• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKAJIAN NO KEGIATAN PENJELASAN

Dalam dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja KPK 2014 Upload (Halaman 127-130)

6. Pengukuran LHKPN Kegiatan pengukuran dan penilaian terhadap hasil pemeriksaan LHKPN bertujuan mengembangkan salah satu alat ukur untuk menilai kualitas penyelenggara negara (PN) dari hasil pemeriksaan LHKPN. Selain itu, sistem pengukuran ini nantinya diharapkan juga dapat membantu mengkategorikan LHKPN berdasarkan kualitasnya sebagai dasar pengambilan keputusan lebih lanjut.

Metode kegiatan akan mencakup Focus Groups Discussion (FGD) yang melibatkan pihak internal dan eksternal KPK, serta uji coba instrumen pengukuran. Saat ini telah terbentuk instrumen pengukuran yang akan digunakan, sehingga pada tahun 2015 diharapkan instrument akan dapat diujicobakan, disempurnakan, dan ditetapkan.

PENGKAJIAN

NO KEGIATAN PENJELASAN 1. Kajian Privatisasi Infrastruktur Transportasi Strategis

Tujuan kajian ini adalah menemukan titik-titik kerawanan korupsi pada mekanisme privatisasi infrastruktur strategis baik berupa pelepasan seluruh atau sebagian aspek negara maupun kerjasama pemerintah swasta. Metodologi yang digunakan adalah evaluasi terhadap kebijakan yang berkaitan dengan privatisasi maupun kerjasama pemerintah-swasta dengan instrumen EDK. Progres sampai dengan akhir 2014 yang terutama adalah terbangunnya instrumen analisis yang kemudian akan dilanjutkan pada tahun 2015. Sebagian identifikasi permasalahan pada beberapa produk regulasi khususnya yang terkait dengan kerjasama pemerintah-swasta juga telah ditemukan.

Kegiatan tambahan selain kegiatan di atas adalah monitoring baik bersama unit lain di internal KPK maupun lembaga lain di luar KPK. Monitoring tindak lanjut Kajian Penyelenggaraan Jalan Nasional tahun 2009, difokuskan pada pemantauan secara periodik terhadap konsistensi implementasi saran perbaikan dari hasil kajian. Di tahun 2014 kegiatan monitoring fokus pada beberapa proyek jalan nasional dan pengujian kendaraan bermotor. Hasil dari kegiatan tersebut berupa saran dan rekomendasi yang kemudian disampaikan kepada instansi terkait untuk ditindaklanjuti. Kajian dilakukan pada kebijakan makro dengan melibatkan para pemangku kepentingan.

2. Fraud Control Plan Fraud Control Plan adalah panduan/pedoman penyusunan rencana atau mekanisme untuk mencegah terjadinya fraud di lingkungan suatu organisasi. Pedoman ini ditujukan untuk melengkapi instrumen FCP yang sudah ada atau instrumen lain yang serupa.

Metodologi yang digunakan pada level strategis adalah analisis hubungan kekuasaan dan pengaruh, sedangkan pada level taktis adalah Evaluasi Dampak Korupsi (EDK) yang merupakan pengembangan dari Corruption Impact Analysis (CIA). Untuk level operasional pedoman yang dibuat masih merujuk pada instrumen FCP yang sudah ada.

Tindak lanjut dari kegiatan penyusunan pedoman ini adalah workshop bersama BPKP untuk menyusun langkah penerapannya di Kementerian/Lembaga/Organisasi/Pemda (K/L/O/P) yang menjadi target pilot project.

3. Kajian Manajemen Risiko

Tujuan kajian ini adalah untuk menyelaraskan konsep dan pemahaman yang sama mengenai manajemen risiko di seluruh unit kerja KPK sehingga akan diperoleh pengelolaan risiko secara lebih komprehensif dan menyeluruh. Disamping itu tujuan kajian manajemen risiko adalah untuk meminimalisir ataupun menghilangkan risiko-risiko yang dapat menghambat pencapaian visi dan misi KPK.

Dari hasil kajian manajemen risiko akan menjadi bahan perbaikan baik secara holistik maupun parsial dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan kewenangan unit kerja di KPK. Tindak lanjut dari hasil kajian ini adalah sebagai bahan penyempurnaan instrumen manajemen risiko pada level lembaga/strategis, taktis, dan operasional.

