dan zikir lisan atau jahr (jelas). Selain zikir yang dilakukan
dengan hati dan lisan, ada pula istilah zikir ruh, zikir sosial, zikir fardi
(individu), zikir jama’i (berjamaah), zikir mutlak (tidak terikat dengan waktu), dan zikir muqoyyad (terikat dengan waktu) (Harahap dan
A. Zikir Lisan
Zikir lidah (lisan) adalah dengan mengucapkan nama Allah
dengan lidah serta berulang-ulang bertasbih, bertahmid,
bertakbir, dan bertahlil dengan mengucapkan
هاإ هلإا
(Ghadeer, 2006). Zikir dalam arti sempit diartikan sebagai
kegiatan yang dilakukan dengan lisan atau lidah saja. Zikir
dengan lisan semata adalah peringkat zikir terendah (Harahap
dan Reza, 2008).
B. Zikir Qalbu (Hati)
Berzikir dengan hati berarti berucap sesuatu dengan lisan dan
menghadirkan makna sedalam-dalamnya kedalam hati
(Al-Syafi’i, 2010). Zikir hati yaitu menghadapkan hati sepenuhnya hanya pada Allah. Mengingat Allah adalah ketika manusia
berhadapan dengan hal yang haram, lalu ia takut pada Allah lalu
meninggalkan yang haram tersebut (Ghadeer, 2006). Al-Imam
Abul-Hasanat Muhammad „Abdul-Hayyi Al-Lumnawi Al-Hindi menjelaskan bahwa sesungguhnya zikir adalah lawan dari lupa,
dan zikir itu asalnya merupakan perbuatan qalbu (hati) dan
bukan lisan. Dan berzikir dengan hati memiliki pengaruh yang
istimewa yang tidak ada dalam zikir lisan (Ilham dan Debby,
2003).
C. Zikir Af’al
Zikir af’al (perbuatan) diartikan sebagai refleksi dari zikir lisan dan zikir hati. Ini merupakan zikir yang bersifat aktif dan
berdimensi sosial. Zikir ini diwujudkan dalam perbuatan
sehari-hari, seperti menyantuni kaum papa, menginfakkan harta untuk
kepentingan sosial, dan melakukan hal-hal yang berguna bagi
pembangunan bangsa serta agama (Harahap dan Reza, 2008).
Para ‘Ulama berpendapat bahwa sebaik-baiknya zikir adalah zikir dengan hati dan lisan secara bersamaan, dan berzikir dengan hati
saja lebih baik dari berzikir dengan lisan saja. Tidak diragukan lagi
bahwa berzikir dengan lisan namun hatinya lalai (tidak berzikir)
memiliki faidah yang kecil (Al-Syafi’i, 2010).