• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

7.8. Konsumsi Pangan

Hasil pendugaan parameter dan elastisitas pada persamaan konsumsi pangan disajikan pada Tabel 19. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan nilai 0.79. Berarti keragaman konsumsi pangan sebesar 79.92 persen dapat dijelaskan oleh tiga variabel dugaan eksogen tersebut. Ketiga variabel tersebut adalah banyaknya anggota rumahtangga, pendapatan total rumahtanga, dan dummy

musim. Nilai uji F-hitung yaitu 104.83 yang berarti secara bersama-sama variabel dugaan eksogen dari konsumsi pangan dapat menjelaskan dengan sangat baik pada perilaku konsumsi pangan.

Tabel 19. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas pada Persamaan Konsumsi Pangan

Variabel Parameter t-hitung Taraf

Nyata

Elastisitas

Intersep 322 281.4 9.81 <.0002

Banyaknya anggota rumahtangga (BAR)

-17 659.8 -4.85 <.0003 0.27 Pendapatan total rumahtangga

(PTR)

0.216230 9.45 <.0004 0.39

Dummy musim (D1) 6 809.907 1.17 0.2605

R2= 0.79922 F-hitung= 104.83

Pada Tabel 19 terlihat seluruh variabel dugaan eksogen bertanda sesuai dengan yang diharapkan dan berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan

kecuali variabel dugaan eksogen dummy musim yang tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan rumahtangga. Variabel dugaan eksogen banyaknya anggota rumahtangga bertanda negatif dan berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan rumahtangga. Artinya peningkatan banyaknya anggota rumahtangga menyebabkan penurunan konsumsi pangan. Hal ini disebabkan karena kondisi miskin yang dialami keluarga nelayan tradisional yang sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, sehingga jika terjadi penambahan jumlah anggota rumahtangga yang ditanggung oleh rumahtangga nelayan tradisional maka terjadi penurunan konsumsi pangan rumahtangga. Nilai elastisitas konsumsi pangan rumahtangga terhadap banyaknya anggota rumahtangga sebesar 0.27. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan jika banyaknya anggota rumahtangga meningkat sebesar 1 persen, maka konsumsi pangan rumahtangga menurun sebesar 0.27 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa banyaknya anggota rumahtangga kurang responsif terhadap konsumsi pangan/inelastis.

Variabel eksogen dugaan pendapatan total rumahtangga bertanda positif dan berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan rumahtangga. Artinya peningkatan pendapatan total rumahtangga menyebabkan peningkatan konsumsi pangan rumahtangga nelayan tradisional. Nilai elastisitas konsumsi pangan rumahtangga terhadap pendapatan total rumahtangga sebesar 0.39. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan jika pendapatan total rumahtangga meningkat sebesar 1 persen, maka konsumsi pangan rumahtangga meningkat sebesar 0.39 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan total rumahtangga kurang responsif terhadap konsumsi pangan/inelastis. Semakin banyak pendapatan total rumahtangga maka anggota rumahtangga berusaha untuk membeli bahan pangan

dengan kualitas yang lebih baik dan jenis pangan yang lebih variatif. Namun, bahan pangan yang dikonsumsi rumahtangga merupakan barang pertanian. Barang pertanian merupakan barang inferior yang mengalami perubahan konsumsi yang sangat kecil apabila terjadi perubahan pendapatan total rumahtangga.

7.9. Konsumsi Non Pangan

Hasil pendugaan parameter dan elastisitas pada persamaan konsumsi non pangan disajikan pada Tabel 20. Koefisien deteminasi (R2) menunjukkan nilai 0.98. Berarti keragaman konsumsi non pangan sebesar 98.52 persen dapat dijelaskan oleh empat variabel dugaan eksogen tersebut. Keempat variabel dugaan eksogen tersebut adalah banyaknya anggota rumahtangga, konsumsi pangan rumahtangga, pendapatan total rumahtangga, dan dummy musim. Nilai uji F- hitung yaitu 1 300.22 yang berarti secara bersama-sama variabel dugaan eksogen dari konsumsi non pangan dapat menjelaskan dengan sangat baik pada perilaku konsumsi non pangan.

