• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN DAN KONSEP

G. Mushola Seramb

6.2 Konsep 1 Zoning

Penzoningan di dalam rest atea ini terkait dengan perilaku pengguna dan juga sirkulasi kendaraan bermotor. Untuk area yang berhubungan langsung dengan kendaraan bermotor (SPBU dan bengkel) diberikan zona yang terpisah dengan fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan istirahat pengguna (Mushala, toilet umum, restoran, ritel, balai peristirahatan). Untuk memudahkan sirkulasi di dalam tapak dan untuk menghindari terjadinya persilangan pengunjung yang hanya akan mengisi bahan bakar dengan pengunjung yang ingin beristirahat maka alur sirkulasi mengitari tapak (gambar 6.8).

Gambar 6.8 Pembagian zona dan alur sirkulasi rest area Sumber: Analisa Penulis

Alur sirkulasi

Rest Area

SPBU

Kantor pengelola terletak tepat di tengah rest area dimaksudkan untuk kemudahan pergerakan untuk memantau jalannya seluruh aktifitas dari tempat peristirahatan karena pengelola tempat peristirahatan ini bertanggung jawab akan administrasi keseluruhan area peristirahatan (gambar 6.9).

Gambar 6.9 Posisi kantor pengelola terhadap fasilitas rest area Sumber: Analisa Penulis

Dengan letak kantor pengelola yang strategis maka pihak pengelola dapat segera mengetahui apabila terjadi masalah-masalah pelayanan dan dapat bertindak cepat untuk mengatasinya.

Rest Area

SPBU

Bengkel Kantor

Area parkir untuk mobil dan sepeda motor dipisah dengan parkir untuk truk dan bus dikarenakan ukuran truk dan bus yang besar membutuhkan ruang gerak yang lebih mudah dan lebih luas. Area parkir mobil dan sepeda motor terdapat pada area depan rest area sedangkan parkir truk dan bus pada area belakang yang mengikuti alur sirkulasi sehingga memudahkan truk dan bus untuk parkir (gambar 6.10).

Gambar 6.10 Rencana area parkir pada rest area Sumber: Analisa Penulis

Berdasarkan dari hasil pengamatan serta evaluasi design maka didapat kebutuhan parkir pada saat beban puncak adalah 40 parkir mobil, 30 parkir sepeda motor, dan 20 parkir untuk truk dan bus.

Pada fasilitas rest area, kemudahan akses dan pencapaian dari fasilitas- fasilitasnya menjadi syarat utama agar pengguna dapat memaksimalkan waktu berhenti selama dalam perjalanan. Orientasi yang jelas juga memberikan kemudahan pengguna sehingga tidak terjadi kebingungan didalam melaksanakan kegiatan.

Para pengunjung yang ingin beristirahat pada umumnya berorientasi terlebih dahulu sebelum memilih fasilitas apa yang akan dimasukinya (gambar 6.11). Kejelasan posisi fasilitas-fasilitas menjadikan pengunjung lebih mudah untuk menemukan fasilitas-fasilitas tersebut.

Pada umumnya para pengunjung rest area mempunyai alur kegiatan:

Gambar 6.11 Pengelompokan pola aktifitas pengunjung Sumber: Analisa Penulis

Datang SPBU Parkir Pengunjung Pulang Restoran Mushala Area istirahat Bengkel Retail Kendaraan bermotor Kegiatan istirahat pengguna Orientasi

Fasilitas yang membutuhkan waktu yang lebih mendesak adalah fasilitas toilet umum. Sehingga fasilitas ini yang paling banyak diakses oleh para pengguna sesampainya di rest area. Di ikuti oleh fasilitas mushala dan restoran (gambar 6.12).

Gambar 6.12 Orientasi dan kemudahan akses rest area Sumber: Analisa Penulis

Pada fasilitas rest area, kemudahan akses dan pencapaian dari fasilitas- fasilitasnya menjadi syarat utama agar pengguna dapat memaksimalkan waktu berhenti selama dalam perjalanan.

