Dalam sejarahnya, bahwa konstelasi perkembangan ilmu dan filsafat diawali dari rasa ingin tahu (kuriositas), kemudian meningkatnya rasa ingin tahu, lalu kebiasaan penalaran yang radikal dan divergen yang kemudian terbagi dua yaitu berkembangnya logika (Deduktif) dan Induktif (sebagaimana dijelaskan di atas), selanjutnya gabungan logika deduktif dan induktif yaitu proses Logika, hipothetico dan verifikasi, terakhir adalah berkembangnya kreativitas. Berdasarkan perkembangan ilmu abad 20 menjadikan manusia sebagai mahluk istimewa dilihat dari kemajuan berimajinasi. Konsep terbaru filsafat abad 20 didasarkan atas dasar fungsi berpikir, merasa, cipta talen dan kreativitas. Kegiatan berpikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Berpikir ilmiah merupakan berpikir dengan langkah-langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menjugi hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah-langkah berpikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat / sarana yang baik
Asas-Asas Berpikir Logika dalam Hukum I - 14 – sehingga diharapkan hasil dari berpikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik.Logika sebagai sarana berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan dan penguraian ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari, bisa masalah hukum, sosial kemasyarakatan dan bahkan psikologi sosial. Maka dengan demikian, ditinjau dari pola berpikirnya, ilmu merupakan gabungan antara pola berpikir deduktif dan berpikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif .dan logika induktif.Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan berpikir ilmiah tersebut.Berdasarkan pemikiran ini, maka tidak sukar untuk dimengerti mengapa mutu kegiatan keilmuan tidak mencapai taraf yang memuaskan sekiranya sarana berpikir ilmiahnya memang kurang dikuasai. Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistik.5 Bagaimana mungkin seorang bisa melakukan penalaran yang cermat, tanpa menguasai struktur bahasa yang tepat, atau bagaimana seseorang bisa melakukan generalisasi tanpa menguasai statistik Memang betul tidak semua masalah membutuhkan analisa statistik, namun hal ini bukan berarti, bahwa kita tidak peduli terhadap statistik sama sekali dan berpaling kepada cara-cara yang justru tidak bersifat ilmiah.
5 T. Subarsyah Sumadikara, Pengantar Filsafat Ilmu, Logos Publishing: Bandung, 2013, hlm:
12-26.
Pendahuluan I -15- Berikut adalah uraian penjelasan dari sarana yang dimaksudkan tersebut; Kemampuan bahasa adalah bagaimana anak mengkonstruksi pengetahuannya dan biasa menyampaikan kepada orang lain baik secara lisan maupun secara tulisan. Kemampuan berbahasa adalah salah satu keunikan manusia. Bahasa diperlukan manusia atau berfungsi sebagai alat komunikasi atau fungsi komunikatif, serta alat budaya yang mempersatukan manusia yang menggunakan bahasa tersebut atau fungsi kohesif. Di dalam fungsi komunikatif bahasa terdapat tiga unsur bahasa yang digunakan untuk menyampaikan : perasaan (unsur
1. emotif), sikap (unsur afektif) dan buah pikiran (unsur penalaran);
2. Logika merupakan jalan pikiran yang masuk akal, definisi dirujuk dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa logika disebut juga sebagai penalaran. Penalaran adalah suatu proses penemuan kebenaran dan setiap jenis penalaran memiliki kreteria kebenarannya masing-masing. Penalaran memiliki ciri - ciri Pola berfikir yang disebut dengan logik, serta analitis dalam berfikir;
3. Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “Artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Bila kita mempelajari kecepatan jalan kaki seseorang anak maka obyek
“kecepatan jalan kaki seorang anak” dapat diberi lambang dengan x. dalam hal ini x hanya mempunyai satu arti yaitu kecepatan jalan kaki seorang anak. Bila dihubungkan dengan dengan obyek lain umpanya “jarak yang ditempuh seoang anak”
(y). maka dapat dibuat lambang hubungan tersebut sebagai z = y/x, di mana z melambangkan waktu berjalan kaki seorang anak.