4. Kajian Kelembagaan Pengadilan pajak

Kajian Kelembagaan Pengadilan Pajak berawal dari salah satu permasalahan yang diidentifikasi pada Kajian Penyelenggaraan Peradilan Pajak (2011), yang sampai saat ini belum dapat diselesaikan. Permasalahan dimaksud adalah tidak optimalnya pengawasan terhadap Hakim dan Panitera Pengadilan Pajak yang oleh beberapa pihak dianggap disebabkan oleh kedudukan Pengadilan Pajak di bawah dua instansi sekaligus, yaitu Kementerian Keuangan dan Mahkamah Agung. Dualisme kelembagaan sebenarnya sudah dicoba diatasi dengan dibentuknya Tim Reformasi Pengadilan Pajak yang salah satu tugasnya menyelesaikan permasalahan kelembagaan ini. Oleh karena hingga saat ini belum dapat diputuskan solusinya, maka KPK membuat Kajian Kelembagaan Pengadilan Pajak ini.

Kajian bertujuan memberikan analisis berupa kelemahan dan kekuatan kelembagaan pengadilan pajak saat ini (dua atap) dan bentuk satu atap, beserta prasyarat-prasyarat yang harus dipenuhi apabila suatu pilihan diambil. Pada akhirnya pemerintah yang harus mengambil keputusan atas pilihan politik hukum bentuk kelembagaan ini. Yang terpenting adalah bentuk kelembagaan pengadilan pajak yang dapat mewujudkan transparansi, keadilan, akuntabilitas, efisien serta bebas dari korupsi.

NO KEGIATAN PENJELASAN 5. Kajian Anggaran Dana

Optimalisasi

Kajian Penyusunan APBN dengan fokus studi Dana Tambahan Belanja (Dana Optimalisasi) mengambil studi kasus penyusunan APBN Tahun Anggaran 2014. Aspek yang dikaji meliputi regulasi dan tata laksana khususnya dari sisi eksekutif (pemerintah).

Kajian ini menyimpulkan bahwa perlu adanya penyempurnaan dalam proses penyusunan APBN, khususnya dalam penetapan dan pemanfaatan dana optimalisasi, sehingga potensi-potensi korupsi dalam proses tersebut dapat dicegah sejak awal. Beberapa permasalahan utama yang ditemukan sebagai hasil kajian, antara lain: pengalokasian dana optimalisasi tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, besaran usulan DPR terkait tambahan belanja tidak sesuai ketentuan Undang-Undang, mekanisme dan kriteria pembagian alokasi besaran dana optimalisasi pada masing-masing K/L tidak transparan.

6. Kajian Dana Kapitasi Tujuan kegiatan ini adalah mengidentifikasi dan memetakan potensi korupsi dalam pengelolaan dana kapitasi program Jaminan Kesehatan Nasional dan merumuskan solusi terhadap potensi korupsi yang dapat terjadi dalam pengelolaan dana kapitasi program Jaminan Kesehatan Nasional dan merekomendasikan kepada pihak terkait untuk mengimplementasikannya.

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan ditemukan potensi korupsi di 4 area, yakni Regulasi, Pembiayaan; Aspek Tata laksana dan Sumber daya; Aspek pengawasan. Rekomendasi KPK atas permasalah tersebut antara lain adalah perlu segera dilakukan monitoring dan evaluasi khususnya terhadap utilisasi dana kapitasi di Puskesmas; memperbaiki regulasi terkait pengelolaan dana kapitasi di FKTP milik Pemda; meningkatkan lingkungan pengendalian baik di tingkat FKTP maupun di Pemda; dan melakukan upaya-upaya untuk meningkatan kompetensi dan pemahaman petugas kesehatan di daerah terhadap pengelolaan dana kapitasi.

7. Kajian Sistem Perhutani

Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh hasil kajian sistem perizinan di sektor kehutanan tahun 2013. Hasil kajian tersebut menunjukkan lemahnya kinerja perizinan di sektor kehutanan, beberapa faktor penyebabnya adalah persoalan kawasan hutan, permasalahan efisiensi dan harga kayu ditingkat produsen yang sangat rendah serta berbagai perosalan koruptif di dalamnya.

Fokus kajian diarahkan kepada kebijakan penilaian kinerja perusahaan; persoalan kawasan hutan serta sistem produksi dan pemasaran di Perum Perhutani. Tujuan dari kajian adalah memetakan permasalahan terkait sistem/kebijakan di Perum Perhutani yang berpotensi terjadinya tindak pidana korupsi (TPK) dan merumuskan rencana aksi untuk mengatasi permasalahan- permasalahan tersebut.

