• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.3 Aspek Pelayanan Umum

2.3.1.10 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM)

Pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang bersifat kekeluargaan juga menjadi fokus pembangunan pemerintah daerah yang dilakukan melalui pengembangan lembaga Perkoperasian dan UMKM. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan. Koperasi aktif adalah koperasi yang dalam dua tahun terakhir mengadakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) atau koperasi yang dalam tahun terakhir melakukan kegiatan usaha. Semakin besar jumlah persentase ini akan semakin besar pelayanan penunjang yang dimiliki daerah dalam menggerakkan perekonomian melalui koperasi. Koperasi yang berkembang di Kabupaten Aceh Selatan terdiri dari Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder. Sampai dengan tahun 2012 jumlah koperasi yang ada di Kabupaten Aceh Selatan berjumlah 424 unit, namun yang aktif berjumlah 228 Unit atau 54 persen, dengan jumlah Modal mencapai Rp.34.240.761.000,- terdiri dari Modal sendiri Rp.25.337.737.000,- dan Modal Luar Rp.8.903.034.000,-. Volume usaha yang dihasilkan mencapai Rp.44.870.602.000,- dan mampu memperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar Rp.5.846.763.000,-.

Tabel II-74

Persentase Koperasi Aktif Tahun 2008 s.d 2012 Kabupaten Aceh Selatan

NO Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah koperasi aktif 155 165 195 216 228

2 Jumlah koperasi 358 361 383 406 424

3 Persentase koperasi aktif 43 46 51 53 54 Sumber: Dinas Perindagkop dan UKM Kab.Aceh Selatan.

Dilihat perkembangan per kecamatannya, Kecamatan Tapaktuan memiliki persentase koperasi aktif terbanyak, yaitu sebesar 27,20 persen, disusul Meukek dan Sawang masing-masing sebesar 13,18 persen dan 7,5 persen. Kedepan perlu dilakukan pembinaan yang lebih intensif lagi, sehingga lembaga koperasi ini betul-betul menjadi wadah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, bukan sebagai lembaga untuk mencari modal atau dana bagi kelompok tertentu yang mengatas namakan koperasi. Selanjutnya usaha kecil adalah peluang usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. Semakin banyak jumlah UKM non BPR/LKM akan menunjukkan semakin besar kapasitas pelayanan pendukung yang dimiliki daerah dalam meningkatkan ekonomi daerah melalui UKM. BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan (deposits), kredit (loan), pembayaran sebagai transaksi jasa (payment service) serta money transfer yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil. LKM memiliki fungsi sebagai lembaga yang memberikan berbagai jasa keuangan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil. Semakin banyak jumlah BPR/LKM akan menunjukkan semakin besar kapasitas pelayanan pendukung yang dimiliki daerah dalam mendukung pendanaan UKM melalui BPR/LKM. Secara keseluruhan capaian kinerja pembangunan pada pelayanan urusan koperasi, usaha kecil dan menengah di Kabupaten Aceh Selatan dalam lima tahun terakhir dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain; Persentase koperasi aktif di Kabupaten Aceh Selatan yang terus mengalami kenaikan dari 43% pada tahun 2008 menjadi 54% pada tahun 2012. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM juga mengalami kenaikan selama kurun waktu tersebut. Demikian pula halnya dengan perkembangan usaha mikro dan kecil juga menunjukkan adanya peningkatan. Berkembangnya usaha mikro dan kecil tersebut telah membawa konsekuensi yang positif bagi pembangunan perekonomian Kabupaten Aceh Selatan. Kenyataan menunjukan bahwa pada saat terjadi krisis ekonomi, usaha kecil dan mikro lebih resisten dibanding perusahaan-perusahaan yang lebih besar. Hal inilah yang akan terus dijaga dan ditingkatkan pengembangannya melalui rencana fasilitasi permodalan yang mampu mengembalikan koperasi sebagai soko guru perekonomian masyarakat yang tidak hanya aktif namun juga benar-benar sehat sehingga mampu menjaga pertumbuhan ekonomi terutama dari pengembangan usaha mikro dan kecil.