Pernyataan z = y/x kiranya jelas : Tidak mempunyai konotasi emosional dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan x, y dan z, artinya matematika mempunyai sifat yang
ASAS-ASAS BERPIKIR LOGIKA DALAM HUKUM I -16- jelas, spesifik dan informative dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional
4. Statistik mengandung berbagai macam pengertian antara lain kumpulan data, bilangan maupun non bilangan yang disusun dalam tabel atau diagram yang melukiskan atau
menggambarkan suatu persoalan. Dengan memasyarakatnya berpikir ilmiah, memungkinkan suatu hari berpikir statistik akan merupakan keharusan bagi manusia seperti membaca dan menulis. Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenarannya.
Semua penyataan ilmiah adalah bersifat faktual, dimana konsekuensinya dapat diuji dengan baik dengan jalan mempergunakan panca indera, maupun dengan mempergunakan alat-alat yang membantu panca indera tersebut. Pengujian secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam metode ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya. Pengujian merupakan suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesa yang diajukan.
Sekiranya hipotesa itu didukung oleh fakta-fakta empiris maka pernyataan hipotesis tersebut diterima atau disahkan kebenarannya.
Sebaliknya jika hipotesis tersebut bertentangan dengan kenyataan maka hipotesa itu ditolak.Sarana berpikir ilmiah adalah alat untuk membantu proses metode ilmiah untuk mendapatkan ilmu dan teori yang lain. Hal yang perlu diperhatikan bahwa sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapat berdasarkan metode ilmiah, sehingga diharapkan untuk dapat memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik. Sarana berpikirilmiah terdiri dari : Bahasa, logika, matematika dan statistika.Konsepsi tentang berpikir yang paling umum adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan dalam diri seseorang yang berupa
PENDAHULUAN I – 17 - pengertia-pengertian. Berpikir mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun, sambil menunggu kuliah dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan.
Kita berpikir saat menulis artikel, makalah, surat, membaca buku, membaca Koran, merencanakan liburan, atau menghawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.6 Berpikir adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan sesuatu yang menjadi ia tahu atau sesuatu kegiatan yang melibatkan otak kita bekerja. Simbol-simbol yang digunakan dalam berpikir pada umumnya adalah menggunakan kata- kata, bayangan atau gambaran dan bahasa. Namun, sebagian besar dalam berpikir orang kebanyakan lebih sering menggunakan bahasa atau verbal kenapa, karena bahasa merupakan alat penting dalam berpikir.Sementara itu makna dari berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. Ada juga yang mengatakan bahwa berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan, dan sebagainya. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan .Atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
6 T. Subarsyah Sumadikara, Pengantar Filsafat Ilmu, Op cit, hlm: 22 – 26. Dapat dibandingkan dengan pendapat dari Jujun S. Suriasumantri, (Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, 2000), mengatakan bahwa berpikir merupakan kegiatan
(akal) untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan (akal) yang menggabungkan induksi dan deduksi. Dalam kegiatan berpikir, pikiran memberi manusia pengetahuan yang dapat dipakainya sebagai pedoman dalam perbuatannya, sedangkan kemauanlah yang menjadi pendorong perbuatan mereka. Oleh karena itu berpikir merupakan atribut penting yang menjadikan manusia sebagai manusia, berpikir adalah fondasi dan kemauan adalah pendorongnya. Kalau berpikir (penggunaan kekuatan akal) merupakan salah satu ciri penting yang membedakan manusia dengan hewan, sekarang apa yang dimaksud berpikir, apakah setiap penggunaan akal dapat dikategorikan berpikir, ataukah penggunaan akal dengan cara tertentu saja yang disebut berpikir. Para ahli telah mencoba mendefinisikan makna berfikir dengan rumusannya sendiri-sendiri, namun yang jelas tanpa akal nampaknya kegiatan berfikir tidak mungkin dapat dilakukan, demikian juga pemilikan akal secara fisikal tidak serta merta mengindikasikan kegiatan berpikir.
Asas-Asas Berpikir Logika dalam HukumI -18- Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan, proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Oleh karena itu, proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan diperlukan sarana tertentu yang disebut dengan sarana berpikir ilmiah.
