• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tarif Pajak Penghasilan

Dalam dokumen Bahan Ajar Pajak Penghasilan (Halaman 103-108)

BAB 5 CARA MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN

C. Tarif Pajak Penghasilan

1. Tarif PPh Orang Pribadi (PPh OP)

Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan PPh mengatur bahwa tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

s.d. Rp50.000.000,00 5%

di atas Rp50.000.000,00 s.d. Rp250.000.000,00 15%

di atas Rp250.000.000,00 s.d. Rp500.000.000,00 25%

di atas Rp500.000.000,00 30%

Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajak orang pribadi: Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp 600.000.000,00.

Pajak Penghasilan yang terutang:

5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00 15% x Rp200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00 25% x Rp250.000.000,00 = Rp 62.500.000,00 30% x Rp100.000.000,00 = Rp 30.000.000,00 (+)

2. Tarif PPh Badan

a. Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-undang Pajak Penghasilan

Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah:

Tahun Pajak Tarif Pajak

Tahun Pajak 2009 28%

Sejak Tahun Pajak 2010 25%

b. PENURUNAN TARIF: Tarif Pasal 17 ayat (2b) Undang-undang Pajak Penghasilan

Pasal 17 ayat (2b) Undang-undang Pajak Penghasilan dan Pasal 2 PP Nomor 81 Tahun 2007 tentang Penurunan Tarif Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak

Badan Dalam Negeri yang

Berbentuk Perseroan Terbuka

mengatur bahwapenurunan tarif Pajak Penghasilan sebesar 5% lebih rendah diberikan apabila:

a) Wajib Pajak badan dalam

negeri yang berbentuk

perseroan terbuka90;

b) Paling sedikit 40% dari jumlah

keseluruhan saham yang

disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

c) Jumlah kepemilikan saham publiknya 40%atau lebih dari

keseluruhan saham yang

disetor dan saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 Pihak91;

Penurunan tarif ini dimaksudkan untuk meningkatkan peranan pasar modal sebagai sumber pembiayaan dunia usaha dan mendorong peningkatan jumlah perseroan terbuka dan kepemilikan publik pada perseroan terbuka.

Undang-undang Pajak Penghasilan: - Tarif tunggal sebesar 28% untuk

tahun pajak 2009.

- Mulai tahun 2010 diturunkan menjadi 25%.

Alasan Perubahan:

- Tarif tunggal selaras dengan prinsip netralitas dalam pengenaan pajak atas WP badan.

- Tarif diturunkan secara bertahap untuk meningkatkan daya saing dengan negara-negara lain dalam menarik investasi luar negeri.

d) Masing-masing Pihak hanya boleh memiliki saham kurang dari 5% dari keseluruhan saham yang disetor;

e) Ketentuan tersebut harus dipenuhi dalam waktu paling singkat 6 bulan dalam jangka waktu 1 tahun pajak;

Undang-undang Pajak Penghasilan:

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238/PMK.03/2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan dan Pengawasan Pemberian Penurunan Tarif bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbuka, memberikan contoh sebagai berikut: f) Contoh kondisi yang memenuhi kriteria:

a) Contoh 1

Dari keseluruhan saham PT. Y Tbk. yang disetor, saham yang dimiliki publik sebesar 60%. Saham yang dimiliki publik tersebut dimiliki oleh 400 pihak. Diantara 400 pihak, terdapat 1 pihak yang persentase kepemilikannya sebesar 7%, sisanya 399 pihak hanya memiliki persentase kepemilikan kurang dari 5%. Kondisi tersebut terjadi selama 234 hari dalam 1 tahun pajak. PT. Y Tbk. tetap memenuhi ketentuan persentase kepemilikan kurang dari 5%, sehingga tetap memperoleh fasilitas penurunan tarif Pajak Penghasilan sebesar 5% lebih rendah.