Untuk memudahkan akses dan memperjelas orientasi maka sistem rest area yang diterapkan adalah sistem terpusat. Dengan sebuah plaza sebagai titik orientasi, fasilitas-fasilitas pada rest area ini harus dapat dicapai dan ditemukan dengan mudah.

Toilet umum

Restoran

Terkadang pengunjung berhenti dalam waktu yang sangat pendek untuk sekedar singgah menggunakan kamar mandi ataupun membeli oleh-oleh dan keperluan selama di perjalanan. Oleh sebab itu ritel yang menyediakan kebutuhan selama di perjalanan dan menjual oleh-oleh berada pada area depan yang berbatasan langsung dengan area parkir. Ritel pada fasilitas rest area ini mempunyai 2 orientasi yang memiliki potensi komersil yang besar yaitu yang pertama berorientasi ke arah parkir mobil dan sepeda motor; yang kedua ke arah mushala (gambar 6.13).

Gambar 6.13 Orientasi fasilitas ritel Sumber: Analisa Penulis

Melalui hasil pengamatan perilaku pengunjung yang telah selesai Shalat memiliki kecenderungan untuk menunggu rombongan yang lain selesai Shalat dengan duduk di pelataran mushala.

Untuk memfasilitasi kebutuhan para pengendara di dalam beristirahat dan bersosialisasi, dan juga untuk mengantisipasi kegiatan tersebut mengganggu pengunjung yang lain maka disediakan sebuah fasilitas khusus untuk pengendara beristirahat yaitu balai peristirahatan (gambar 6.14).

Gambar 6.14 Perilaku pada fasilitas balai peristirahatan Sumber: Analisa Penulis

Balai peristirahatan merupakan tempat istirahat dengan konsep ruang yang terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. Ruang istirahat yang dapat memfasilitasi kegiatan dan besarnya kelompok pengunjung yang ingin beristirahat.

Balai peristirahatan

SPBU merupakan fasilitas yang sangat sensitif terhadap api. Berdasarkan peraturan standar keselamatan SPBU harus berada pada jarak aman 10 meter dari titik rawan api.

Pada fasilitas rest area yang menjadi titik rawan api adalah area restoran dan area bengkel. Pada fasilitas ini SPBU berjarak 20 meter dari area restoran, dan berjarak 30 meter dari area bengkel (gambar 6.15).

Gambar 6.15 Jarak SPBU terhadap titik rawan api Sumber: Analisa Penulis

Pengaturan posisi peruntukan stasiun pompa bensin pada SPBU ini terkait dengan kemudahan akses kendaraan untuk bermanuver. Kendaraan berukuran besar seperti truk dan bus membutuhkan ruang gerak yang lebih besar.

SPBU

Bengkel Restoran

20 m

Setiap fasilitas di dalam rest area ini harus dapat dicapai dengan mudah oleh para pengunjung. Koneksi antar fasilitas yang baik dan pengelompokan berdasarkan kegiatan mempermudah para pengunjung di dalam menemukan fasilitas-fasilitas yang terdapat pada restarea ini (gambar 6.16).

Gambar 6.16 Pola hubungan antar ruang restarea Sumber: Analisa Penulis

Dengan pola hubungan antar fasilitas yang terpusat maka pengunjung akan mendapatkan kemudahan akses dan memperjelas orientasi. Dengan demikian para pengunjung mendapatkan kemudahan dalam pencapaian, waktu berhenti yang lebih optimal dan efisien, serta lebih nyaman dalam menjalankan kegiatan istirahatnya.

Balai peristirahatan Ritel Toilet umum Restoran Mushala Plaza

Berdasarkan pembahasan-pembahasan di atas maka didapat suatu zoning rest area yang baik yang sesuai dengan hasil pengamatan perilaku serta evaluasi design dan tingkat kepuasan pengguna rest area (gambar 6.17).