Pengertian sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya juga diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
Sarana berpikir ilmiah digunakan sebagai alat bagi cabang - cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode-metode ilmiah. Sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan. Dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah pada dasarnya ilmu menggunakan penalaran induktif dan deduktif, dan sarana berpikir ilmiah tidak menggunakan cara tersebut.
Berdasarkan cara mendapatkan pengetahuan tersebut jelaslah bahwa sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan sarana ilmu yang berupa:
bahasa, logika, matematika, dan statistika. Sedangkan fungsi sarana berpikir ilmiah adalah untuk membantu proses metode ilmiah, baik secara deduktif maupun secara induktif.
Kemampuan berpikir ilmiah yang baik sangat didukung oleh penguasaan sarana berpikir dengan baik pula. Maka dalam proses berpikir ilmiah diharuskan untuk mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah menyadarkan diri kepada proses metode ilmiah baik logika deduktif maupun logika induktif.
PENDAHULUAN |– 19 - Ilmu dilihat dari segi pola pikirnya merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif.Dari berbagai pendapat tentang konsep berpikir, dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah perkembangan ide dan konsep, definisi ini nampak sangat sederhana namun substansinya cukup mendalam, berpikir bukanlah kegiatan fisik namun merupakan kegiatan mental (antara hati dan akal), bila seseorang secara mental sedang mengikatkan diri dengan sesuatu dan sesuatu itu terus berjalan dalam ingatannya, maka orang tersebut bisa dikatakan sedang berpikir.7 Jika demikian berarti bahwa berpikir merupakan upaya untuk mencapai pengetahuan. Upaya mengikatkan diri dengan sesuatu merupakan upaya untuk menjadikan sesuatu itu ada dalam diri (gambaran mental) seseorang, dan jika itu terjadi tahulah dia, ini berarti bahwa dengan berpikir manusia akan mampu memperoleh pengetahuan, dan dengan pengetahuan itu manusia menjadi lebih
mampu untuk melanjutkan tugas kekhalifahannya di muka bumi serta mampu memposisikan diri lebih tinggi dibanding makhluk lainnya.
Proses dalam berpikir merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Dengan demikian berpikir mempunyai gradasi yang berbeda dari berpikir sederhana sampai berpikir yang sulit, dari berpikir hanya untuk mengikatkan subjek dan objek sampai dengan berpikir yang menuntut kesimpulan berdasarkan ikatan tersebut.
7 Mengapa sampai disebut sebagai bagian dari kegiatan mental?, sebab berpikir juga, dapat dikatakan sebagai proses mencari sesuatu yang belum diketahui berdasarkan sesuatu yang sudah diketahui. Definisi ini mengindikasikan bahwa suatu kegiatan berfikir baru mungkin terjadi jika akal / pikiran seseorang telah mengetahui sesuatu, kemudian sesuatu itu dipergunakan untuk mengetahui sesuatu yang lain, sesuatu yang diketahui itu bisa merupakan data, konsep atau sebuah idea, dan hal ini kemudian berkembang atau dikembangkan sehingga diperoleh suatu yang kemudian diketahui atau bisa juga disebut kesimpulan. Dengan demikian kedua definisi yang dikemukakan ahli tersebut pada dasarnya bersifat saling melengkapi. Berpikir merupakan upaya untuk memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuan tersebut proses berpikir dapat terus berlanjut guna memperoleh pengetahuan yang baru, dan proses itu tidak berhenti selama upaya pencarian pengetahuan terus dilakukan.
Asas-Asas Berpikir Logika dalam HukumI -20- Mengutip pendapatnya Partap Sing ASAS-ASAS Mehra,8 beliau menyatakan bahwa dalam proses berpikir mencakup hal-hal;
Conception (pembentukan gagasan); Judgement (menentukan sesuatu); serta, Reasoning (Pertimbangan pemikiran/penalaran). Bila seseorang mengatakan bahwa dia sedang berpikir tentang sesuatu, ini mungkin berarti bahwa dia sedang membentuk gagasan umum tentang sesuatu, atau sedang menentukan sesuatu, atau sedang mempertimbangkan (mencari argumentasi) berkaitan dengan sesuatu tersebut. Cakupan proses berpikir sebagaimana disebutkan di atas menggambarkan bentuk substansi pencapaian kesimpulan, dalam setiap cakupan terbentang suatu proses (urutan) berpikir tertentu sesuai dengan substansinya.Dalam pandangan John Dewey9 proses berpikir mempuyai urutan - urutan (proses) sebagai berikut :
1. Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit mengenai sifat, ataupun dalam menerangkan hal-hal yang muncul secara tiba-tiba;
2. Kemudian rasa sulit tersebut diberi definisi dalam bentuk permasalahan;
3. Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa reka-reka, hipotesa, inferensi atau teori;