Tabel 20. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas pada Persamaan Konsumsi Non Pangan

Variabel Parameter t-hitung Taraf

Nyata

Elastisitas

Intersep 102 342.1 4.20 <.0002

Banyaknya anggota rumahtangga (BAR)

-23 203.9 -11.21 <.0003 0.56 Konsumsi pangan rumahtangga

(KPR)

-0.24229 -4.33 <.0004 0.40 Pendapatan total rumahtangga

(PTR)

0.540773 32.43 <.0005 1.57

Dummy musim (D1) -24 020.1 -8.03 <.0006

R2= 0.98523 F-hitung= 1 300.22

Pada Tabel 20, seluruh variabel dugaan eksogen bertanda sesuai dengan yang diharapkan dan berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan. Variabel

dugaan eksogen banyaknya anggota rumahtangga bertanda negatif dan berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan. Artinya peningkatan banyaknya anggota rumahtangga menyebabkan penurunan konsumsi non pangan. Hal ini disebabkan karena kondisi miskin yang dialami keluarga nelayan tradisional yang sulit untuk memenuhi kebutuhan non pangan sehari-hari apalagi jika jumlah anggota rumahtangga yang ditanggung banyak. Nilai elastisitas konsumsi non pangan rumahtangga terhadap banyaknya anggota rumahtangga sebesar 0.56. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan jika banyaknya anggota rumahtangga meningkat sebesar 1 persen, maka konsumsi non pangan rumahtangga menurun sebesar 0.56 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa banyaknya anggota rumahtangga kurang responsif terhadap konsumsi non pangan rumahtangga/inelastis.

Variabel dugaan eksogen konsumsi pangan rumahtangga bertanda negatif dan berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan rumahtangga. Artinya peningkatan konsumsi pangan menyebabkan penurunan konsumsi non pangan rumahtangga. Nilai elastisitas konsumsi non pangan rumahtangga terhadap konsumsi pangan rumahtangga sebesar 0.40. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan jika konsumsi pangan rumahtangga meningkat sebesar 1 persen, maka konsumsi non pangan rumahtangga menurun sebesar 0.40 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa konsumsi pangan kurang responsif terhadap konsumsi non pangan rumahtangga/inelastis. Rumahtangga nelayan tradisional adalah rumahtangga yang memiliki sosial ekonomi yang rendah sehingga apabila konsumsi pangan sebagai kebutuhan pangan sudah terpenuhi maka nelayan mengurangi pembelian untuk konsumsi non pangan.

Variabel eksogen dugaan pendapatan total rumahtangga bertanda positif dan berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan. Artinya peningkatan pendapatan total rumahtangga menyebabkan peningkatan konsumsi non pangan. Nilai elastisitas konsumsi non pangan rumahtangga terhadap pendapatan total rumahtangga sebesar 1.57. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan jika pendapatan total rumahtangga meningkat sebesar 1 persen, maka konsumsi non pangan rumahtangga meningkat sebesar 1.57 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan total rumahtangga responsif terhadap konsumsi non pangan/elastis. Semakin tinggi pendapatan total rumahtangga maka anggota rumahtangga berusaha untuk memenuhi kebutuhan sekunder yakni konsumsi non pangan seperti pembayaran uang sekolah, iuran listrik dan air, pakaian, dan untuk keperluan kesehatan. Selain itu, rumahtangga nelayan juga membeli barang- barang elektronik atau perhiasan. Barang elektronik atau perhiasan merupakan barang superior yang mengalami perubahan konsumsi yang sangat besar apabila terjadi perubahan pendapatan total rumahtangga.

Variabel dugaan dummy musim bertanda negatif dan berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan. Pada musim paceklik, pendapatan yang dihasilkan oleh nelayan sebagai kepala rumahtangga di dalam sektor perikanan umumnya rendah sehingga nelayan sulit untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya khususnya untuk konsumsi non pangan.

Pendapatan rumahtangga nelayan tradisional terdiri dari pendapatan di dalam sektor perikanan dan pendapatan di luar sektor perikanan yang umumnya diperoleh nelayan atau suami. Hal ini dikarenakan pekerjaan di dalam sektor perikanan terutama menangkap ikan adalah pekerjaan utama bagi nelayan tradisional. Pendapatan nelayan dalam sektor perikanan merupakan selisih penerimaan nelayan dikurangi total biaya produksi. Penerimaan nelayan diperoleh dari seluruh hasil tangkapan dikalikan dengan harga jual, sedangkan biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan yakni biaya sarana produksi dan biaya penyusutan perahu dan alat tangkap/jaring yang digunakan. Pendapatan istri di luar sektor perikanan adalah pendapatan yang diperoleh istri nelayan di luar sektor perikanan.