Keterangan : 1. Ritel 2. Mushala 3. Toilet Umum 4. Balai Peristirahatan 5. Restoran 6. Kantor Pengelola 7. SPBU 8. Bengkel

9. Parkir Mobil dan Sepeda Motor 10. Parkir Truk dan Bus

Gambar 6.17 Zoning dan sirkulasi fasilitas rest area Sumber: Analisa Penulis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Masuk Keluar

6.2.2 Rencana tapak

Kedekatan fungsi yang sejenis memberikan kemudahan bagi pengguna untuk mengakses fasilitas yang terdapat pada rest area ini (gambar 6.18). Jalur sirkulasi yang mengitari tapak dimaksudkan untuk menghindari persilangan pengunjung yang hanya akan mengisi bahan bakar dengan pengunjung yang ingin beristirahat.

Keterangan : 1. Ritel 2. Mushala 3. Toilet Umum 4. Mushala 5. Restoran 6. Kantor Pengelola 7. SPBU 8. Bengkel

9. Parkir Mobil dan Sepeda Motor 10. Parkir Truk dan Bus

Gambar 6.18 Rencana tapak fasilitas rest area Sumber: Analisa Penulis

1 3 2 4 5 6 8 7 9 10

Pergerakan para pengunjung di dalam rest area ini sangat dinamis dan para pengguna bergerak dengan cepat untuk memenuhi kebutuhannya dikarenakan waktu berhenti yang sangat terbatas. Masing-masing pengguna beraktifitas di fasilitas- fasilitas yang ada dan menjalankan kegiatan istirahat pengguna (gambar 6.19).

Gambar 6.19 Pemetaan Person-centered Mapping pengunjung fasilitas rest area Sumber: Analisa Penulis

Dengan rest area yang menggunakan sistem terpusat maka pengunjung diberi kemudahan untuk mengakses fasilitas-fasilitas yang ada pada rest area ini. Orientasi yang jelas memberikan pengunjung kemudahan menemukan fasilitas dengan cepat. Dengan sebuah plaza sebagai titik orientasi, para pengunjung mendapatkan kemudahan dalam pencapaian, sehingga dapat menghemat waktu serta waktu berhenti pengguna yang terbatas lebih efisien dan optimal.

Dikarenakan fasilitas-fasilitas yang terdapat di tempat peristirahatan ini multi massa maka untuk menghubungkan antara fasilitas yang ada disediakan selasar yang dapat melindungi pengunjung dari hujan ataupun panas matahari (gambar 6.20).

Gambar 6.20 Selasar pada fasilitas rest area Sumber: Analisa Penulis

Selasar tersebut melindungi pengunjung mulai dari area drop off menuju ke berbagai fasilitas yang terdapat di area peristirahatan ini.

6.2.3 Mushala

Pada umumnya para pengunjung yang datang ke mushala (gambar 6.21) mempunyai alur kegiatan:

Gambar 6.21 Pola aktifitas pengunjung mushala Sumber: Analisa Penulis

Dari pola kegiatan di atas maka hubungan antar ruang yang terjadi (gambar 6.22) agar seluruh kegiatan terfasilitasi dengan baik yaitu:

Gambar 6.22 Hubungan antar ruang mushala Sumber: Analisa Penulis

Mushala yang terletak pada bagian barat area peristirahatan ini berkapasitas 30 orang. Dengan pemisahan tempat wudhu pria di sebelah kiri dan wanita di sebelah kanan mushala menegaskan akan pemisahan hijab di mushala ini (gambar 6.23).

Gambar 6.23 Keyplan dan denah mushala Sumber: Analisa Penulis

Ruang Nazir Serambi Tempat penitipan barang Tempat Wudhu Ruang Shalat

Pola pergerakan para pengunjung mushala pada rest area ini dapat dipetakan secara Person-centered Mapping yang memfokuskan pada pergerakan pengunjung selama berada pada mushala (gambar 6.24).

Gambar 6.24 Pemetaan Person-centered Mapping pengunjung mushala Sumber: Analisa Penulis

Pengunjung mushala dapat menyimpan barang sebelum memasuki area wudhu dan area mushala. Jemaah yang telah selesai Shalat ada yang langsung melanjutkan kegiatan dan ada juga yang duduk di area teras mushala sambil menunggu rombongannya sebelum kembali melanjutkan perjalanan.

