• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOORDINASI DAN SUPERVISI SEKTOR STRATEGIS

Dalam dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja KPK 2014 Upload (Halaman 114-116)

NO KEGIATAN PENJELASAN 1. Koordinasi dan Supervisi Pencegahan Korupsi – BPKP

Koordinasi dan Supervisi Pencegahan (Korsupgah) bersama antara KPK dan BPKP pada tahun 2014 dilaksanakan melalui Perjanjian Kerjasama antara KPK dan BPKP Nomor SPJ-83/10/02/2014 dan PRJ-01/D4/2014 tanggal 19 Februari 2014 tentang Koordinasi dan Supervisi Pencegahan Korupsi. Korsupgah telah dilakukan di 33 provinsi yang meliputi 65 pemerintah daerah dan 66 instansi vertikal, yang juga telah diminta untuk menyusun dan melaksanakan rencana aksi tindak lanjutnya.

Ruang Lingkup Koordinasi dan Supervisi yang dilaksanakan KPK bersama BPKP Tahun 2014 meliputi monitoring terhadap hasil pelaksanaan Korsupgah tahun 2012/2013; evaluasi atas Pengelolaan APBD Pro Rakyat, dan pengamatan dan pengujian atas national interest.

2. Koordinasi dan Supervisi Dana Pendidikan

Sektor pendidikan merupakan salah satu fokus pada Renstra KPK. Dana pendidikan yang sangat besar (minimal 20% dari APBN dan APBD) serta posisi strategis fungsi pendidikan dalam kehidupan berbangsa serta bernegara menjadikan sektor ini perlu dicermati. Dalam rangka pencegahan korupsi dana pendidikan, KPK bersama lima Kementerian/Lembaga (K/L) menyepakati aksi bersama pencegahan korupsi dana pendidikan sejak akhir tahun 2013 dan diimplementasikan pada 2014.

Pencapaian rencana aksi yang cukup baik pada 2014, di antaranya telah dilakukannya monitoring dan evaluasi pengelolaan dana pendidikan oleh KPK, BPKP dan Itjen Kemdikbud; dana pendidikan masuk menjadi salah satu fokus pengawasan dalam Permendagri Nomor 74 Tahun 2014 tentang Kebijakan Pembinaan dan Pengawasan Tahun 2015 yang harus dilakukan di lingkungan Kemdagri dan pemda; telah disusunnya pedoman monitoring dan evaluasi dana pendidikan (tunjangan profesi guru) oleh BPKP. Pedoman akan disebarkan ke daerah sebagai lampiran SE Mendagri terkait pengawasan dana pendidikan; telah dilakukannya sosialisasi dan workshop korsupdik oleh KPK bersama 5 K/L kepada daerah dalam rangka memberikan pemahaman dan membangun

awareness peran pengawasan dana pendidikan oleh daerah (Inspektorat, Dinas Pendidikan dan Kanwil Kemenag).

3. Korsupwas Batubara dan Mineral

Upaya pencegahan yang telah dilakukan oleh KPK di sektor sumber daya alam antara lain Kajian Kebijakan Pengusahaan Batubara di 2011 dan Kajian Sistem PNBP Minerba di 2013, dari kajian-kajian tersebut KPK menyimpulkan ada 10 permasalahan mendasar dalam pengelolaan minerba, yaitu pengembangan sistem data dan informasi minerba masih bersifat parsial; belum diterbitkannya semua aturan pelaksana UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba; renegosiasi kontrak 34 KK dan 78 PKP2B belum terlaksana; peningkatan Nilai Tambah Mineral dan Batubara belum terlaksana dengan baik; penataan Kuasa Pertambangan/Izin Usaha Pertambangan belum selesai; belum ditetapkannya seluruh wilayah pertambangan; kewajiban pelaporan reguler belum dilakukan oleh pelaku usaha dan pemerintah daerah; kewajiban reklamasi dan pascatambang belum sepenuhnya dilakukan;; pelaksanaan pengawasan pertambangan belum optimal; dan terdapat kerugian keuangan negara karena tidak dibayarkannya kewajiban keuangan karena tidak optimalnya sanksi atas pelaku usaha yang tidak memenuhi kewajiban keuangannya. Hasil dari kegiatan koordinasi dan supervisi tahun 2014 ini antara lain: telah dilakukan pengakhiran IUP, pengembalian, dan pencabutan IUP dari 12 Provinsi sebanyak 544 sampai dengan November 2014; dikeluarkannya peraturan pembayaran royalti didepan sebelum ekspor dilakukan; pemberian sanksi administratif kepada perusahaan berupa teguran dan penutupan sementara; mendorong KESDM memberikan status penundaan kegiatan (suspensi) kepada 16 PKP2B, dan 16 KK; mendorong penertiban pelabuhan khusus (TUKS) untuk kegiatan ekspor; mendorong kerja sama pembuatan peta tunggal perizinan pertambangan yang di-overlay dengan data kehutanan dan sektor lain yang terkait (MOMI=Minerba one map indonesia); meningkatkan peningkatan penerimaan PNBP negara sebanyak 5 triliun dari IUP dalam waktu 3 bulan selama korsup Minerba KPK; mendorong peningkatkan penerimaan PNBP sebanyak 2T dari KK dan PKP2B dalam kurun waktu dua bulan; dan meningkatkan pembayaran jaminan reklamasi dan pasca tambang di 12 provinsi.

