• Tidak ada hasil yang ditemukan

Koordinasi Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia Makassar dengan Badan Pengawas Obat dan

Dalam dokumen SKRIPSI. IWAN Nomor Stambuk : (Halaman 77-83)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian

B. Koordinasi Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia Makassar dengan Badan Pengawas Obat dan

Makanan dalam proses labelisasi halal produk di PT Indofood.

Dalam pelaksanaan Koordinasi proses labelisai dan sertifikasi halal pada setiap produk-produk olahan perusahaan tertentu, seperti perusahaan PT Indofood sukses makmur Tbk Makassar. Terlebih dahulu Mengajukan berkas permohonan ke DIRJEN BPOM kemudian akan di proses dan pemeriksaan kelengkapan data administrasi lengkap atau tidak. Setelah itu di bentuk tim koordinasi pelaksanaan label halal kemudian proses audit oleh tim gabugan dari DEPKES, Majelis Ulama Indonesia Makassar dan DEPAG kemudian tim evaluasi Majelis Ulama Indonesia Makassar dan komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia Makassar memproses kelengkapan berkas memenuhi syarat atau tidak untuk pemberian sertifikat halal. DIRJEN BPOM memberikan persetujuan pencantuman label halal memenuhi syarat atau tidak.

Koordinasi yang dilakukan LPPOM MUI dan BPOM dalam memberikan sertifikasi halal pada produk-produk yang lolos audit sehingga perlunya koordinasi agar produk tersebut dapat dipasang label halal pada kemasannya, sehingga masyarakat dapat mengonsumsi produk tersebut dengan aman. Pada penelitian ini kordinasi lembaga LPPOM MUI dan BPOM terbagi atas yakni, Komunikasi, Integrasi, Sinkronisasi, Simplikasi, Monitoring dan Evaluasi, Pemrograman sebagai berikut :

1. Komunikasi

Dalam mengonsumsi produk tidak halal. Hal ini merupakan implementasi dari amanat sejumlah peraturan perundang-undangan antara lain dalam pasal 30 UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan yang mengatur label dan iklan pangan yang menyatakan (1) Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan kedalam wilayah Indonesia yang dikemas untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, didalam, dan atau dikemasan pangan; (2) Label, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-kurangnya keterangan mengenai: a.nama produk; b. daftar bahan yang digunakan; c. berat bersih atau isi bersih; d. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia; e. keterangan tentang halal; dan f. tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa. di Indonesia, konsumen muslim dilindungi oleh instansi pemerintah dalam hal ini Badan Pengawasan Produk Obat dan Makanan (BPPOM) sehingga mendukung koordinasi.seperti yang dikemukakan oleh staf personalia pak Agus Subandri PT Indofood bahwa :

“Kami bekerjasama, dalam tugas dan fungsi kami dalam melaksanakan proses pengawasan produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan PT Indofood yang bergerak dalam bidang industry mie instan dan komunikasi yang kami lakuakan antara Kementerian Agama, Badan Pengawasan Produk Obat dan Makanan (BPOM) dan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) yang bertugas secara khusus mengaudit produk-produk yang dikonsumsi oleh konsumen muslim. BPOM mengawasi produk yang beredar dimasyarakat dengan cara memberikan persetujuan, pencantuman tulisan/logo halal pada label berdasarkan sertifikat halal yang dikeluarkan oleh LPPOM-MUI dan telah lulus diperiksa dan terbebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh ajaran Islam. (Wawancara. 17 July 2014 Jam 10:30)

Berdasarkan wawancara peneliti, menunjukan bahwa kedua lembaga tersebut selalu berkemunokasi dan bekerjasama dalam melaksanakan dan mengawasi produk-produk pangan makanan yang dihasilkan oleh perusahaan , dalam labelisasi halal dan sertifikasi.

2. Integrasi

Merupakan suatu usaha untuk menyatukan tindakan-tindakan berbagai badan, instansi, unit, sehingga merupakan suatu kebulatan pemikiran dan kesatuan tindakan yang terarah pada suatu sasaran yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Dengan adanya integrasi, koordinasi dapat berjalan secara terarah di semua level. Seperti yang diungkapkan oleh kepala lembaga LPPOM MUI memgatakan bahawa:

“Dalam hal ini kami selaku dalam pengawasan dan proses labelisasi halal itu berjalan susai dengan atuaran undang-undang dan peraturan pemerintah yang telah ditetapkan, dan dalam pemberian sertifikasi halal produk perusahaan yang sudah terdaftar, Sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi yang dapat membantu konsumen untuk menentukan kehalalan suatu produk seperti yang kami lakukan. (Wawancara. 18 July 2014 Jam 10:34)

Bedasarkan wawancara peneliti tersebut bahwa dalam proses pengawasan, dan mekanisme dalam koordinasi sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI kepada perusahaan yang mengajukan permohonan sertifikasi halal dan labelisasi halal oleh BPOM.

