• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Kontrasepsi

2.2.1. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah penggunaan alat-alat atau cara-cara untuk mencegah

terjadinya kehamilan atau memperkecil kemungkinan terjadinya pembuahan

(konsepsi) setelah coitus. Ciri-ciri kontrasepsi ideal harus memiliki syarat berdaya

guna, murah, aman, mudah didapat, ideal, dan lama kerjanya dapat diatur menurut

suami istri, tidak mengganggu hubungan dan pemakaiannya dapat dipercaya

(Prawiroharjo, 2006).

Dahulu kala pada abad sebelum Masehi, Hipocrates pernah menganjurkan

wanita-wanita yang terlambat haid dan kebanyakan anak untuk bekerja lebih keras

atau olah raga lebih berat lagi agar mereka mendapat haid lagi. Ada yang mengatakan

bahwa abortus atau pengguguran kandungan mungkin merupakan alat kontrasepsi

tertua di dunia ini, tetapi abortus ini oleh pandangan agama apa pun tidak dibenarkan

dan di anggap berdosa bagi mereka yang melakukan tindakan pengguguran ini,

bahkan undang-undang di beberapa negara pun menganggap bahwa perbuatan ini

adalah ilegal dan bagi pelakunya dikenakan sanksi hukum (Hellboy, 2008).

2.2.2. Jenis-Jenis Kontrasepsi

Memilih alat kontrasepsi berdasarkan pertimbangan sebagai berikut

(Yuwielueninet, 2008):

a. Efektifitasnya tinggi

b. Tidak menimbulkan efek samping

c. Daya kerjanya dapat diatur sesuai kebutuhan

d. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan hubungan seksual

e. Mudah digunakan

f. Harganya terjangkau

Hampir semua pasangan suami-istri memerlukan perencanaan kehamilan dan

sekaligus membatasi jumlah anak. Karena itu, kontrasepsi dibutuhkan. Alasan

jarak kehamilan, sampai menyetop kehamilan, masing-masing pasangan punya

alasan. Mungkin karena urusan sekolah, pekerjaan, usia, kesehatan dan segala

macam. Bisa juga karena sudah memiliki anak dan hendak menunda kehamilan

berikutnya. Atau, ingin berhenti karena anak sudah banyak.

Seperti kita tahu, ada begitu banyak alat kontrasepsi. Secara garis besar,

kontrasepsi itu dibagi dalam tiga bagian besar yaitu kontrasepsi mekanik, hormonal,

dan kontrasepsi mantap (Yuwielueninet, 2008).

a. Kontrasepsi mekanik

Dinamakan mekanik karena sifatnya sebagai pelindung. Maksudnya,

kontrasepsi ini mencegah bertemunya sperma dan sel telur dalam rahim. Ada

beberapa kontrasepsi yang termasuk dalam golongan mekanik ini, yaitu kondom

dan diafragma.

1) Kondom

Dulu kondom terbuat dari kulit atau usus binatang. Setiap akan

digunakan direndam dulu. Kemudian terbuat dari linen. Kini kondom terbuat

dari bahan karet yang tipis dan elastis. Bentuknya seperti kantong. Fungsi

kondom sebenarnya untuk menampung sperma sehingga tidak masuk ke dalam

vagina. Perlindungan tersebut efektif 90 persen. Terlebih jika dipakai bersama

dengan spermisida (pembunuh sperma). Rata-rata, dari 100 pasangan dalam

setahun, sekitar 4 wanita yang hamil. Kondom harganya murah, mudah

didapat, tidak perlu resep dokter, tidak perlu pengawasan dan juga bisa

pemakai alergi terhadap bahan karet. Dan mungkin saja terjadi kebocoran,

karena bahannya yang sangat tipis.

2) Diafragma

Kontrasepsi wanita yang mirip kondom. Bentuknya seperti topi yang

menutupi mulut rahim. Terbuat dari bahan karet dan agak tebal. Kontrasepsi

ini dimasukkan ke dalam vagina, semacam sekat yang dapat mencegah

masuknya sperma ke dalam rahim. Diafragma digunakan jika akan

berhubungan seksual. Setelah itu bisa dilepas lagi atau tetap pada tempatnya.

Karena bahannya lebih tebal dari kondom, kontrasepsi ini tidak mungkin

bocor.