Pengunjung Pria Pengunjung Wanita Melanjutkan kegiatan Melanjutkan kegiatan

Untuk memfasilitasi perilaku yang terjadi pada area mushala ini terdapat beberapa rekomendasi desain yang dapat memberikan kenyamanan lebih bagi para pengunjung (gambar 6.25). Agar alas kaki para pengunjung yang berserakan dapat lebih rapi dan terlihat lebih bersih maka di area depan mushala disediakan rak khusus untuk meletakkan alas kaki para jamaah yang akan Shalat di mushala ini.

Gambar 6.25 Area depan mushala Sumber: Analisa Penulis

Rak penyimpanan alas kaki Rak penyimpanan alas kaki

Mushala ini memiliki sebuah area khusus untuk penitipan dan menyimpanan barang bawaan jamaah yang dapat memudahkan jamaah mengamankan barang bawaannya (gambar 6.26). Tempat penyimpanan barang yang terdapat di mushala ini terletak di depan ruang wudhu sehingga memudahkan jemaah yang akan menyimpan barangnya sebelum memasuki mushala.

Gambar 6.26 Area penyimpanan barang pada mushala Sumber: Analisa Penulis

Lemari penyimpanan barang

Pada area wudhu juga terdapat suatu rak khusus yang dapat dipergunakan para jamaah untuk meletakkan barang sehingga terhindar dari terkena air (gambar 6.27).

Gambar 6.27 Rak khusus pada area wudhu Sumber: Analisa Penulis

6.2.4 Restoran

Restoran yang terdapat pada rest area ini berkonsep Pujasera yang memberikan para pengunjung aneka pilihan makanan dengan sistem kios-kios makanan. Para pengunjung dapat memilih berbagai jenis dan pilihan makanan yang mereka kehendaki.

Pola aktifitas pengunjung yang terjadi pada area makan (gambar 6.28) mempunyai alur kegiatan:

Gambar 6.28 Pola aktifitas pengunjung restoran Sumber: Analisa Penulis

Perhitungan besaran kapasitas pengunjung pada area restoran ini berdasarkan dari hasil pengamatan serta evaluasi desain. Pada saat beban puncak yaitu pada waktu sarapan, makan siang dan makan malam pengunjung yang datang yaitu penumpang bus 30-40 orang; penumpang kendaraan pribadi 30-40 orang; dan pengemudi truk 15- 20 orang. Maka restoran direncanakan berkapasitas 100 pengunjung (gambar 6.29).

Gambar 6.29 Keyplan dan denah restoran Sumber Gambar: Analisa Penulis

Ruang dan pengaturan perabot yang fleksibel memungkinkan untuk dapat disesuaikan dengan jumlah kelompok pengunjung yang datang.

Akses pintu masuk menuju restoran dirancang terbuka dan cukup besar untuk memudahkan kelompok pengunjung memasuki area restoran. Besarnya kelompok pengunjung yang datang menjadi dasar menentukan besaran akses menuju restoran.

Dengan akses pintu masuk yang cukup besar maka kelompok pengunjung yang datang dalam jumlah yang besar dapat berjalan secara beriringan di dalam kelompok mereka (gambar 6.30). Pengunjung yang masuk ke dalam restoran ataupun pengunjung yang keluar tidak perlu berdesak-desakan sehingga tidak mengganggu kenyamanan pengunjung area restoran ini.

Gambar 6.30 Akses pintu masuk restoran Sumber: Analisa Penulis

Pada saat pengunjung restoran datang, mereka pada umumnya berorientasi terlebih dahulu sebelum memilih tempat untuk duduk (gambar 6.31). Sambil mengamati dan memilih tempat duduk yang paling nyaman dan paling sesuai dengan jumlah kelompok mereka.

