BAB 5. PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Faktor Pendukung (Predisposing Factors)
Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, jumlah anak,
pengetahuan.
5.1.1. Pengaruh Umur terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi pada Wanita PUS
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil uji regresi Chi-Square
menunjukkan bahwa umur ibu tidak berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi
di wilayah kerja Puskesmas Kota Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues (p=1,000).
Responden yang berumur 20-35 tahun sebagian besar memakai alat kontrasepsi yaitu
72 orang (66,1%). Demikian juga responden yang berumur >35 tahun sebagian besar
memakai alat kontrasepsi yaitu 11 orang (64,7%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Junita (2009) yang menyatakan hasil
uji regresi logistik ganda menunjukkan tidak ada pengaruh umur terhadap pemakaian
alat kontrasepsi, karena responden pada kategori umur resiko tinggi justru yang tidak
memakai alat kontrasepsi.
Berbeda dengan hasil penelitian Maryatun (2009) yang meneliti analisis
faktor-faktor pada ibu yang berpengaruh terhadap pemakaian metode kontrasepsi
IUD di Kabupaten Sukoharjo, mendapatkan hasil uji statistik menunjukkan adanya
Hasil Penelitian Sulistio (2010), bahwa ada empat variabel independen yang
memiliki hubungan dengan variabel dependen, yaitu variabel umur ibu, jumlah anak
hidup, umur anak terakhir, dan rencana kehamilan. Hal tersebut ditunjukkan dengan
nilai Chi-square hitung > Chi-square tabel atau sig. < 0,05.
Umur merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku seseorang
termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi, mereka yang berumur tua mempunyai
peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang
muda (Notoatmodjo, 2003).
Pada penelitian ini umur tidak memengaruhi terhadap pemakaian alat
kontrasepsi. Dilihat dari pemakaian alat kontrasepsi, tidak ada perbedaan antara
responden yang berumur 20-35 tahun dengan >35 tahun, sebagian besar menggu-
nakan alat kontrasepsi. Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 34,1% responden
yang tidak menggunakan alat kontrasepsi yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti
yang terungkap dari hasil penelitian ini karena dipengaruhi pendidikan yang rendah,
jumlah anak yang masih sedikit, pengetahuan yang rendah, kurangnya dukungan dari
petugas kesehatan, dan kurang dukungan dari suami.
5.1.2. Pengaruh Pendidikan terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Wanita PUS
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji regresi logistik ganda
diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pendidikan ibu terhadap
pemakaian alat kontrasepsi wanita PUS (p=0,000). Responden yang berpendidikan
berpendidikan rendah sebagian besar tidak memakai alat kontrasepsi yaitu 36 orang
(51,4%).
Hasil penelitian Fatimah (2010) bahwa ada hubungan yang signifikan
pendidikan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Sukagalih Kecamatan
Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Ibu yang berpendidikan tinggi cenderung menggu-
nakan alat kontrasepsi sedangkan yang berpendidikan rendah tidak menggunakan alat
kontrasepsi.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sigit (2000), yang
menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak memengaruhi pada pemakaian metode
alat kontrasepsi (p=0,285). Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Angio
(2011), menunjukkan tidak ada pengaruh pendidikan terhadap pemilihan alat
kontrasepsi hormonal di wilayah kerja Puskesmas Manyaran Semarang (p=0,051).
Diperkirakan program KB sudah merupakan kebutuhan masyarakat umum sehingga
mudah diterima oleh akseptor KB dari semua golongan pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar
masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (menga-
tasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan
pemeliharaan dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan
ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran.
Pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian kontrasepsi.
membatasi jumlah anak. Wanita yang berpendidikan tinggi kecenderungan lebih
sadar untuk menerima program KB (Notoatmodjo, 2005).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan seseorang akan
memengaruhi pemilihan dan pemakaian alat kontrasepsi yang merupakan alat yang
baik digunakan untuk menjarangkan kehamilan. Dengan pendidikan yang tinggi,
maka ibu mampu memahami keuntungan dan kerugian dalam pemakaian alat
kontrasepsi. Sejalan dengan program pemerintah untuk mempunyai keluarga yang
terencana, maka pada masa pendidikannya program keluarga berencana selalu
dipelajari terutama pada pendidikan menengah dan tinggi lebih detil dibandingkan
pada pendidikan rendah (dasar).
5.1.3. Pengaruh Jumlah Anak terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Wanita PUS
Hasil penelitian menggunakan uji regresi logistik ganda bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan jumlah anak terhadap pemakaian alat kontrasepsi wanita
PUS di wilayah kerja Puskesmas Kota Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues
(p=0,000). Responden yang mempunyai anak >2 orang sebagian besar memakai alat
kontrasepsi yaitu 61 orang (89,7%). Responden yang mempunyai anak ≤2 orang sebagian besar tidak memakai alat kontrasepsi yaitu 36 orang (62,1%).
