Dalam memamahi ketiga sub bahasan ini, maka sebaiknya perhatikan secara teliti kalimat-kalimat berikut.
1. “Hari ini cuaca cerah.” (Berita)
2. “Apakah kamu sudah sarapan tadi pagi?” (Tanya) 3. “Jawab pertanyaan saya.” (Perintah)
Kalimat-kalimat itu merupakan tiga kalimat yang berbeda.
Kalimat (1) adalah kalimat berita, yaitu kalimat yang memberitakan hal tertentu. Kalimat (2) adalah kalimat tanya; isinya merupakan pertanyaan tentang hal tertentu. Kalimat (3) adalah kalimat perintah yang isinya menyerukan atau memerintahkan orang untuk melakukan hal tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari, untuk berkomunikasi kita menggunakan kalimat, baik kalimat berita, kalimat perintah, maupun kalimat tanya.
Secara umum, kalimat didefinisikan sebagai:106
106 Secara tradisional kalimat didefinisikan sebagai urutan kata - kata yang mengandung
maksud yang lengkap. Setelah timbul pendekatan struktural pada akhir abad XIX orang sadar bahwa kalimat harus ditinjau pula dari segi strukturnya jika ingin mendapat gambaran yang tepat. Berikut ini beberapa definisi tentang kalimat. Menurut Fokker kalimat ialah
ASAS – ASAS BERPIKIR LOGIKA DALAM HUKUM | - 103 -
Serangkaian kata yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa dalam suatu bahasa, dan dapat digunakan untuk tujuan menyatakan, menanyakan, atau memerintahkan sesuatu hal.
Benar atau salahnya struktur suatu kalimat ditentukan berdasarkan kaidah atau aturan tata bahasa suatu bahasa. Penilaian terhadap kalimat terutama dalam hal apakah susunan atau bangunan kata yang membentuk kalimat tepat atau tidak.
Berikut adalah uraian penjelasan tentang kalimat tanya, berita dan perintah;
1. Secara umum, struktur kalimat berita terdiri dari subjek (S)– predikat (P)–
objek (O), misalnya, “Saya memakai baju”. Dalam kalimat itu, saya adalah subjek (S), memakai predikat (P), dan baju objek (O).107
2. Kalimat tanya umumnya dibuat dengan menggunakan kata yang dilengkapi dengan bentuk akhir -kah, seperti apakah, adakah, sudahkah, pernahkah, dan maukah. Bisa juga kalimat tanya hanya
tuturan atau ujaran yang mengandung arti, yang oleh lagunya ditandai sebagai kesatuan yang selesai. Intonasi final itulah yang menentukan bahwa kita berhadapan dengan kalimat atau bukan. Menurut Gorys Keraf, kalimat adalah bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenapan, sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap. Lihat dalam: Gorys Keraf, Diksi & Gaya Bahasa, Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta, 2002, hlm: 17 – 19.
107 Subyek (S) didefinisikan sebagai dasar tuturan sedangkan predikat (P) adalah apa yang
dikatakan pembicara tentang subyek (S). Karena predikat menyatakan sesuatu tentang subyek, pastilah daerah lingkungannya lebih luas daripada subyek. Sementara Obyek (O) sebenarnya bukan merupakan gatra tersendiri, melainkan merupakan keterangan/pelengkap penderita, tetapi ada beberapa macam obyek yang dapat dipindah-pindahkan tempatnya sehingga boleh dikatakan merupakan gatra tersendiri. Ada beberapa macam obyek, yaitu obyek penderita; yaitu obyek yang dikenai peristiwa predikat. Apabila dipasifkan kata yang berfungsi sebagai obyek itu akan menduduki fungsi subyek. Contoh : Ayah membeli kambing. obyek pelaku, yaitu obyek yang menyebutkan pelaku peristiwa dalam kalimat pasif, Contoh : Buku itu dibeli oleh Sidin.
obyek ber-kata depan, yaitu pelengkap predikat yang didahului sebuah kata depan, Contoh : Ia tahu akan kewajibannya. obyek semu (pelengkap), yaitu bagian predikat yang tampaknya merupakan pelengkap tetapi hanya meruapakn suatu kesatuan dengan predikat itu, Contoh : Ia berjualan kuda. obyek langsung dan tak langsung, ada kalanya sebuah kata kerja memerlukan dua pelengkap. Ada yang langsung dikenai pekerjaan (disebut obyek langsung), ada yang secara tidak langsung (disebut obyek tidak langsung). Teeuw berpendapat bahwa obyek tak langsung termasuk predikat sehingga hanya ada satu obyek. Contoh : Ayah membelikan adik sepasang sepatu.
- 104 - | ASAS -ASAS BERPIKIR LOGIKA DALAM HUKUM
terdiri dari satu kata, seperti “Mau?” atau “Ada?” Dalam bahasa lisan kalimat tanya ditandai dengan intonasi tertentu; dalam bahasa tulis ditandai dengan tanda tanya [?].
3. Kalimat perintah umumnya dimulai dengan kata kerja, seperti “Pergi kau!”, atau dengan kata larangan seperti “Jangan datang lagi.” Kalimat perintah bisa saja hanya terdiri dari satu kata. Dalam bahasa lisan, kalimat perintah dengan satu kata ditandai dengan intonasi yang menunjukkan ketegasan, sedang dalam bahasa tulisan kalimat ini diakhiri dengan tanda titik [.] dan kadang-kadang dengan tanda seru [!]. Salah satu jenis kalimat adalah pernyataan (bahasa Inggris statement) yang dalam praktiknya sama dengan kalimat berita. Tetapi, pernyataan memiliki pengertian yang lebih khusus. Pernyataan adalah kalimat yang digunakan untuk membuat suatu klaim atau menyampaikan sesuatu yang bisa benar atau salah. Kalimat yang berupa pertanyaan atau perintah berbeda dari pernyataan karena pertanyaan dan perintah tidak bisa benar dan sekaligus salah.
