• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kredit Pajak PPh

Dalam dokumen Bahan Ajar Pajak Penghasilan (Halaman 108-140)

BAB 5 CARA MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN

D. Kredit Pajak PPh

Gambar 5: Skema Kredit Pajak Penghasilan

Pasal 1 angka 22 Undang-undang KUP menyatakan bahwa Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan yang

dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.

Pasal 20 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa pajak yang diperkirakan akan terutang dalam suatu tahun pajak, dilunasi oleh Wajib Pajak dalam tahun pajak berjalan melalui pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain, serta pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri.

Agar pelunasan pajak dalam tahun pajak berjalan mendekati jumlah pajak yang akan terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, maka pelaksanaannya dilakukan melalui:

- Pemotongan/Pemungutan pajak oleh pihak lain:

7) Pemotongan PPh Pasal 21 dalam hal diperoleh penghasilan oleh Wajib Pajak dari pekerjaan, jasa atau kegiatan;

8) Pemungutan PPh Pasal 22 atas penghasilan dari usaha;

9) Pemotongan PPh Pasal 23 atas penghasilan dari modal, jasa dan kegiatan tertentu.

- Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 oleh Wajib Pajak sendiri.

Pelunasan pajak tersebut merupakan angsuran pajak yang boleh dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali untuk penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final. Dengan pertimbangan kemudahan, kesederhanaan, kepastian, pengenaan pajak yang tepat waktu, dan pertimbangan lainnya, maka dapat diatur pelunasan pajak dalam tahun berjalan yang bersifat final atas jenis-jenis penghasilan tertentu seperti dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23 Undang-undang Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan yang bersifat final tersebut tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang.

1. Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan oleh Pihak Lain

• Kredit Pajak Dalam Negeri 1) Pemotongan PPh Pasal 21

Ketentuan ini mengatur tentang pembayaran pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.

a) Pemotong PPh Pasal 21

• Pemberi Kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain92 dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai93.

Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan PPh Pasal 21 adalah:

- Kantor perwakilan Negara asing;

- Organisasi-organisasi internasional94 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan; - Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan

usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata

mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

• Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;

• Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua;

• Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar:

- Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa dan/atau kegiatan yang dilakukan

oleh orang pribadai dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya;

- Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri;

- Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;

• penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

b) Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21adalah orang pribadi yang merupakan:

Pegawai;

Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;

Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi:

- Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;

- Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;

- Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;

- Pengarang, peneliti, dan penerjemah;

- Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;

- Agen iklan;

- Pengawas atau pengelola proyek;

- Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara;

- Petugas penjaja barang dagangan; - Petugas dinas luar asuransi;

- Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya;

Peserta kegiatan95 yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi :

- Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;

- Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;

- Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu;

- Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang; - Peserta kegiatan lainnya.

c) Tidak termasuk dalam pengertian Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

• Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat:

- Bukan warga negara Indonesia;

- Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut; serta

- Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

• Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat:

- Bukan warga negara Indonesia;

- Tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

d) Penghasilan96 yang dipotong PPh Pasal 21

• Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;

• Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;

• Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis;

• Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan;

• Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;

• Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

• Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan97 lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh: - Bukan Wajib pajak;

- Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final;

- Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit).

e) Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21

• Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

• Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah98;

• Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;

• Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

• Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l Undang-undang Pajak Penghasilan.

f) Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21

DPP PPh

Pasal 21 Berlaku Bagi Skema Penghitungan PPh 21

Penghasilan Kena Pajak Pegawai Tetap99 Penghasilan Bruto xxx Pengurangan: 1. Biaya Jabatan100 xxx 2. Iuran yg terkait dengan gaji101 xxx (+) xxx (-) Penghasilan Netto xxx PTKP xxx (-)

Penghasilan Kena Pajak xxx

Penerima Pensiun Berkala Penghasilan Bruto xxx Pengurangan: Biaya Pensiun102 xxx (-) Penghasilan Netto xxx PTKP xxx (-)

Penghasilan Kena Pajak xxx

Pegawai Tidak Tetap103 yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlahkumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 bulan kalender telah melebihi

Rp1.320.000,00

Penghasilan Bruto xxx

PTKP xxx (-)