Dari hasil kajian dirumuskan agenda perbaikan sistem di Perum Perhutani yang mencakup antara lain: sistem/kebijakan penilaian kinerja, mendorong proses penyelesaian pemantapan kawasan hutan dan resolusi konfliknya, mendorong perbaikan sistem produksi dan pemasaran, mendorong penguatan kelembagaan, dan mendorong koordinasi pengawasan dan penegakan hukum. 8. Kajian

Kepelabuhanan dan Pelayaran Sektora Minerba

Kajian ini dilatarbelakangi oleh kegiatan koordinasi dan supervisi pengelolaan mineral dan batubara di 32 Provinsi yang dilakukan oleh KPK. Dalam proses kegiatan tersebut KPK menemukan bahwa salah satu titik lemah pengawasan dalam pengelolaan batubara adalah pada sistem pelayaran dan kepelabuhanan. Lemahnya koordinasi lintas sektor, tumpang tindihnya proses perizinan menimbulkan celah untuk dimanfaatkan/disalahgunakan oleh para pihak. Tujuan dari kajian adalah memetakan permasalahan yang muncul terkait sistem pelayaran/transportasi dan kepelabuhanan di sektor minerba dan selanjutnya merumuskan rencana aksi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.

Dari hasil kajian akan dirumuskan agenda perbaikan sistem pelayaran dan kepelabuhanan di sektor minerba, yang mencakup antara lain mendorong perbaikan peraturan dan prosedur, endorong sistem koordinasi dan arus informasi antar sector, mendorong tata desain kepelabuhanan sektor minerba yang efisien, mendorong penguatan kelembagaan, mendorong koordinasi pengawasan dan penegakan hukum.

9. Kajian Sistem Penerimaan Akpol

Pelaksanaan kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi titik-titik yang masih perlu diperbaiki dalam proses seleksi calon taruna (catar) Akpol terutama yang berpotensi terjadinya korupsi serta merumuskan rekomendasi perbaikannya. Kegiatan ini sejalan dengan kontribusi KPK untuk terus mendukung reformasi SDM di Polri, sehingga didapatkan aparat penegak hukum di Indonesia yang berintegritas.

Secara umum terdapat 2 (dua) temuan yang perlu diperbaiki dalam sistem seleksi catar Akpol ini, yakni temuan yang berpotensi korupsi dan temuan kelemahan sistem lainnya yang dapat mengurangi efektivitas dan efisiensi proses seleksi. Temuan utama yang berpotensi korupsi antara lain adalah masih dijumpai adanya intervensi terhadap Panitia Seleksi dan terlalu luasnya akses pihak luar terhadap pelaksanaan proses seleksi.

Sementara temuan utama terhadap kelemahan sistem lain yang ditemui selama observasi antara lain adalah Kompetisi terbatas atau sistem ranking per-Polda yang digunakan dalam seleksi tingkat pusat berpotensi membuat calon taruna yang terpilih belum tentu terbaik secara nasional, belum seragamnya pelaksanaan tes oleh Panitia daerah dan Puspanpus, dan Tidak optimalnya peran pengawas eksternal.

NO KEGIATAN PENJELASAN 10. Kajian BPJS

Ketenagakerjaan

Tujuan pelaksanaan kajian adalah mengidentifikasikan titik-titik kelemahan dan potensi korupsi dari Sistem Jaminan Sosial Tenaga Kerja, melakukan analisis terhadap kebijakan Sistem Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan tata kelolanya pada instansi-instansi terkait, dan menyusun rekomendasi atas titik-titik kelemahan dalam Sistem Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Dari kajian yang dilakukan terdapat beberapa temuan yang terbagi kedalam 3 tingkatan, yakni tingkatan direktif, tingkatan managerial dan tingkatan tactical/operasional. Beberapa temuan yang menjadi fokus KPK adalah adanya ketidakadilan dalam pengenaan sanksi bagi Pemberi Kerja, potensi konflik kepentingan antara Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Ketenagakerjaan, belum lengkapnya Peraturan Pemerintah yang mengatur Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, rendahnya tingkat kepesertaan termasuk kepesertaan TKI dalam Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. juga menjadi sorotan yang harus segera diperbaiki oleh para pemangku kepentingan dalam hal ini adalah BPJS Ketenagakerjaan dan Kemenaker.

11. Kajian Tata Niaga Komoditas Pangan Strategis

Tujuan dilakukannya kajian ini adalah mengidentifikasi kelemahan kebijakan tataniaga impor pada komoditas pangan strategis khususnya yang berpotensi menimbulkan tindak pidana korupsi, mengidentifikasi kesenjangan (gap) antara kebijakan tataniaga impor pada komoditas pangan strategis dengan pelaksanaannya di lapangan dan memberikan saran perbaikan untuk memperbaiki kebijakan tataniaga impor pada komoditas pangan strategis dalam rangka mencegah terjadinya tindak pidana korupsi.