Gambar 6.31 Orientasi pengunjung restoran Sumber: Analisa Penulis

Setelah mereka memilih tempat duduk kemudian mereka memesan makanan secara langsung ataupun melalui pelayan. Sebahagian pengunjung mencuci tangan sambil menunggu pesanan makanan datang (gambar 6.32).

Gambar 6.32 Pemetaan Person-centered Mapping pengunjung restoran Sumber: Analisa Penulis

Aliran udara

Udara Udara

Udara

Area makan yang terbuka diharapkan dapat memberikan sirkulasi udara yang baik demi kenyamanan pengunjung karena sebahagian pengunjung ada yang menghisap rokok (gambar 6.33).

Gambar 6.33 Konsep aliran udara pada area makan Sumber: Analisa Penulis

Area makan yang terbuka dan tanpa halangan dimaksudkan menjadi lorong angin sehingga aliran udara dapat bergerak dengan bebas dan memberikan sirkulasi udara yang baik (gambar 6.34).

Gambar 6.34 Restoran dengan area makan yang terbuka Sumber: Analisa Penulis

Aliran udara

Area stand makanan berupa kios-kios dengan dinding terbuka yang memudahkan pengunjung melihat ke dalam sehingga pengunjung dapat memesan menu-menu yang ditawarkan dari tiap-tiap stand makanan tersebut (gambar 6.35).

Gambar 6.35 Area stand makanan pada restoran Sumber: Analisa Penulis

Seting perabot menjadi hal yang penting di dalam restoran ini. Besarnya kelompok pengunjung yang bervariasi serta perilaku sebahagian pengunjung yang makan sambil mengangkat kaki menuntut rancangan perabot yang berbeda dari perabot yang telah ada pada umumnya (gambar 6.36).

Gambar 6.36 Perabot pada area makan restoran Sumber: Analisa Penulis

Ukuran kursi yang lebih besar memungkinkan pengunjung untuk makan sambil mengangkat kaki.

6.2.5 Ritel

Ritel yang berada di rest area ini merupakan tempat penjualan oleh-oleh khas Tebing Tinggi dan juga menyediakan perlengkapan dan persediaan para pengendara selama di dalam perjalanan seperti tempat penjualan pulsa, makanan dan minuman ringan (gambar 6.37).

Gambar 6.37 Denah dan tampak ritel Sumber: Analisa Penulis

Terdapat sebuah ruang istirahat di setiap unitnya yang dapat dipergunakan untuk pedagang beristirahat dikarenakan fasilitas yang buka 24 jam (gambar 6.38).

Gambar 6.38 Ruang karyawan pada ritel Sumber: Analisa Penulis

Ruang karyawan yang terdapat pada ritel ini selain dipergunakan sebagai tempat istirahat juga dapat dipergunakan sebagai tempat penyimpanan barang pribadi para pedagang.

Ritel ini mempunyai 2 orientasi yaitu yang pertama berorientasi ke arah parkir mobil dan sepeda motor; yang kedua ke arah mushala (gambar 6.39).

Gambar 6.39 Suasana ritel Sumber: Analisa Penulis

Ritel yang terdiri dari 10 kios ini juga disewakan untuk masyarakat yang ingin memulai peluang usaha.

6.2.6 Toilet umum

Toilet umum ini terdiri dari toilet untuk pria, toilet wanita, dan juga ruang pelayanan bayi. Besaran kapasitas toilet umum ini dipengaruhi besaran kelompok pengunjung yang datang. Kelompok pengunjung yang terbesar dalam 1 periode datang adalah penumpang bus sebesar 30-40 orang. Dengan asumsi seluruhnya menggunakan toilet dan jumlah pria dan wanita dalam jumlah yang sama maka kapasitas toilet adalah 10 bilik untuk pria dan wanita (gambar 6.40).

Gambar 6.40 Skema antrian kamar mandi Sumber: Analisa Penulis

Dengan 10 bilik kamar mandi dan urinoir maka hanya 1 orang antrian yang terjadi di setiap biliknya. Area antrian yang lebih luas ditujukan untuk menghindari penumpukan antrian pengguna.

