• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variasi dari Segi Sarana

KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.4 Variasi dari Segi Sarana

Variasi dari segi sarana (Chaer dan Agustina, 2004 : 72), variasi bahasa dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis, atau juga ragam dalam berbahasa dengan

menggunakan sarana atau alat tertentu, seperti, dalam bertelepon. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama: Adanya ketidaksamaan ini wujud struktur ini adalah karena dalam berbahasa lisan atau dalam menyampaikan informasi secara lisan, kita dibantu oleh unsur-unsur nonsegmental atau unsur nonlingustik yang berupa nada suara, gerak-gerik tangan, gelengan kepala, dan sejumlah gejala-gejala fisik lainnya. Misalnya, apabila kita menyuruh seseorang memindahkan sebuah kursi yang ada di hadapan kita, maka secara lisan sambil menunjuk atau mengarahkan pandangan pada kursi itu kita cukup mengatakan “Tolong pindahkan ini” (lisan).

Pada penilitian hanya akan membahas data yang menggunakan variasi bahasa yang ada pada lampiran.

2.2.5 Kosakata

Menurut KBBI (1998: 527), Kosakata adalah kumpulan beberapa kata. Dalam kepustakaan Indonesia setidaknya dikenal ada empat buah istilah yang berpadanan berkenaan dengan kajian tentang kata, yaitu istilah perbendaharaan kata, vokabuler, leksikon, dan kosakata (Abdul Chaer, 2007 : 5). Istilah kosakata adalah istilah terbaru yang muncul ketika kita sedang giat-giatnya mencari kata atau istilah tidak berbau barat. Asal-usul kata ini menurut Usman dkk, berasal dari bahasa sanskerta koca yang berarti perbendaharaan, kekayaan, khazanah dimajemukkan dengan khata yang berarti kata.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kosakata didaftarkan sebagai sebuah entri yang ditulis serangkai dan diberi makna perbendaharaan kata (Abdul Chaer, 2007 : 6).

Terlepas dari keterangan Kamus Besar Bahasa Indonesia itu, pertanyaan sekarang adalah apa yang dimaksud dengan istilah kosakata itu ; atau apa konsep atau pengertian yang terkandung di dalam istilah kosakata itu. Semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa.

Dalam kosakata bahasa Indonesia, maka yang disebut kosakata bahasa Indonesia adalah: (1) semua kata yang ada dalam bahasa Indonesia seperti yang didaftarkan di dalam kamus-kamus bahasa Indonesia. (2) kata-kata yang dikuasai oleh seseorang atau sekelompok orang dari lingkungan yang sama. (3) Kata-kata atau istilah yang digunakan dalam satu bidang kegiatan atau ilmu pengetahuan. Misalnya, kata-kata yang digunakan dalam bidang olahraga, bidang ekonomi, bidang hukum dan bidang musik. (4) Sejumlah kata dari suatu bahasa yang disusun secara alfabetis beserta dengan sejumlah penjelasan maknanya, layaknya sebagai sebuah kamus. (5) Semua morfem yang ada dalam suatu bahasa (Abdul Chaer, 2007 : 6, 7 ).

Kosakata merupakan pembendaharaan kata yang terdapat dalam suatu bahasa. Kualitas keterampilan berbahasa seseorang sangat bergantung pada kuantitas serta kualitas kemampuan kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya atau semakin bagus kemampuan penguasaan kosakatanya maka semakin terampil pula dalam berbahasanya.

Menurut Djago Tarigan, jenis kosakata dapat dikategorikan sebagai berikut (Tarigan, Dj 1994 : 45) :

a) Kosakata dasar

Kosakata dasar (basic vocabularry) adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Di bawah ini yang termasuk ke dalam kosakata dasar yaitu:

1) Istilah kekerabatan, misalnya: ayah, anak, nenek, kakek, paman, bibi, mertua,

dan sebagainya;

2) Nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala, rambut, lidah dan sebagainya;

3) Kata ganti (diri, petunjuk), misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sana, sini dan sebagainya;

4) Kata bilangan, misalnya: satu, dua, sepuluh, seratus, sejuta, dan sebagainya;

5) Kata kerja, misalnya: makan, minum, tidur, pergi, dan sebagainya;

6) Kata keadaan, misalnya: suka, duka, lapar, haus, dan sebagainya;

7) Kosakata benda, misalnya: tanah, udara, air, binatang, matahari, dan

sebagainya.

b) Kosakata aktif dan kosakata pasif

Kosakata aktif ialah kosakata yang sering dipakai dalam berbicara atau menulis, sedangkan kosakata pasif ialah kosakata yang jarang bahkan tidak pernah dipakai, tetapi biasanya digunakan dalam istilah puitisasi. Sebagai contoh dapat tergambar dalam tabel di bawah ini.

