• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Boedi Harsono menyatakan “Konversi adalah perubahan hak yang lama menjadi satu hak baru menurut UUPA”104 Jadi Pengertian konversi adalah

104Boedi Harsono, 1968, Undang-Undang Pokok Agraria Bagian Pertama Jilid Pertama, Penerbit Kelompok Belajar Esa, Jakarta, Hal. 140.

pengaturan dari hak–hak tanah yang ada sebelum berlakunya UUPA untuk masuk dalam sistem dari UUPA.

Dari rumusan di atas maka dapat disimpulkan bahwa konversi hak–hak atas tanah adalah penggantian/perubahan hak–hak atas tanah dari status yang lama yaitu sebelum berlakunya UUPA itu sendiri, adapun yang dimaksud dengan hak–hak atas tanah sebelum berlakunya UUPA adalah hak–hak atas tanah yang diatur dan tunduk pada hukum adat dan hukum Barat (BW).

Terhadap pelaksanaan konversi itu sendiri A.P.Parlindungan, memberikan komentar sebagi berikut : “bahwa pelaksanaan konversi itu sendiri merupakan sesuatu yang boleh dikatakan sangat drastis, oleh karena sekaligus ingin diciptakan berkembangnya suatu unifikasi hukum keagrariaan di tanah air kita, perangkat hukum maupun tenaga yang terampil belumlah ada sebelumnya”.105

Walaupun pada kenyataannya UUPA telah melakukan perombakan yang mendasar terhadap sistem–sistem agrarian, tetapi dengan adanya lembaga konversi seperti yang terdapat dalam bagian kedua dari UUPA adalah merupakan suatu pengakuan terhadap adanya jenis-jenis hak atas tanah yang lama, walaupun hak tersebut perlu disesuaikan dengan hak-hak yang ada dalam UUPA, sehingga dengan demikian tidak bertentangan dengan jiwa filosofi yang terkandung dalam UUPA.

Ada terdapat 3 (tiga) jenis konversi atas tanah yaitu : 1. Konversi hak atas tanah, berasal dari tanah Hak Barat;

105

2. Konversi hak atas tanah, berasal dari Hak Indonesia; 3. Konversi hak atas tanah, berasal dari tanah bekas Swapraja

Konversi hak atas tanah yang berasal dari Hak Barat yaitu hak Eigendom, hakOpstaldan halErpacht yangAltijdurend (Altijdurende Erpacht). Hak Agrarische Eigendomdan hak gogolan. Sedangkan konversi hak-hak atas tanah yang berasal dari tanah bekas Swapraja adalah terhadap hak Hanggaduh, hak-hak grant dan hak-hak konsesi dan sewa untuk perumahan kebun besar.

Yang dimaksud dengan hak Hanggaduh adalah hak untuk memakai tanah kepunyaan raja. Jadi didaerah Yogyakarta, semua tanah dianggap adalah kepunyaan raja, sedangkan rakyat hanya dapat menggaduh saja, yaitu memakai tanah raja. Berbeda dengan hak grant di Sumatera Timur, dimana hak grant adalah hak atas tanah, yaitu berdasarkan pemberian raja-raja atau Sultan kepada kaulanya, maupun kepada bangsa asing. Grant yang diberikan Sultan kepada bangsa asing yaitu Grant

Controleur(Grant C) dan Grant DeliMaatschappij(Grant D), sedangkan Grant yang

diberikan Sultan kepada kaulanya disebut dengan Grant Sultan, yang merupakan perwujudan tentang penentuan hak-hak pribumi atas tanah.106

2. Objek Konversi

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa hak atas tanah sebelum berlakunya UUPA terdiri dari hak-hak yang tunduk pada hukum adat dan hak-hak yang tunduk pada hukum barat.

Adapun hak-hak atas tanah yang tunduk pada hukum adat adalah :107

1. Hakagrarisch eigendom, Lembagaagrarisch eigendomini adalah usaha dari Pemerintah Hindia Belanda dahulu untuk mengkonversi tanah hukum adat, baik yang berupa milik perorangan maupun yang ada hak perorangannya pada hak ulayat dan jika disetujui sebagian besar dari anggota masyarakat pendukung hak ulayatnya, tanahnya dikonversikan menjadi agrarisch eigendom.

Sedangkan Mahadi, memberikan defenisi tentang eigendom sebagai : “Hak kebendaan (zakelijkrecht) yang dipunyai seseorang untuk secara bebas menikmati sebidang tanah dan menguasainya secara mutlak”108

2. Tanah hak milik, hak yasan, adarbeni, hak atas druwe, hak atas druwe desa, pesini. Istilah dan lembaga–lembaga hak atas tanah yang tersebut diatas merupakan istilah –istilah lokal yang terdapat di pulau Jawa.

3. Grant sultan yang terdapat di daerah Sumatera Timur terutama di Deli yang dikeluarkan oleh Kesultanan Deli termasuk bukti–bukti hak atas tanah yang diterbitkan oleh para Datuk yang terdapat disekitar Kotamadya Medan, disamping itu masih ada lagi yang disebut grant lama yaitu bukti hak tanah yang juga dikeluarkan oleh Kesultanan Deli.

107A.P. Parlindungan, Op.Cit, Hal. 45.

108Mahadi, Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-Hak Suku melayu atas Tanah di Sumatera

4. Landrerijen bezitrecht, altijddurende erfpacht, hak–hak usaha atas bekas tanah partikulir.

Selain tanah-tanah yang disebut diatas yang tunduk pada hukum adat ada juga hak-hak atas tanah yang lain yang dikenal dengan nama antara lain : ganggam bauntik, anggaduh, bengkok, lungguh, pituas dan lain–lain.

Sedangkan hak-hak atas tanah yang tunduk pada hukum barat antara lain adalah : 1. HakEigendom

Hak eigendom adalah hak untuk menikmati atas sebidang tanah dengan

leluasa dan berbuat bebas terhadap tersebut dengan kedaulatan sepenuhnya asal tidak bertentangan dengan undang–undang atau peraturan–peraturan umum yang ditetapkan oleh hak–hak orang lain, dengan tidak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan undang–undang dan dengan pembayaran ganti rugi (Pasal 570 BW)

2. HakOpstal

Yang dimaksud dengan hak opstal adalah : suatu hak kebendaan untuk mempunyai gedung–gedung, bangunan-bangunan dan penanaman diatas pekarangan orang lain (Pasal 711 BW)

3. HakErpacht

Adapun yang dimaksud dengan hak Erpacht adalah : Suatu hak kebendaan untuk menikmati sepenuhnya akan kegunaan suatu barang tak bergerak milik orang lain, dengan kewajiban akan membayar upeti tahunan kepada sipemilik

sebagai pengakuan akan kemilikannyam baik berupa uang baik berupa hasil atau pendapatan (pasal 720 BW).

C. Kendala-Kendala Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Konversi Tanah Grant