Tabel 21. Kontribusi Pendapatan Suami di Dalam dan di Luar Sektor Perikanan Komponen

Pendapatan

Musim Penangkapan Ikan

Musim Panen Musim Paceklik

Rupiah/Bulan Persentase Rupiah/Bulan Persentase Kegiatan di dalam sektor perikanan 666 540 100.00 306 906 56.19 Kegiatan di luar sektor perikanan 0 0 239 313 43.81 Total 666 540 100.00 546 219 100.00

Berdasarkan Tabel 21, dapat dilihat bahwa pada musim panen, kontribusi pendapatan nelayan di dalam sektor perikanan memegang peranan penting dalam pendapatan nelayan yakni sebesar 100 persen. Sedangkan pada musim paceklik, kontribusi pendapatan nelayan di dalam sektor perikanan menjadi berkurang/lebih kecil jika dibandingkan musim panen, yaitu sebesar 56.19 persen, sehingga

kontribusi pendapatan nelayan yang diperoleh dari luar sektor perikanan sangat membantu dalam peningkatan pendapatan nelayan yang berkurang selama musim paceklik tersebut. Namun persentase pendapatan nelayan di dalam sektor perikanan tersebut masih lebih besar dibandingkan kontribusi pendapatan nelayan di luar sektor perikanan yakni sebesar 43.81 persen. Adanya pendapatan suami di dalam sektor perikanan yang menurun pada musim paceklik akan mempengaruhi pendapatan total rumahtangga. Rata-rata kontribusi pendapatan rumahtangga responden pada musim paceklik dan panen dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Rata-Rata Kontribusi Pendapatan Rumahtangga Nelayan Tradisional pada Musim Panen dan Paceklik

Komponen Pendapatan Rumahtangga Rata-rata Pendapatan (Rupiah/Bulan) Persentase Pendapatan (Persen) Musim Panen Musim Paceklik Musim Panen Musim Paceklik Pendapatan di dalam sektor

perikanan

666 540 306 906 89.82 47.57 Pendapatan di luar sektor perikanan 75 546 338 243 10.18 52.43 Pendapatan Total Rumahtangga 742 086 645 149 100.00 100.00

Tabel 22 menunjukkan bahwa pendapatan rumahtangga pada musim paceklik jauh menurun dibandingkan pada musim panen. Pendapatan di dalam sektor perikanan yang dihasilkan oleh nelayan sebagai kepala rumahtangga pada musim paceklik sebesar 47.57 persen. Persentase ini lebih kecil bila dibandingkan dengan pendapatan suami di dalam sektor perikanan pada musim panen sebesar 89.82 persen terhadap pendapatan rumahtangga. Dengan adanya perbedaan pendapatan rumahtangga pada musim paceklik maka setiap rumahtangga memiliki pola tertentu dalam menggunakan sumber pendapatannya untuk berbelanja/memenuhi kebutuhannya sehari-hari pada dua musim yang berbeda.

Pengeluaran dalam rumahtangga terdiri dari konsumsi pangan dan konsumsi non pangan.

Tabel 23. Rata-Rata Pengeluaran Rumahtangga Nelayan Tradisional pada Musim Panen dan Peceklik

Komponen Pengeluaran

Musim Penangkapan Ikan

Musim Panen Musim Paceklik Rupiah/Bulan Persentase Rupiah/Bulan Persentase

Konsumsi pangan 395 802 58.47 393 744 65.98

Konsumsi non pangan

281 129 41.53 203 019 34.02

Total 676 931 100.00 596 763 100.00

Dilihat dari pola pengeluaran rumahtangga pada Tabel 23 bahwa alokasi pengeluaran terbesar adalah pada konsumsi pangan yaitu sebesar 58.47 persen pada musim panen dan 65.98 persen pada musim paceklik. Konsumsi pangan meliputi kebutuhan beras, sayur, daging, telur, ikan, gula, teh/kopi, minyak sayur, minyak tanah, bumbu dapur, rokok, dan kue. Persentase konsumsi non pangan sebesar 41.53 persen pada musim panen dan 34.02 persen pada musim paceklik. Konsumsi non pangan meliputi pembayaran iuran listrik, air, kebutuhan/biaya sekolah anak, pengobatan, pembelian alat elektronik, baju, serta pembayaran pajak bumi dan bangunan bagi nelayan tradisional pemilik tempat tinggal/rumah sendiri.

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, pada musim paceklik, produksi nelayan menurun sehingga pendapatan nelayan di dalam sektor perikanan cenderung menurun. Hal ini juga terlihat, dengan masih rendahnya curahan waktu kerja istri di luar sektor perikanan membuat istri tidak dapat memberikan kontribusi pendapatannya terhadap pendapatan total rumahtangga nelayan. Selain itu, kondisi sumberdaya rumahtangga yang belum dioptimalkan/didayagunakan, membuat kegiatan ekonomi rumahtangga belum mampu untuk

memperoleh/meningkatkan kepuasan bagi anggota rumahtangga. Hal ini mendorong terjadinya peluang kemiskinan pada rumahtangga nelayan tradisional.