Penghasilan Kena Pajak xxx

Bukan Pegawai yang menerima imbalan yang bersifatberkesinambun gan Jumlah Penghasilan yang melebihi Rp150.000,00 sehari

Pegawai Tidak Tetap

yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang

penghasilan kumulatif

yang diterima dalam 1 bulan kalender belum

melebihi Rp1.320.000,00 50% dari jumlah penghasilan bruto

Bukan Pegawaiyang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan

Jumlah penghasilan

bruto

Lainnya

g) Tarif Pemotongan PPh Pasal 21

• Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a104Undang-undang Pajak Penghasilan diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak dari : - Pegawai tetap;

- Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang dibayarkan secara bulanan.

• Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, dan uang saku harian, sepanjang penghasilan tidak dibayarkan secara bulanan, tarif lapisan pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan diterapkan atas:

- Jumlah penghasilan bruto sehari yang melebihi Rp150.000,00; - Jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP yang sebenarnya dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam 1 bulan kalender telah melebihi Rp1.320.000,00.

Dalam hal jumlah pengasilan kumulatif dalam satu bulan kalender telah melebihi Rp6.000.000,00 PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan atas jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan.

• Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan diterapkan atas jumlah kumulatif dalam satu tahun kalender dari:

- Penghasilan Kena Pajak bagi bukan pegawai yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan yang memenuhi ketentuan:

§ Bukan pegawai yang bersangkutan telah mempunyai NPWP;

§ Hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26;

§ Tidak memperoleh penghasilan lainnya.

- 50% dari jumlah penghasilan bruto untuk setiap pembayaran imbalan bagi bukan yang bersifat berkesinambungan yang tidak memenuhi ketentuan untuk memperoleh pengurangan berupa PTKP sebagaimana dimaksud pada angka 1.

- Jumlah penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama;

- Jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai;atau

- Jumlah penghasilan bruto berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

• Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan diterapkan atas:

- 50% dari jumlah penghasilan bruto untuk setiap pembayaran imbalan kepada bukan pegawai yang tidak bersifat berkesinambungan;

- Jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah, yang diterima oleh peserta kegiatan.

h) Besarnya tarif pemotongan PPh Pasal 21 yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan NPWP.

Kepemilikan NPWP dapat dibuktikan oleh Wajib Pajak, antara lain, dengan cara menunjukkan kartu NPWP.

i) Contoh Penghitungan PPh Pasal 21

Gilang Pamungkas pegawai pada perusahaan PT Yasa

Buana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan

Rp2.000.000,00. PT Yasa Buana mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan Premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Yasa Buana menanggung iuran Jaminan Hari Tua

setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Gilang Pamungkas membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Yasa Buana juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya.

PT Yasa Buana membayar iuran pensiun untuk Gilang Pamungkas ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebeasr Rp 100.000,00, sedangkan Gilang Pamungkas membayar iuran pensiun sebesar Rp 50.000,00.

Penghitungan PPh Pasal 21:

Gaji sebulan Rp 2.000.000,00

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 10.000,00

Premi Jaminan Kematian Rp 6.000,00 (+)

Penghasilan Bruto Rp 2.016.000,00 Pengurangan: 1. Biaya jabatan105 5% x Rp 2.016.000,00 Rp 100.800,00 2. Iuran Pensiun Rp 50.000,00

3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 40.000,00 (+) Rp 190.800,00 (-)

Penghasilan Netto sebulan Rp 1.825.200,00

Penghasilan Netto setahun 12 x Rp 1.825.200,00

Rp 21.902.400,00 PTKP

§ untuk WP sendiri Rp 15.840.000,00

§ tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00 (+) Rp 17.160.000,00 (-)

Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 4.742.400,00

Pembulatan Rp 4.742.000,00 PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp 4.742.000,00 Rp 237.100,00 PPh Pasal 21 sebulan106 Rp 237.100,00 : 12 Rp 19.758,00 2) Pemungutan PPh Pasal 22

Pasal 22 Undang-undang Pajak Penghasilan, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain, dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008 tentang Wajib Pajak Badan Tertentu sebagai