3) Alat kontrasepsi dalam rahim

Alat kontrasepsi dalam rahim/AKDR/IUD lebih dikenal dengan nama

spiral. Berbentuk alat kecil dan banyak macamnya. Ada yang terbuat dari

plastik seperti bentuk huruf S (Lippes Loop). Ada pula yang terbuat dari logam

tembaga berbentuk seperti angka tujuh (Copper Seven) dan mirip huruf T

(Copper T). Selain itu, ada berbentuk sepatu kuda (Multiload). Yang paling

terkenal Copper T dan Multiload. Kontrasepsi tersebut jadi pilihan karena

kenyamanannya. Modifikasi terbaru Copper T, yaitu Nova T memiliki

keunggulan lebih lembut. Alat kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam rahim

oleh dokter dengan bantuan alat. Benda asing dalam rahim ini akan

dibuahi di dalam rahim. Alat ini bisa bertahan dalam rahim selama 2-5 tahun,

tergantung jenisnya dan dapat dibuka sebelum waktunya jika ingin hamil lagi.

Sebagai pemakai, bisa dilakukan pemeriksaan sendiri keberadaan alat

tersebut. Caranya dengan meraba benang alat kontrasepsi tersebut di mulut

rahim. Seandainya Anda sudah melakukan pemasangan kontrasepsi ini, jangan

lupa melakukan pemeriksaan ulang. Apakah itu 2 minggu sekali, 1-2 bulan

sekali, atau setiap enam bulan sampai satu tahun setelah pemasangan.

Pemakaian kontrasepsi tanpa bahan aktif tembaga (copper) dapat terus

berlangsung sampai menjelang menopause. Sedangkan kontrasepsi dengan

bahan aktif tembaga, 3-4 tahun harus diganti. Yang perlu diingat kontrasepsi

ini bukanlah alat yang sempurna. Masih ada kekurangannya. Misalnya,

kehamilan bisa tetap terjadi, perdarahan, atau infeksi. Mungkin akibat benang

dari alat tersebut dapat merangsang mulut rahim sehingga menimbulkan

perlukaan dan mengganggu dalam hubungan seksual. Pemakaian AKDR juga

membuat kita lebih mudah keputihan. Karena itu sebaiknya kontrasepsi ini

tidak digunakan jika terdapat infeksi genetalia atau perdarahan yang tidak

jelas. Keuntungannya, alat ini bisa dipakai untuk jangka panjang. Bahkan sama

sekali tidak mengganggu produksi ASI, jika ibu sedang menyusui. Efektifitas

pemakaian kontrasepsi dalam rahim ini, dari seribu pasangan, sekitar 5 wanita

4) Spermisida

Kontrasepsi ini merupakan senyawa kimia yang dapat melumpuhkan

sampai membunuh sperma. Bentuknya bisa busa, jeli, krim, tablet vagina,

tablet, atau aerosol. Sebelum melakukan hubungan seksual, alat ini

dimasukkan ke dalam vagina. Setelah kira-kira 5-10 menit hubungan seksual

dapat dilakukan. Penggunaan spermisida ini kurang efektif bila tidak

dikombinasi dengan alat lain, seperti kondom atau diafragma. Dari 100

pasangan dalam setahun, ada 3 wanita yang hamil. Tapi karena sering salah

dalam pemakaiannya, bisa terjadi sampai 30 kehamilan.

Banyak wanita merasa tak nyaman menggunakan spermasida.

Keluhannya, tidak enak dan timbul alergi. Selain itu, pemakaiannya agak

merepotkan menjelang hubungan senggama. Pasangan pun sulit mencapai

kepuasan (Prawirohardjo, 2006).

b. Kontrasepsi hormonal

Kontrasepsi ini menggunakan hormon, dari progesteron sampai kombinasi

estrogen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi ini dilakukan dalam bentuk

pil, suntikan, atau susuk (Prawirohardjo, 2006). Pada prinsipnya, mekanisme kerja

hormon progesteron adalah mencegah pengeluaran sel telur dari indung telur,

mengentalkan cairan di leher rahim sehingga sulit ditembus sperma, membuat

lapisan dalam rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk tumbuhnya hasil

konsepsi, saluran telur jalannya jadi lambat sehingga mengganggu saat

1) Pil atau tablet

Pil bertujuan meningkatkan efektifitas, mengurangi efek samping, dan

meminimalkan keluhan. Sebagian besar wanita dapat menerima kontrasepsi ini

tanpa kesulitan. Di Indonesia, jenis ini menduduki jumlah kedua terbanyak

dipakai setelah suntikan. Pil ini tersedia dalam berbagai variasi. Ada yang

hanya mengandung hormon progesteron saja, ada pula kombinasi antara

hormon progesteron dan estrogen. Cara menggunakannya, diminum setiap hari

secara teratur. Ada dua cara meminumnya yaitu sistem 28 dan sistem 22/21.

Untuk sistem 28, pil diminum terus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil

kombinasi dan 7 tablet plasebo). Sedangkan sistem 22/21, minum pil terus-

menerus, kemudian dihentikan selama 7-8 hari untuk mendapat kesempatan

menstruasi. Jadi, dibuat dengan pola pengaturan haid (sekuensial).