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Rosyatuti (2008) menyebutkan bahwa terdapat hubungan paritas (jumlah anak) dengan pemakaian metode kontrasepsi IUD baik secara langsung maupun tidak langsung. Dijelaskan semakin tinggi anak yang pernah dilahirkan maka akan memberikan peluang lebih banyak keinginan ibu untuk membatasi
kelahiran. Kondisi ini akan mendorong responden untuk menggunakan IUD sesuai dengan keinginannya.
Mantra (2006) mengatakan bahwa kemungkinan seorang isteri untuk
menambah anak tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seseorang
isteri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak
tertentu dan juga umur anak yang telah dilahirkannya. Seorang isteri mungkin
menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak melahirkan anak,
maka akan semakin memiliki risiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah
anak akan sangat memengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup
keluarga secara maksimal.
Menurut Hatmaji (2004) mengutip pendapat Leibenstein, anak dilihat dari dua
segi kegunaannya yaitu utility dan cost. Kegunaannya adalah untuk memberikan
kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau dapat membantu dalam
kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di
masa depan.
Masyarakat di daerah penelitian pada umumnya bekerja sebagai ibu rumah
tangga/tani yang mungkin memerlukan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja
untuk mengelolanya. Hal ini mungkin salah satu penyebab yang berpengaruh
terhadap banyaknya jumlah anak yang dimiliki, diharapkan untuk dapat membantu
orang tua dalam bekerja. Selain itu, masih adanya anggapan dari ibu dan masyarakat
bahwa jika menggunakan alat kontrasepsi maka hal tersebut menghindari kodrat yang
diberikan Allah kepada wanita untuk hamil dan melahirkan.
Selain tingkat pendidikan yang masih rendah, pemakaian alat kontrasepsi ini
juga dihubungkan alasan responden yang masih menginginkan anak lagi baik anak
dengan jenis kelamin perempuan atau laki-laki walaupun sudah memiliki anak 2 atau
lebih dari 2 orang anak belum memakai alat kontrasepsi. Hasil uji regresi logistik
ganda menunjukkan bahwa jumlah anak merupakan faktor yang paling dominan
memengaruhi wanita PUS dalam pemakaian alat kontrasepsi. Bagi ibu yang masih
menginginkan anak lagi maka dia belum atau tidak menggunakan alat kontrasepsi
sedangkan bagi ibu dengan jumlah anak yang cukup (3 atau 4 orang) maka
mempunyai kecenderungan untuk menggunakan alat kontrasepsi sebagai alat
penjarang kehamilan ataupun untuk menghentikan kehamilan.
5.1.4. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Wanita PUS
Hasil penelitian menggunakan uji regresi logistik ganda bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pengetahuan terhadap pemakaian alat kontrasepsi wanita
PUS di wilayah kerja Puskesmas Kota Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues
(p=0,019). Bahwa responden yang berpengetahuan baik sebagian besar memakai alat
kontrasepsi yaitu 44 orang (77,2%). Responden yang berpengetahuan kurang baik
sebagian besar juga memakai alat kontrasepsi yaitu 39 orang (56,5%). Tetapi
responden yang tidak memakai alat kontrasepsi paling banyak pada responden yang
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Isti (2007) tentang faktor-faktor
yang memengaruhi dukungan suami dalam pemilihan metode kontrasepsi jangka
panjang di kelurahan Sekaren Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang memperoleh
hasil bahwa pengetahuan termasuk salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
dukungan suami.
Hal ini sesuai dengan pendapat Blum yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003)
mengatakan bahwa tindakan seorang individu termasuk kemandirian dan tanggung
jawabnya dalam berprilaku sangat dipengaruhi oleh domain kognitif atau
pengetahuan. Tindakan kemandirian setiap individu yang lebih nyata akan lebih
bertahan (langgeng) apabila hal ini didasari oleh pengetahuan yang baik.
Pengetahuan peserta KB yang baik tentang KB akan memengaruhi mereka
dalam memilih metode/alat kontrasepsi yang akan digunakan termasuk kebebasan
dalam memilih, kecocokan, kenyamanan juga dalam memilih tempat pelayanan yang
lebih sesuai dan lengkap karena wawasan sudah lebih baik, sehingga dengan
kesadaran mereka yang tinggi dapat terus memanfaatkan alat kontrasepsi.
Pengetahuan sebagai domain dari perilaku merupakan awal seseorang untuk
melakukan tindakan. Ibu yang memakai alat kontrasepsi diawali dengan terlebih
dahulu tahu apa itu alat kontrasepsi, macam-macam alat kontrasepsi, dan alat
kontrasepsi yang cocok baginya. Dalam penelitian ini pengetahuan yang baik seorang
ibu, akan menuntunnya untuk memakai alat kontrasepsi sebagai sarana untuk
5.2. Pengaruh Faktor Pemungkin (Enabling Factors) terhadap Pemakaian Alat