3. Singkronisasi

Pengaturan singkronisasi tentang kehalalan suatu produk sebenarnya telah ada, yakni Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen serta Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Secara teknis tentang pencantuman labelisasi halal. Departemen Kesehatan telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 82/Menkes/SK/I/1996 tentang Pencantuman Tulisan labelisasi Halal pada Label Makanan. Dalam lampiran SK tersebut yakni pada Bab V tentang Persyaratan higienis pengolahan telah dijelaskan aturan-aturan baku dalam proses pembuatan makanan halal dan persyaratan higienis pengolahan makanan menurut syariat Islam.

Ketetapan tersebut kemudian dirubah menjadi Surat Keputusan Nomor:

924/Menkes/SK/VIII/ 1996 tentang perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan RI No 82/Menkes/SK/I/1996 tentang Pecantuman Tulisan labelisasi halal pada Labelisasi Makanan, dimana pada Pasal 8 disebutkan Produsen atau importir yang akan mengajukan permohonan pencantuman tulisan labelisasi „‟halal‟‟ wajib siap diperiksa oleh petugas Tim Gabungan dari Majelis Ulama Indonesia dan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan yang ditunjuk Direktur Jenderal. Singkronisasi adalah Suatu usaha untuk menyesuaikan, menyelaraskan

kegiatan, tindakan, dan unit sehingga diperoleh keserasian dalam pelaksanaan tugas atau kerja. Keserasian dalam pelaksanaan tugas mampu mempermudah penerapan koordinasi di suatu organisasi. Sepeti yang diungkapkan oleh Kepala Lembaga BPOM bahwa :

“Jika ada suatu perusahaan ingin mencantumkan lebelisasi halal sekarang permohonannya ke BPOM , maka akan dilakukan pemeriksaan (auditing) ke perusahaan tersebut setelah melengkapi persyaratan yang diminta oleh tim Koordinasi gabungan dari badan POM, LPPOM MUI dan Depak.

(Wawancara. 19 July 2014 Jam 09:25)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti lakukan kepada kepala lembaga Badan Pengawas Obat Dan Makanan, bahwa koordinasi yang dilakukan dalam proses lanelisasi halal pada perusahaan yang ingin mencantumkan label halal sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, dan proses oleh lembaga BPOM , LPPOM MUI dan Depak. Sesuai dengan peratuaran pemerintah yang berlaku

4. Simplifikasi

Perilaku dalam mengkonsumsi produk halal dan mencegah orang lain mengonsumsi produk tidak halal. Selain faktor pengetahuan atas produk halal, persepsi masyarakat mengenai pentingnya kehalalan itu sendiri dapat berpengaruh terhadap perilaku. Persepsi dapat berupa keyakinan yang tinggi atas pentingnya mengonsumsi produk halal, tingkat harapan keinginan masyarakat muslim untuk memperoleh produk halal serta persepsi tentang pentingnya labelisasi halal.

Seperti yang diungkapkan oleh Junaedi salah seorang warga masyarakat (sebagai konsumen) mengatakan bahwa:

“Banyaknya produk-produk yang bermunculan sehinnga perlunya pengawasan oleh aparat pemerintah yang harus tegas seperti lembaga yang menangani masalah label halal dan sertifikasi halal yaitu lembaga LPOM MUI dan BPOM dan perlunya juga disampaikan bahwa perlunya juga sosialisasi kepada masyrakat. (Wawancara. 21 july 2014 Jam 11:30)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada salah sorang warga masyarakat menegaskan bahawa perlunya pengawasan yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam hal pengawasan terhadap produk-produk yang banyak beredar dipasar-pasar tertentu.

5. Monitoring

Meliputi kegiatan untuk mengamati /meninjau kembali/mempelajari serta mengawasi secara berkesinambungan atau berkala terhadap pelaksanaan program/kegiatan yang sedang berjalan. Kegiatan monitoring dilakukan LPPOM dan BPOM dalm proses labelisasi halal dan sertifikasi untuk menemukenali permasalahan, mencari alternatif pemecahan dan menyarankan langkah-langkah penyelesaian sebagai koreksi agar pelaksanaan kegiatan berjalan secara efisien, efektifdan tepat waktu. Seprti yang diungkapkan oleh kepla lembaga BPOM bahwa :

“Kami selaku penaggung jawab dalam hal ini khususnya dalam proses labelisasi halal serta mengawasi secara berkesinambungan produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan seperti perusahaan PT Indoofod sukses makmur Tbk Makassar ”. . (Wawancara. 21 july 2014 Jam 14:30) Berdasarkan hasil wawancara peneliti lakukan kepada kepala lembaga BPOM bahwa dalam proses labelisasi halal dilakukan secara berkesinambungan secara monitoring sehingga pelaksanaan kegiatan berjalan secara efisien”.

6. Pemrograman

Sebuah proses menulis, menguji, dan memperbaiki dan membangun sebuah program yang menghasilkan sebuah implementasi. Pemograman juga merupakan sebuah seni, ilmu, dan teknik yang dikombinasikan agar dapat menciptakan program yang efisien baik dari sisi waktu berjalan.

C. Fakror yang mempengaruhi koordinasi antara Lembaga Pengkajian

Dalam dokumen SKRIPSI. IWAN Nomor Stambuk : (Halaman 77-83)