Pernyataan memiliki nilai kebenaran (truth value). Artinya, suatu pernyataan bisa dinilai benar atau salah, misalnya pernyataan “Hari ini hujan turun” benar jika sesuai dengan kenyataan bahwa hari ini memang hujan. Tetapi jika kenyataan menunjukkan bahwa hari ini tidak hujan, maka pernyataan itu salah. Suatu pernyataan tidak bisa benar dan salah sekaligus. Jika ada pernyataan yang mengandung benar dan salah sekaligus, maka itu adalah paradoks yang merupakan satu bentuk kesalahan dalam berpikir.
Dalam literatur logika dan ilmu pengetahuan, kita juga menemukan term proposisi (dari kata bahasa Inggris proposition). Proposisi ialah makna yang diungkapkan melalui pernyataan, atau dengan kata lain arti atau interpretasi dari suatu pernyataan. Sebagai analogi, jika kata mengungkapkan konsep atau ide (konsep/ide = makna kata), maka pernyataan mengungkapkan proposisi (proposisi = makna pernyataan).
Proposisi juga dapat dipahami sebagai makna dari kalimat berita, mengingat bahwa pernyataan merupakan kalimat berita yang dapat dinilai benar atau salah.
ASAS – ASAS BERPIKIR LOGIKA DALAM HUKUM | - 105 -
Berikut ialah 3 (tiga) hal yang menjadi konsekuensi dari definisi kalimat, pernyataan dan proposisi tersebut;
1. Kalimat yang tidak bermakna atau tidak koheren tidak mengungkapkan proposisi apa pun. Misalnya, deretan kata penerangan tapi kecepatan membaca tidak mengungkapkan proposisi apa pun karena penerangan dan kecepatan membaca di sini tidak mempunyai hubungan yang jelas dan penggunaan kata tapi di sini tidak tepat;
2. Pernyataan atau kalimat yang berbeda dapat mengungkapkan proposisi yang sama, misalnya, “Rina adalah adik Yanto”
merupakan proposisi yang sama dengan “Yanto adalah kakak Rina.” ;
3. Kalimat atau pernyataan yang sama dapat mengungkapkan proposisi yang berbeda, misalnya,
“Masyarakat Jakarta adalah masyarakat yang majemuk” dapat mengungkapkan proposisi yang berbeda-beda, antara lain
“Masyarakat Jakarta terdiri dari banyak etnis” atau
“Masyarakat Jakarta terdiri dari banyak agama” dan
“Masyarakat Jakarta merupakan keturunan dari perpaduan suku tertentu.”
Lalu, bagaimana kita dapat mengetahui apa proposisi yang ingin diungkapkan suatu kalimat atau pernyataan? Kita dapat memastikannya melalui pencermatan terhadap informasi non-bahasa atau konteks atau dengan menggunakan kalimat lain yang lebih jelas dan khusus.
Kalimat atau pernyataan yang boleh ditafsirkan lebih dari satu makna (multi-tafsir) dapat menyebabkan kita salah dalam memahami dan menanggapinya. Jika kita menggunakan hasil pemaknaan itu dalam pembuatan keputusan, maka kita pun bisa salah membuat keputusan dan menanggung kerugian akibat kesalahan itu. Oleh karena itu, perlu dihindari penggunaan kalimat atau pernyataan yang multi-tafsir dengan membuat pernyataan yang baik, yang jelas
- 106 - | ASAS -ASAS BERPIKIR LOGIKA DALAM HUKUM
maknanya. Untuk membuat suatu pernyataan yang baik, perlu dilakukan hal-hal berikut. Pertama, membangun suatu kalimat yangmengungkapkan suatu proposisi. Kedua, mengusahakan supaya proposisi yang ingin diungkapkan menjadi jelas. Akhirnya, membuat pernyataan mengenai nilai kebenaran kalimat itu.
Biasanya langkah-langkah itu tidak disadari ketika seseorang menyusun suatu pernyataan. Oleh karena itu orang perlu berlatih membuat pernyataan yang baik agar terbiasa. Tanpa latihan, orang cenderung membuat kalimat yang multi-tafsir atau tidak jelas maknanya. Bahkan orang bisa saja membuat kalimat atau pernyataan yang tidak koheren sehingga sama sekali tidak dapat dimaknai.
Kesalahan yang mungkin terjadi dalam pembuatan kalimat atau pernyataan adalah yang berikut.
1. Kalimatnya tidak koheren sehingga tidak dapat dimaknai oleh pendengar atau pembaca;
2. Kalimatnya sudah koheren tetapi proposisi apa yang dimaksudkan tidak jelas sehingga dapat menyebabkan salah tafsir;
3. Tidak menunjukkan dengan jelas bahwa kita sedang menyatakan nilai kebenaran dari kalimat kita (dan bukannya sedang bertanya, mencoba sound system, berspekulasi, atau berlatih drama).
Dalam bahasa lisan, kesalahan ini seringkali disebabkan oleh salah intonasi. Dalam bahasa tulis, hal ini seringkali timbul karena kesalahan penggunaan tanda baca.