4. Tim Lintas Pajak – Kajian Optimalisasi Penerimaan Pajak

Tujuan kajian ini adalah untuk mengidentifikasi kelemahan terkait penggalian potensi pajak dan memberikan saran perbaikan agar penggalian pajak dilakukan secara optimal. Kajian mengambil sampel studi pada kasus pertambangan batubara.

Berdasarkan hasil kajian, beberapa permasalahan yang ditemukan adalah belum akuratnya data Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); kurangnya data pendukung dalam perhitungan potensi pajak; adanya multitafsir penerapan aturan pengenaan pajak; hambatan beberapa peraturan terkait perolehan data eksternal perpajakan; belum optimalnya permintaan, pengelolaan dan pemanfaatan data eksternal perpajakan; minimnya pengawasan kepada Wajib Pajak; dan belum optimalnya fungsi analisis potensi pada Direktorat Jenderal Pajak.

5. Tim Lintas Migas Pengembangan

Fokus kajian migas tahun 2014 yaitu mendalami beberapa current issues di sektor migas sekaligus menindaklanjuti hasil kajian KPK di bidang migas yang pernah dilakukan sebelumnya. Kegiatan Korsup Migas yang dilakukan yaitu pendalaman current issues serta tindak lanjut dari hasil kajian migas sebelumnya, di antaranya monitoring lmplementasi Sistem Pengawasan Produksi dan Lifting (Sistem Operasi Terpadu - SOT), dan current issue TPPI Tuban. Kegiatan korsup lainnya untuk mendukung kajian, yaitu melaksanakan workshop hydrocarbon accounting dengan mengundang peserta dari beberapa instansi terkait.

Kegiatan tambahan yang dilakukan selain pengembangan di atas adalah kajian terkait Plan of Development (POD) Proyek Indonesia Deep Water Development (IDD) Chevron di Selat Makassar. Kajian dituangkan dalam bentuk policy brief. Hasil kajian berupa saran perbaikan terhadap pencegahan korupsi dan telah disampaikan kepada instansi terkait.

NO KEGIATAN PENJELASAN 6. Tim Lintas Kajian

Alih Fungsi Lahan Pertanian

Kajian pendahuluan alih fungsi lahan pertanian merupakan salah satu pintu masuk dalam upaya mempertahankan lahan pertanian menuju ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. Tahun 2014 kajian difokuskan kepada memetakan permasalahan yang terjadi dalam proses alih fungsi lahan pertanian yang bertujuan untuk memetakan permasalahan terkait alih fungsi lahan pertanian untuk selanjutnya diverifikasi di lapangan. Metode yang digunakan adalah literatur review dan mendapat informasi dari hasil wawancara narasumber/pakar eksternal.

Beberapa permasalahan yang ditemukan dalam kajian pendahuluan alih fungsi lahan pertanian di antaranya penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan sesuai amanat UU 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan belum dilakukan; adanya RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah) menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan jauh dibawah luasan sawah existing saat ini; tidak transparannya pemberian izin lokasi, serta mekansime pengawasan; dan penerapan sanksi yang belum jelas.

7. Tim Penertiban Barang Milik Negara

Tujuan pembentukan tim ini guna melakukan koordinasi, supervisi dan monitoring dengan K/L/ O/P, melakukan upaya pencegahan korupsi dan penyelamatan kerugian negara dalam aspek pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah serta mendorong instansi Pemerintah untuk melakukan perbaikan sistem dalam pengelolaan serta pengawasan Barang Milik Negara/Daerah.

Umumnya permasalahan yang dialami oleh instansi-instansi terkait aset Barang Milik Negara/ Barang Milik Daerah adalah rumah dinas yang masih dihuni oleh mantan pejabat instansi terkait, sengketa lahan atau bangunan yang diklaim oleh pihak ketiga/masyarakat, serta sistem yang kurang memadai dalam pengawasan dan pengelolaan aset.

Pada 2014 Tim Penertiban BMN KPK telah berhasil melakukan penyelamatan atau penertiban aset di lingkungan PERUM BULOG atas 36 rumah dinas dengan total nilai aset sebesar Rp40.887.600.000 serta aset PT. Kereta Api Indonesia (Persero) berupa rumah perusahaan sebanyak 1.606 unit, lahan sebanyak 210 bidang, lahan yang ditertibkan seluas 2.278.763 m2, serta program pensertipikatan lahan yang telah terealisasi seluas 4.614.449 m2.

LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA

Dalam dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja KPK 2014 Upload (Halaman 114-116)