Berbagai permasalahan yang di peroleh dalam kajian ini diantaranya adalah kebijakan impor cenderung reaktif dan tanpa dilakukan analisis yang cukup, adanya diskresi dalam ketentuan terkait impor tanpa kriteria yang jelas, tidak adanya basis data dan informasi pasar, lemahnya perlindungan kepada peternak/petani lokal, tidak terintegrasinya sistem importasi dari hulu ke hilir, tidak disampaikannya tembusan persetujuan impor kepada instansi terkait, lemahnya Pengawasan yang dilakukan terhadap barang impor komoditas strategis; tidak adanya pengawasan pelaksanaan verifikasi oleh surveyor.

12. Kajian Best Practise Mining

Tujuan dari kajian ini adalah memetakan praktik pengelolaan pertambangan yang baik/good mining practices di beberapa negara yang bebas dari fraud dan TPK dan menyusun rekomendasi sebagai masukan bagi kebijakan pengelolaan pertambangan mineral dan batubara di Indonesia. Hasil kajian menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya alam seharusnya didasarkan kepada prinsip-prinsip good governance, dalam sektor pertambangan prinsip tersebut mencakup:

regulation framework yang jelas dan menyeluruh yang menghormati hak-hak warga negara dan masyarakat; political will dari pemerintah untuk menjamin kepatuhan terhadap aturan hukum dan kapasitas yang memadai untuk pengelolaan sektor pertambangan, termasuk dalam hal pengawasan dan penegakan hukum; sistem penarikan perpajakan dan royalty pertambangan yang transparan dan efisien; sistem alokasi bagi hasil yang berkeadilan; dan serta pranata peraturan pertambangan yang atraktif bagi investasi.

13. Kajian Sistem Perikanan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

Sektor pesisir dan pulau-pulau kecil, merupakan salah satu sektor sumber daya alam yang memiliki dimensi yang sangat luas. Sektor ini terkait langsung dengan berbagai sektor seperti perikanan, pariwisata bahari, pertambangan, industri maritim, perhubungan laut, bangunan kelautan, jasa kelautan dan sebagainya. Dengan potensi wilayah pesisir yang terikat langsung dengan lautan Indonesia secara fisik, terdiri atas perairan Nusantara seluas 2,8 juta km persegi, laut teritorial seluas 0,3 juta km persegi, menunjukkan bahwa sektor ini sangat penting. Potensi sumberdaya perikanan untuk wilayah pesisir dan lautan, ditaksir sangat besar. Besarnya potensi yang ada namun belum bisa dioptimalkan karena munculnya sejumlah permasalahan, menjadi alasan perlunya dilakukan pengkajian secara khusus.

Tujuan dari kajian adalah memetakan permasalahan yang muncul terkait dengan pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil yang berpotensi menimbulkan TPK dan selanjutnya merumuskan rencana aksi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.

Dari hasil kajian akan dirumuskan agenda perbaikan sistem di sektor perikanan, pesisir, dan pulau-pulau kecil yang mencakup antara lain: harmonisasi regulasi/kebijakan yang terkait; mendorong proses perbaikan sistem data base; mendorong compliance para pihak; mendorong penguatan kelembagaan; Mendorong koordinasi pengawasan dan penegakan hukum.

14. Kajian Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ)

Pengadaan Barang dan Jasa di Indonesia telah banyak mengalami perbaikan dari beragam sisi; regulasi yang detail, sistem elektronik, dan kelembagaan yang fokus. Namun, hingga 2013, kasus korupsi pengadaan barang dan jasa yang ditangani KPK tetap menunjukkan angka yang tertinggi, dan jumlah pengaduan masyarakat terkait PBJ ke KPK pun menunjukkan angka yang tinggi (hingga 2012 sekitar 4ribu pengaduan). Latar belakang tersebut menjadi alasan KPK untuk melakukan Kajian Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

Kajian ini dilakukan sebagai suatu upaya solutif pencegahan untuk menekan tingginya angka tindak pidana korupsi pada Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Kajian ini melakukan pemetaan terhadap akar masalah terkait Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, memetakan titik-titik rawan pada setiap tahapan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, dan menyusun rekomendasi untuk menutup titik rawan pada Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Kajian dilakukan selama 2 tahun (20014 s.d 2015). Pada tahun ini, Kajian difokuskan pada penyusunan akar masalah korupsi pada PBJ dan regulasi PBJ.