KOSAKATA AKTIF DAN PASIF

Kosakata Aktif Kosakata Pasif Bunga, kembang Matahari Angin Hati Jiwa (zaman) dahulu dsb. Puspa, kusuma Surya, mentari Bayu, puwana Kalbu Sukma Bahari dsb.

c) Bentukan kosakata baru

Kosakata asli bahasa Indonesia adalah berasal dari kosakata bahasa melayu karena cikal bakal bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu. Dengan adanya kontak atau hubungan dengan Negara lain mengakibatkan tercipta bentukan-bentukan kosakata baru dalam kosakata bahasa Indonesia. Dalam perkembangan kosakata bahasa Indonesia, paling tidak sejak proklamasi kemerdekaan hingga kini, ada beberapa hal dapat dicatat antara lai: 1. munculnya kata-kata baru yang sejalan dengan perkembangan budaya dan sosial kemasyarakatan. Seperti atom, bemo, korupsi, televise , ngaben, pemugaran, dan pembajakan. 2. Kata-kata dari bahasa Belanda melenyao digantikan oleh padananya yang berasal dari bahasa inggris. Misalnya kata montir diganti menjadi kata mekanik, kata karcis diganti menjadi tiket, dan kata formil diganti menjadi kata formal. 3. Leksikalisasi dalam bentuk pemberian proses morfologi pada kata-kata yang berasal dari bahasa inggris. Seperti memblack list, mengupgrade, dan diknock out. 4.munculnya

kata-kata yang berasal dari proses akronimisasi, seperti monas = monument nasional, warnet = warung internet, aspal = asli apa palsu dan lain sebagainya. 5. Munculnya kata-kata yang berasal dati deakronimasi yaitu kata-kata yang telah ada dan secara inheren memiliki makna leksikal yang sifatnya bergurau atau mencemooh atau yang lebih sering disebut sebagai plesetan. Seperti benci ditafsirkan sebagai akronim benar-benar cinta, umar ditafsirkan sebagai akronim untung masih ada rambut, romantic ditafsirkan sebagai akronim rokok, makan, minum, gratis, dan lain sebagainya. 6. Dileksikalnnya bentuk-bentuk dulu yang disebut morfem, seperti morfem bugar hanya muncul dalam konstruksi segar bugar, tetapi sekarang ada bentuk kebugaran (jasmani). 7. Munculnya kembali kata-kata arkais dalam bahasa sekarang ini, seperti kelola, ulang alik, sempadan, dan konon. 8. Digunakannya kata-kata baru sebagai upaya eufimisme yang berlebih-lebihan, seperti kata pelacur dulu sudah diganti menjadi wanita tuna susila diganti lagi menjadi pekerja seks komersial, pecat diganti menjadi diberhentikan dan diganti lagi menjadi PHK (Putuskan Hubungan Kerja). 9. Kosakata bahasa inggris, dengan alasan bahasa internasional dan globalisasi kini banyak digunakan, seperti open house, open book, rental mobil, fly over, dan lain sebagainya. 10. Terjadinya perubahan makna dalam kosakata bahasa Indonesia , seperti kata menyiarkan dulu digunakan dalam arti menyebarkan, seperti dalam menyiarkan uang palsu, tetapi sekarang kata menyiarkan digunakan dalam arti memberitakan (Chaer, Adul 2007 : 21-25)

Kosakata baru ini muncul disebabkan adanya sumber dalam dan sumber luar bahasa. Sumber dalam diartikan sebagai kosakata swadaya bahasa Indonesia sendiri, sedangkan sumber luar merupakan sumber yang berasal dari kata-kata bahasa lain. Kosakata sumber luar ini meliputi pungutan dari bahasa daerah ataupun juga bahasa asing.

d) Kosakata umum dan khusus

Kosakata umum adalah kosakata yang sudah meluas ruang lingkup pemakaiannya dan dapat menaungi berbagai hal, sedangkan kosakata khusus adalah kata tertentu, sempit, dan terbatas dalam pemakaiannya.

e) Makna denotasi dan konotasi

Kridalaksana (dalam Tarigan, 1994:531) memberi definisi mengenai makna denotasi yaitu kata atau kelompok kata yang didasarkan pada penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu, sifatnya objektif. Makna denotasi ini biasa disebut juga dengan makna sebenarnya; makna yang mengacu pada suatu referen tanpa ada makna embel-embel lain; bukan juga makna kiasan atau perumpamaan. Makna denotasi ini tidak menimbulkan interpretasi dari pendengar atau pembaca.

Makna konotasi adalah makna yang timbul dari pendengar atau pembaca dalam menstimuli atau meresponnya. Dalam merespon ini terkandung emosional dan evaluatif yang mengakibatkan munculnya nilai rasa terhadap penggunaan atau pemakaian bahasa atau kata-kata tersebut. Dalam pembagiannya, makna konotasi ini terbagi menjadi konotasi positif dan konotasi negatif. Konotasi positif, yaitu konotasi yang mengandung nilai ras tinggi, baik, halus, sopan dan sebagainya.

misalnya: suami isteri, jenazah, nenek dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud konotasi negatif adalah konotasi yang mengandung nilai rasa rendah, jelek, kasar, kotor, porno, dan sebagainya. misalnya: laki bini, buruh, mayat, bunting, udik, dan sebagainya.

Berdasarkan paradigma tersebut, peneliti hanya akan meneliti data subjek penelitian pada kosakata yang terdapat dalam gombalan atau rayuan pada acara Raja Gombal di Trans7.

Dokumen terkait