8 Partap Sing Mehra & Jazir Brhan, Pengantar Logika Tradisonal, Binacipta: Bandung, 1964.
9 T. Subarsyah Sumadikara, Pengantar Filsafat Ilmu, Op cit., hlm: 27. Dapat dibandingkan dengan Kelly mengemukakan bahwa proses berpikir mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : Timbul rasa sulit; Rasa sulit tersebut didefinisikan; Mencari suatu pemecahan sementara; Menambah keterangan terhadap pemecahan tadi yang menuju kepada kepercayaan bahwa pemecahan tersebut adalah benar; Melakukan pemecahan lebih lanjut dengan verifikasi eksperimental; Mengadakan penelitian terhadap penemuan-penemuan eksperimental menuju pemecahan secara mental untuk diterima atau ditolak sehingga kembali menimbulkan rasa sulit; Memberikan suatu pandangan ke depan atau gambaran mental tentang situasi yang akan datang untuk dapat menggunakan pemecahan tersebut secara tepat. Urutan langkah (proses) berpikir seperti tersebut di atas lebih menggambarkan suatu cara berpikir ilmiah, yang pada dasarnya merupakan gradasi tertentu disamping berpikir biasa yang sederhana serta berpikir radikal filosofis, namun urutan tersebut dapat membantu bagaimana seseorang berpikir dengan cara yang benar, baik untuk hal-hal yang sederhana dan konkrit maupun hal-hal yang rumit dan abstrak, dan semua ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh orang yang berpikir tersebut.
PENDAHULUAN |– 21 - 4. Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui
pembentukan implikasi dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti (data);
5. Menguatkan pembuktian tentang ide-ide di atas dan menyimpulkannya baik melalui keterangan-keterangan ataupun percobaan-percobaan.
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa kegiatan berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian, pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari sesuatu yang dikehendaki. Manusia adalah makhluk yang berpikir, setiap saat dari hidupnya, sejak dia lahir sampai masuk liang lahat, dia tak pernah berhenti berpikir. Hampir tak ada masalah yang menyangkut dengan perikehidupan yang terlepas dari jangkauan pikirannya, dari soal paling remeh sampai soal paling asasi.10 Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dan sebagainya. Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia pastilah menuntut metode tertentu. Seperti halnya dalam memperoleh pengetahuan. Suatu ilmu, mungkin membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan menurut berbagai metode. Akhirnya suatu pendapat mengatakan, bahwa sesuatu memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode. Untuk memperoleh pengetahuan, maka digunakanlah metode berpikir ilmiah. Dengan menggunakan metode berpikir ilmiah maka akan mempermudah manusia untuk menjadikan soal-soal yang perlu dijawab sebagai jalan keluar dari persoalan masalah-masalah yang ada dan selalu ada sesama manusia itu tinggal di dunia dan bersosialisasi dengan selamanya makhluk yang memiliki pemikiran yang tidak sama dalam menyikapi berbagai hal.
10 F. Budi Hardiman, Filsafat Modern, Jakarta : Gramedia, 2004.
ASAS -ASAS BERPIKIR LOGIKA DALAM HUKUM | - 22 -
BAGIAN PERTAMA
PEMAHAMAN AWAL TERHADAP LOGIKA SEBAGAI SARANA BERPIKIR ILMIAH
“Logika adalah filsafat praktis, untuk kepentingan praktis dan mengakomodir nilai-nilai praktis dalam setiap praktik kehidupan berikut nilai dan norma-norma yang melingkupinya”.
(Musa Darwin Pane & Sahat Maruli Tua Situmeang, 2018)