Pemungut Pajak Penghasilan dari Pembeli atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah, mengatur antara lain:

Objek PPh Pasal 22 Pemungut PPh Pasal 22 Besarnya Pungutan PPh Pasal 22 Sifat

Impor Barang - Bank Devisa - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Menggunakan API107: § 2,5% dari Nilai Impor108 § 0,5% dari Nilai Impor, atas impor kedelai, gandum dan tepung terigu

bersifat tidak final

dan dapat

diperhitungkan sebagai Kredit Pajak bagi Wajib Pajak yang dipungut Tidak Menggunakan API: 7,5% dari Nilai Impor Tidak dikuasai: 7,5% dari harga jual lelang Pembayaran atas pembelian barang Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya 1,5% dari harga pembelian

bersifat tidak final

dan dapat

diperhitungkan sebagai Kredit Pajak bagi Wajib Pajak yang dipungut Pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP) Bendahara pengeluaran 1,5% dari harga pembelian Pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh KPA 1,5% dari harga pembelian Penjualan hasil produksi di dalam negeri Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha: § Industri semen § Industri kertas § Industri baja § Industri otomotif penjualan kertas di dalam negeri sebesar 0,1% dari DPP PPN

bersifat tidak final

dan dapat

diperhitungkan sebagai Kredit Pajak bagi Wajib Pajak yang dipungut penjualan semua jenis semen di dalam negeri sebesar 0,25% dari DPP PPN penjualan semua

yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak jenis kendaraan bermotor beroda dua atau lebih di dalam negeri sebesar 0,45% dari DPP PPN penjualan baja di dalam negeri sebesar 0,3% dari DPP PPN

Penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas Bahan Bakar Minyak sebesar: a. 0,25% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan kepada SPBU Pertamina; b. 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan kepada SPBU bukan Pertamina dan Non SPBU

Pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak, gas dan pelumas kepada: a. penyalur/agen bersifat final; b. selain penyalur/agen bersifat tidak final dan dapat diperhitungka n sebagai Kredit Pajak. Bahan Bakar Gas

sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN Pelumas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN Pembelian

bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak 0,25% dari harga pembelian tidak termasuk PPN

bersifat tidak final

dan dapat diperhitungkan sebagai pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak yang dipungut

Barang yang tergolong sangat mewah adalah: a. Pesawat udara

pribadi dengan harga jual lebih dari

Rp20.000.000.000,00 b. kapal pesiar dan

sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp10.000.000.000,00 c. rumah beserta

tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,00 Wajib Pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah

5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM

Dapat

diperhitungkan sebagai Kredit Pajak bagi Wajib Pajak yang melakukan pembelian barang yang tergolong sangat mewah.

dan luas bangunan lebih dari 500m2. d. apartemen,

kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari

Rp10.000.000.000,00 dan/atau luas bangunan lebih dari 400m2.

e. kendaraan bermotor roda empat

pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep,

spart utility vehicle

(suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp5.000.000.000,00 dan dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc.

Besarnya pungutan PPh Pasal 22 yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 100% daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak

yang dapat menunjukkan NPWP.

Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22:

a) Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perUndang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan;

b) Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau PPN109:

• Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik.

• Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia yang diakui dan terdaftar dalam peraturan menteri keuangan yang mengatur tentang tata cara pemberian pembebasan bea masuk dan cukai atas impor barang untuk keperluan badan internasional beserta para pejabatanya yang bertugas di Indonesia.

• Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana.

• Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum.

• Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

• Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya.

• Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah.

• Barang pindahan.

• Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan kepabeanan.

• Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum.

• Persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara.

• Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan dan keamanan Negara.

• Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN).

• Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama.

• Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, kapal angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang

Pembelian barang yang tergolong sangat mewah mencerminkan potensi kemampuan

ekonomis (penghasilan) yang sangat besar yang pajaknya kemungkinan belum

diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan penangkapan ikan nasional.

• Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional.

• Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia.

• Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan foto udara wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh

Dalam dokumen Bahan Ajar Pajak Penghasilan (Halaman 108-140)