Tabel II-75

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

No Indikator Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1. Persentase koperasi aktif 43% 46% 51% 53% 54%

2. Jumlah UKM non BPR/LKM

UKM 1739 2015 2255 2554 3.432

3. Usaha Mikro dan Kecil 447 634 700 751 976

4. Persentase Usaha Mikro dan

kecil 25,70 31,46 31,04 29,37 30,04

Sumber : Desperindagkop & UKM Kab. Aceh Selatan

2.3.1.11 Kependudukan

Penataan administrasi kependudukan menjadi program prioritas daerah dalam rangka menerapkan E-KTP yang juga merupakan program prioritas Nasional. Sampai dengan Tahun 2012, jumlah penduduk wajib KTP adalah sebanyak 165.618 jiwa dan jumlah penduduk yang sudah memiliki KTP adalah sebanyak 98.971 jiwa atau baru mencapai 59,76 persen. Untuk itu kedepan, program E-KTP perlu diberi perhatian khusus guna penataan administrasi kependudukan.

Tabel II-76

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil

No Indikator Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1. jumlah penduduk ber KTP 89.631 97.938 103.354 93.368 98.971 2. Jumlah penduduk wajib KTP 156.661 158.520 164.150 164.792 165.618 2. Rasio atau Persentase

penduduk ber KTP 57,21% 61,78% 62,96% 56,66% 59,76% 3. Jumlah penduduk yang

berakte kelahiran 13.306 21.706 26.451 37.608 52.615 4. Rasio penduduk berakte

kelahiran/kepemilikan akte kelahiran per 1000 penduduk

61 100 121 166 226

5 Penerapan KTP Nasional

berbasis NIK sudah/belum Sudah sudah sudah sudah sudah Sumber : Disdukcapil Aceh Selatan

2.3.1.12 Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja (man power) adalah penduduk dalam usia kerja (dalam literatur 15-64 tahun). Di Indonesia dipakai batasan umur 10 tahun. Tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk dalam usia kerja dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa, jika ada permintaan terhadap tenaga

mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut. Berdasarkan publikasi ILO (International Labour Organization), penduduk dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja dikatakan juga sebagai penduduk usia kerja, yaitu penduduk usia 15 tahun atau lebih, seiring dengan program wajib belajar 9 tahun. Selanjutnya, tenaga kerja dibedakan menjadi: angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (penduduk yang sebagian besar kegiatannya adalah bersekolah, mengurus rumah tangga atau kegiatan lainnya selain bekerja). Angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap masuk pasar kerja atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan merupakan potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja. Sedangkan, bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja ataupun mencari kerja.

Gambar II-7

Klasifikasi Penduduk Berdasar Ketenagakerjaan

Angka yang sering digunakan untuk menyatakan jumlah angkatan kerja adalah TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), yang merupakan rasio antara angkatan kerja dan tenaga kerja serta rasio penduduk yang bekerja yang merupakan perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Jika yang tersedia adalah angka pengangguran, maka angka yang digunakan adalah = (1 - angka pengangguran) Tingkat partisipasi angkatan kerja menujukkan perkembangan yang fluktuatif selama 5 tahun terakhir yaitu dari 60,93 persen pada tahun 2008 menjadi 71,54 pada tahun 2012 persen. Selama periode tersebut rasio Kesempatan kerja atau persentase penduduk yang bekerja juga mengalami peningkatan dari 91,17 persen pada tahun 2008 menjadi 95,00 persen pada tahun 2012. Hal ini membawa kondisi positif, dimana jumlah penduduk yang menganggur juga mengalami penurunan dari 8,83 persen pada tahun 2008 menjadi 5 persen pada tahun 2012 atau sebesar 4.680 orang, menurun dari

Penduduk

Tenaga kerja

Bukan angkatan

kerja Angkatan kerja

Bekerja bekerja/sedang Tidak mencari kerja Bukan tenaga

tahun 2008 yang mencapai angka sebesar 7.418 orang. Pemerintah Daerah juga terus berupaya dengan berbagai kebijakan pembangunan dan stimulus ekonomi untuk menekan tingkat pengangguran tersebut.

Tabel II-77

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Ketenagakerjaan Kabupaten Aceh Selatan 2008-2012

No Indikator Tahun

2008 2009 2010 2011 2012* 1 Angkatan Kerja 84.006 82.754 94.028 92.138 93.609 2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 60,93 50,48 68,52 64,13 71,54 3 Rasio penduduk yang bekerja (%) 91,17 90,83 93 93,59 95 4 Tingkat Pengangguran terbuka (%) 8,83 9,17 7,00 6,41 5,00

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Selatan. Angka sementara.