Peluang kemiskinan rumahtangga nelayan yang dianalisis diduga dipengaruhi oleh faktor musim, kegiatan ekonomi rumahtangga, dan sumberdaya manusia rumahtangga. Semua hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional diuji pada taraf uji maksimum 20 persen, sebagaimana terlampir pada Lampiran 11. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peluang kemiskinan rumahtangga nelayan diolah dengan model logit, dan dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Peluang Kemiskinan Rumahtangga Nelayan Tradisional

Variabel Koefisien Odds

Ratio

Taraf Nyata

Intersep 74.7974 0.09104

Pengeluaran total rumahtangga (ETR) 0.000462 1.000 0.02113 Banyaknya anggota rumahtangga (BAR) -15.0948 <0.003 0.07832 Lama pendidikan suami (LPS) -43.0305 <0.004 0.04428

Dummy musim (D1) 51.3720 >999.999 0.02519

Tabel 24 menunjukkan seluruh variabel dugaan eksogen bertanda sesuai dengan yang diharapkan dan berpengaruh nyata terhadap peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional. Variabel dugaan eksogen pengeluaran total rumahtangga memiliki tanda positif dan berpengaruh nyata terhadap peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional. Artinya semakin besar total pengeluaran rumahtangga maka semakin tinggi peluang rumahtangga nelayan tradisional berada dalam kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional sangat ditentukan oleh besar kecilnya pengeluaran total rumahtangga. Nilai odds ratio variabel dugaan eksogen pengeluaran total rumahtangga sebesar 1.00. Artinya peluang rumahtangga

nelayan tradisional dengan pengeluaran total rumahtangga tinggi atau rendah adalah sama untuk hidup sejahtera. Pengeluaran total rumahtangga merupakan faktor utama dalam menentukan apakah rumahtangga tersebut miskin atau tidak. Pengeluaran total yang dilakukan oleh rumahtangga baik untuk konsumsi pangan maupun konsumsi non pangan merupakan gambaran apakah kebutuhan rumahtangga tersebut telah terpenuhi atau belum. Apabila pengeluaran total rumahtangga semakin besar maka pengeluaran total tersebut mendorong terjadinya pemborosan yang tidak mesti dilakukan oleh suatu rumahtangga nelayan tradisional.

Varibel dugaan eksogen banyaknya anggota rumahtangga memiliki tanda negatif dan berpengaruh nyata terhadap peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional. Artinya semakin sedikit jumlah anggota rumahtangga maka semakin kecil peluang rumahtangga nelayan berada dalam kemiskinan. Nilai odds ratio

variabel dugaan eksogen banyaknya anggota rumahtangga sebesar 0.003. Artinya peluang rumahtangga nelayan tradisional dengan jumlah anggota rumahtangga yang lebih banyak untuk hidup sejahtera 0.003 kali lebih kecil daripada rumahtangga nelayan tradisional dengan jumlah anggota rumahtangga yang lebih sedikit.

Variabel dugaan eksogen lama pendidikan suami bertanda negatif dan berpengaruh nyata terhadap peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional. Artinya semakin terbatasnya pendidikan formal yang ditempuh oleh nelayan maka semakin tinggi peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional. Terbatasnya pendidikan yang dimiliki nelayan atau suami karena rendahnya kemampuan sosial ekonomi orang tua mereka juga masih rendah sehingga nelayan sulit untuk hidup

sejahtera. Nilai odds ratio variabel dugaan eksogen lama pendidikan suami sebesar 0.004. Artinya peluang rumahtangga nelayan tradisional dengan semakin terbatasnya pendidikan formal yang ditempuh oleh suami atau nelayan tradisional untuk hidup sejahtera 0.004 kali lebih kecil daripada rumahtangga nelayan tradisional dengan lama pendidikan suami yang lebih tinggi.

Variabel dugaan dummy musim memiliki tanda positif. Artinya pada saat musim paceklik, maka peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional sangat ditentukan oleh perbedaan musim. Nilai odds ratio

variabel dugaan eksogen dummy musim sebesar 999.99 Artinya peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional pada musim paceklik 999.99 lebih besar daripada musim panen. Pada musim paceklik, produksi nelayan cenderung menurun, sehingga pendapatan rumahtangga nelayan juga rendah. Dimana pendapatan nelayan yang rendah tersebut pada musim paceklik tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Adanya faktor ketidakstabilan pendapatan rumahtanga nelayan karena pengaruh musim termasuk dalam kategori kemiskinan sementara.

Dokumen terkait