NO KEGIATAN PENJELASAN 15. Kajian Materi Induksi

untuk Pemilih

Partisipasi pemilih dalam pemilu sangatlah penting peranannya. Oleh karena itu, upaya untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat harus terus dilakukan agar masyarakat semakin melek politik dan dapat berpartisipasi secara aktif dalam pesta demokrasi dengan memberikan hak suaranya.

Materi ini berisi tentang bagaimana menjadi pemilih berintegritas, definisi integritas, fenomena politik uang dalam pemilu, karakteristik pemilih yang berintegritas, karakteristik pemimpin yang berintegritas, dengan tujuan agar masyarakat sebagai pemilih memahami integritas, politik uang dalam pemilu kemudian diharapkan nantinya bisa menjadi pemilih yang berintegritas dengan memilih pemimpin yang berintegritas. .

16. Kajian Materi Induksi untuk Parpol

KPK berinisiatif menyusun materi induksi yang diperuntukkan bagi partai. Penyusunan materi induksi ini dalam rangka menyongsong Pemilu Legislatif (Pileg) 2014. Setidaknya, ada dua alasan mengapa kajian dilaksanakan. Pertama, KPK mengajak partai untuk bersama merenungkan persoalan-persoalan ke-Indonesia-an secara seimbang dan bijak. Kedua, KPK menyadari bahwa dalam sistem politik demokrasi, partai berperan sangat penting dalam kanalisasi politik. Ada lima perspektif yang ditemukan dalam kajian ini, yhaitu terbangunnya kesadaran partai mengenai praktik masif korupsi di Indonesia; partai dibentuk untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara, serta memelihara keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; Survei Persepsi Masyarakat (SPM) terhadap pemilih yang dilaksanakan KPK di 2013, dalam menentukan pilihannya, faktor-faktor pertimbangan responden adalah perilaku dan karakter (22,38%), kemampuan (16,48%), kedekatan calon dengan rakyat (13,93%), ketokohan (9,34%), janji politik (8,28%), dan ideologi (3,93%); anggota parlemen semestinya sudah memahami tiga fungsi parlemen dan potensi-potensi korupsi yang berisiko muncul dalam pelaksanaan ketiga fungsi parlemen tersebut; dan partai dipantau oleh konstituen mampukah mengawasi anggota-anggotanya di parlemen.

17. Kajian Materi Induksi untuk Anggota Legislatif

Menyongsong masa kerja anggota DPR periode 2014-2019, KPK berinisiatif menyampaikan sejumlah gagasan upaya pemberantasan korupsi. Sejumlah gagasan ini merupakan abstraksi atas pengalaman-pengalaman KPK selama kurang lebih 10 tahun kiprahnya. Gagasan diperkuat juga dengan pandangan yang disampaikan pakar maupun praktisi yang kompeten di bidangnya. Harapan KPK, dengan adanya tindak lanjut terhadap sejumlah gagasan yang disampaikan ini kelak bisa mengakselerasi pencapaian tujuan berbangsa sebagaimana diamanahkan dalam pembukaan UUD 1945.

Ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam penyampaian gagasan ini. Pertama, KPK mengajukan prasaran berkenaan persoalan-persoalan pokok dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Kedua, anggota DPR dan KPK sejak awal sudah menciptakan komunikasi konstruktif untuk upaya pemberantasan korupsi.

Materi tersebut dibuat buku berisi 5 perspektif antikorupsi KPK bagi DPR, terdiri dari atas penguatan parlemen, penguatan pembangunan negeri, penguatan pranata kebangsaan, pengelolaan sumber daya alam, penguatan kesejahteraan rakyat.

18. Kajian Materi Induksi untuk Capres

Dalam rangka pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014, KPK berinisiatif menyampaikan sejumlah gagasan kepada semua kandidat presiden Republik Indonesia. Penyampaian sejumlah gagasan ini dilandasi cita-cita sejati untuk membangun Indonesia yang berdaulat, memiliki marwah, berkeadilan sejahtera, dan bebas dari korupsi.

Temuan kajian menunjukkan bahwa korupsi dan kelemahan sistem pemerintahan adalah akar dari semua masalah. Semua masalah tersebut merentang mulai dari penataan birokrasi, perbaikan sistem administrasi kependudukan, pengelolaan sumber daya alam, ketahanan dan kedaulatan pangan, penyediaan infrastruktur, pembenahan aparat penegak hukum, penguatan partai politik, sampai peningkatan kesejahteraan sosial.

Dalam dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja KPK 2014 Upload (Halaman 127-130)