Pada area toilet pria terdapat 5 bilik kamar mandi dan 5 urinoir. Pada area toilet wanita terdapat 10 bilik kamar mandi. Toilet duduk 60 % dari bilik kamar mandi dan toilet jongkok 40 % dari bilik kamar mandi yang ada (gambar 6.41).

Gambar 6.41 Keyplan dan denah toilet umum Sumber: Analisa Penulis

Dengan besaran kapasitas toilet umum dan juga area antrian yang lebih luas maka diharapkan penumpukan antrian tidak terjadi.

Pengunjung yang menggunakan kamar mandi memiliki berbagai kegiatan dari sekedar mencuci tangan, buang air, mandi dan bersih-bersih diri, juga mengurus bayi yang tidak dapat dilakukan selama dalam masa perjalanan (gambar 6.42).

Gambar 6.42 Pemetaan Person-centered Mapping pengunjung toilet umum Sumber: Analisa Penulis

Para pengunjung yang menggunakan toilet umum baik toilet pria, toilet wanita dan ruang pelayanan bayi dapat menunggu antrian pada area dalam toilet ataupun area luar teras toilet umum yang tersedia untuk menghindari penumpukan antrian yang terjadi.

Pengunjung Pria Pengunjung Wanita

Pada saat antrian ramai tersedia bangku-bangku untuk para pengunjung duduk sambil menunggu antrian (gambar 6.43). Pengunjung yang telah melakukan perjalanan terkadang terlalu lelah untuk berdiri dalam antrian.

Gambar 6.43 Area duduk pada toilet umum Sumber: Analisa Penulis

Bagian atas dinding toilet yang terbuka diharapkan dapat memberikan sirkulasi udara yang lebih baik karena sebahagian pengunjung ada yang menghisap rokok selama di area kamar mandi (gambar 6.44).

Gambar 6.44 Bagian atas dinding yang terbuka pada toilet umum Sumber: Analisa Penulis

Pada dinding pembatas antara toilet pria dan toilet wanita tidak terbuka karena untuk menegaskan pemisahan fungsi ruang antara pria dan wanita.

Toilet Wanita Toilet Pria

Toilet Wanita Toilet Pria

Pada area toilet wanita terdapat bilik kamar mandi dengan ukuran yang lebih besar yang dapat dipergunakan oleh para ibu yang membawa anak yang masih perlu ditemani pada saat berada di kamar mandi (gambar 6.45).

Gambar 6.45 Besaran ruang bilik kamar mandi Sumber: Analisa Penulis

Ruang pelayanan bayi dapat dipergunakan pengunjung yang membawa balita untuk diberi ASI ataupun mengganti popok (gambar 6.46).

Gambar 6.46 Suasana ruang pelayanan bayi Sumber: Analisa Penulis

Toilet umum bagi pengunjung ini memiliki rak khusus untuk meletakkan barang di masing-masing bilik kamar mandinya (gambar 6.47).

Gambar 6.47 Rak khusus pada bilik kamar mandi Sumber: Analisa Penulis

6.2.7 Balai peristirahatan

Balai peristirahatan ini ditujukan untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan pengunjung yang ingin beristirahat dan untuk mengantisipasi para pengunjung beristirahat di tempat yang tidak semestinya (gambar 6.48).

Gambar 6.48 Keyplan dan denah balai peristirahatan Sumber: Analisa Penulis

Sisi yang terbuka

Sisi yang terbuka

Sisi yang terbuka

Bangunan balai peristirahatan ini direncanakan berbentuk “U” dengan sisi bagian depan yang terbuka. Konfigurasi bentuk “U” tersebut membentuk daerah ruang yang memiliki fokus ke arah dalam serta orientasi ke arah luar. Sisi tertutup balai peristirahatan ini hanya setinggi 80 cm atau setinggi pinggang manusia dewasa masyarakat Indonesia pada umumnya (gambar 6.49).