Pada setiap pil terdapat perbandingan kekuatan estrogenik atau

progesterogenik, melalui penilaian pola menstruasi. Wanita yang menstruasi

kurang dari 4 hari memerlukan pil KB dengan efek estrogen tinggi. Sedangkan

wanita dengan haid lebih dari 6 hari memerlukan pil dengan efek estrogen

rendah. Sifat khas kontrasepsi hormonal yang berkomponen estrogen

menyebabkan mudah tersinggung, tegang, berat badan bertambah,

menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, Sedangkan

yang berkomponen progesteron menyebabkan payudara tegang, menstruasi

berkurang, kaki dan tangan sering kram, liang senggama kering. Penggunaan

Kerugian lainnya, mungkin berat badan bertambah, juga rasa mual sampai

muntah, pusing, mudah lupa, dan ada bercak di kulit wajah seperti flek hitam.

Juga dapat memengaruhi fungsi hati dan ginjal. Kecuali itu, kandungan

hormon estrogen dapat mengganggu produksi ASI. Keuntungannya, pil ini

dapat meningkatkan libido, sekaligus untuk pengobatan penyakit

endometriosis. Haid menjadi teratur, mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid. Efektifitas penggunaan pil ini 95-98 persen. Jadi, ada

sekitar 7 wanita yang hamil dari 1.000 pasangan dalam setahun.

2) Suntikan

Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini

dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan (Depoprovera),

setiap 10 minggu (Norigest), dan setiap bulan (Cyclofem). Salah satu

keuntungan suntikan adalah tidak mengganggu produksi ASI. Pemakaian

hormon ini juga bisa mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang keluar.

Sayangnya, bisa membuat badan jadi gemuk karena nafsu makan meningkat.

Kemudian lapisan dari lendir rahim menjadi tipis sehingga haid sedikit, bercak

atau tidak haid sama sekali. Perdarahan tidak menentu. Tingkat kegagalannya

hanya 3-5 wanita hamil dari setiap 1.000 pasangan dalam setahun.

3) Susuk

Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit

pada lengan kiri atas. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau

api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul. Kini sedang diuji

coba susuk satu kapsul implanon. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon

atau levonorgestrel. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon tersebut

sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan

menghalangi migrasi sperma (Prawirohardjo, 2006). Pemakaian susuk dapat

diganti setiap 5 tahun (Norplant) dan 3 tahun (Implanon). Sekarang ada pula

yang diganti setiap tahun. Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan.

Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi.

Efektifitasnya, dari 10.000 pasangan, ada 4 wanita yang hamil dalam setahun.

Efek sampingnya berupa gangguan menstruasi, haid tidak teratur,

bercak atau tidak haid sama sekali. Kecuali itu bisa menyebabkan kegemukan,

ketegangan payudara, dan liang senggama terasa kering. Kendala lainnya

dalam pencabutan susuk yaitu sulit dikeluarkan karena mungkin waktu

pemasangannya terlalu dalam. Hal tersebut dapat menimbulkan infeksi.

c. Kontrasepsi mantap

Dipilih dengan alasan sudah merasa cukup dengan jumlah anak yang

dimiliki. Caranya, suami-istri dioperasi (vasektomi untuk pria dan tubektomi untuk

wanita). Tindakan dilakukan pada saluran bibit pada pria dan saluran telur pada

wanita, sehingga pasangan tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi

d. Aman bagi pasangan baru menikah

Pasangan yang baru menikah dan belum berencana mempunyai anak,

sebaiknya menggunakan metode sederhana untuk menunda kehamilan

(Yuwielueninet, 2008).

1) Kondom

Sperma yang keluar akan ditampung oleh kondom, sehingga tidak

masuk ke dalam rahim. Kegagalan mungkin saja terjadi. Biasanya karena

kondom robek dan bocor.

2) Pantang Berkala

Untuk menghindari kehamilan, lakukan hubungan intim hanya saat istri

dalam masa tidak subur. Ini bisa dilakukan pada pasangan yang istrinya

mempunyai siklus haid teratur. Kerjasama dan pengertian suami sangat

dibutuhkan dalam hal ini.

3) Senggama Terputus

Cara ini mungkin bisa menghindari kehamilan. Konsepnya, mengeluarkan alat

kelamin menjelang terjadinya ejakulasi. Cuma, cara ini memang agak

mengganggu kepuasan kedua belah pihak. Tingkat kegagalannya cukup tinggi,

30-35 persen. Ini lebih disebabkan suami tidak bisa mengontrol, sehingga

sperma tetap saja tertumpah di mulut rahim dan tetap bisa masuk vagina

2.3. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan Pemakaian

Dokumen terkait