Gambar 6.49 Konsep ruang balai peristirahatan Sumber: Analisa Penulis

Sirkulasi

Sirkulasi

kontinuitas visual

Sisi yang terbuka pada area balai peristirahatan ini bersifat terbuka ke luar. Sisi yang terbuka memungkinkan fasilitas ini memiliki kontinuitas ruang dan kontinuitas visual dengan fasilitas yang berhadapan dengan balai peristirahatan ini.

Balai peristirahatan ini dapat digunakan secara bebas oleh para pengunjung yang ingin beristirahat melepas lelah setelah melakukan perjalanan (gambar 6.50).

Gambar 6.50 Konsep visual balai peristirahatan Sumber: Analisa Penulis

6.2.8 Bengkel

Bengkel menjadi fasilitas pendukung yang penting bagi pengunjung yang mengalami masalah dengan kendaraannya selama di perjalanan. Bengkel ini melayani kerusakan mesin dan badan kendaraan (gambar 6.51).

Gambar 6.51 Denah dan tampak bengkel Sumber: Analisa Penulis

Bengkel ini memiliki sebuah area khusus yang terbuka untuk memberikan jasa perbaikan bagi kendaraan dengan ukuran besar seperti truk dan bus. Area yang tanpa dinding ini agar truk dan bus mudah diperbaiki di dalamnya (gambar 6.52).

Gambar 6.52 Suasana bengkel Sumber: Analisa Penulis

Dimensi ruang bengkel ini sangat terkait erat dengan besaran kendaraan yang dilayaninya (gambar 6.53). Agar kendaraan dengan ukuran besar seperti truk dan bus juga dapat dilayani di bengkel ini maka bentukan dan besaran ruang bengkel juga memperhatikan besaran dan ukuran truk/bus.

Gambar 6.53 Dimensi ruang bengkel Sumber: Analisa Penulis 5 m

6.2.9 SPBU

SPBU pada rest area ini terletak pada area depan dan dipisahkan dari fasilitas- fasilitas peristirahatan. Kemudahan akses menjadi perhatian utama di dalam memisahkan antrian kendaraan roda 2, kendaraan roda 4, juga truk/bus pada SPBU ini (gambar 6.54). Besaran kendaraan yang berbeda juga berpengaruh pada kemudahan kendaraan tersebut untuk bergerak mengikuti aliran antrian.

Gambar 6.54 Denah dan tampak SPBU Sumber: Analisa Penulis

Stasiun roda 2

Stasiun roda 4

Stasiun truk & bus

Pengaturan posisi peruntukan stasiun pompa bensin pada SPBU ini terkait dengan kemudahan akses kendaraan untuk bermanuver (gambar 6.55). Kendaraan berukuran besar seperti truk dan bus membutuhkan ruang gerak yang lebih besar.

Gambar 6.55 Pola pergerakan kendaraan pada SPBU Sumber: Analisa Penulis

Kendaraan roda 2 yang ukurannya paling kecil berada pada sisi dalam SPBU karena selain kendaraan roda 2 tidak membutuhkan ruang gerak yang besar juga untuk menghindari persilangan sirkulasi dengan kendaraan yang lebih besar.

SPBU yang melayani kendaraan roda 2, kendaraan roda 4, truk/bus ini memiliki tinggi atap yang berbeda-beda yang bertujuan untuk membedakan masing- masing peruntukan kendaraan sehingga menghindari kesalahan antrian (gambar 6.56).

Gambar 6.56 Penampang atap SPBU Sumber: Analisa Penulis

Alur sirkulasi SPBU yang jelas dapat melancarkan aliran antrian yang terjadi. Besaran kendaraan yang berbeda juga berpengaruh pada kemudahan kendaraan tersebut untuk bergerak mengikuti aliran antrian. Kendaraan berukuran besar seperti truk dan bus membutuhkan ruang gerak yang lebih besar. Hal ini juga berpengaruh pada kecepatan dan kemudahan pelayanan pengisian bahan bakar.

6.2.10 Kantor pengelola

Kantor pengelola yang terletak tepat di tengah rest area ini dimaksudkan untuk kemudahan pergerakan kegiatan memantau jalannya seluruh aktifitas dari

Dokumen terkait