b) Contoh 2

Dari keseluruhan saham PT. Z Tbk. yang disetor, saham yang dimiliki publik sebesar 45%. Saham yang dimiliki publik tersebut dimiliki oleh 399 pihak. Persentase kepemilikan para pihak yang paling tinggi sebesar 4,99%. Kondisi tersebut terjadi selama 183 hari dalam 1 tahun pajak. Dengan demikian PT. Z Tbk. memenuhi ketentuan sehingga memperoleh fasilitas penurunan tarif Pajak Penghasilan sebesar 5% lebih rendah.

g) Contoh kondisi yang tidak memenuhi kriteria:

Dari keseluruhan saham PT. XYZ Tbk. yang disetor, saham yang dimiliki publik sebesar 45%. Saham yang dimiliki publik tersebut dimiliki oleh 325 pihak. Diantara 325 pihak, terdapat 1 pihak yang persentase kepemilikannya sebesar 7%, sisanya 324 pihak hanya

memiliki persentase kepemilikan kurang dari 5%. Kondisi tersebut terjadi selama 200 hari kalender dalam 1 tahun pajak. PT. XYZ Tbk, tidak memenuhi ketentuan jumlah kepemilikan saham publik 40% (hanya 38%), sehingga tidak dapat memperoleh fasilitas penurunan tarif Pajak Penghasilan sebesar 5% lebih rendah.

c. Pengurangan Tarif: Tarif Pasal 31E Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 31E Undang-undang Pajak Penghasilanmengatur bahwa Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) Undang-undang Pajak Penghasilan yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-66/PJ/2010 tentang Penegasan atas Pelaksanaan Pasal 31E Ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 menegaskan bahwa:

1) Fasilitas pengurangan tarif sesuai dengan Pasal 31E ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan dilaksanakan dengan cara self

assessment pada saat penyampaian SPT Tahunan Pajak

Penghasilan Wajib Pajak Badan. Dengan demikian, Wajib Pajak tidak perlu menyampaikan permohonan untuk dapat memperoleh fasilitas tersebut.

2) Batasan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00

adalah sebagai batasan

maksimal peredaran bruto yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan dalam

negeri untuk dapat

memperoleh fasilitas

pengurangan tarif sesuai

Tarif Pasal 31E:

Insentif ini diberikan untuk mendukung program Pemerintah dalam rangka pemberdayaan UMKM. Mengurangi beban pajak bagi WP badan UMKM akibat penerapan tarif tunggal PPh badan.

dengan Pasal 31E ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan.

3) Peredaran bruto sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 31E ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha sebelum dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, meliputi :

a) Penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan bersifat final; b) Penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan tidak bersifat final; c) Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak.

4) Fasilitas Pasal 31E ayat (1) tersebut bukan merupakan pilihan.

Sepanjang akumulasi peredaran bruto tidak melebihi

Rp50.000.000.000,00, tarif Pajak Penghasilan yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri wajib mengikuti ketentuan fasilitas pengurangan tarif sesuai dengan Pasal 31E ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan.

Contoh Penghitungan Fasilitas Pengurangan Tarif Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri Berdasarkan Pasal 31E Undang-undang Pajak Penghasilan:

a) Contoh 1

Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp4.500.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak (PhKP) sebesar Rp500.000.000,00.

Penghitungan pajak yang terutang:

Seluruh PhKP yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenai tarif sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto PT Y tidak melebihi Rp4.800.000.000,00.

Pajak Penghasilan yang terutang:

(50% x 28%) x Rp500.000.000,00 = Rp70.000.000,00 b) Contoh 2

Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp30.000.000.000,00 dengan PhKP sebesar Rp3.000.000.000,00. Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:

3) Jumlah PhKP dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas:

4) Jumlah PhKP dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas:

Rp3.000.000.000,00 – Rp480.000.000,00 = Rp2.520.000.000,00 Pajak Penghasilan yang terutang:

5) (50% x 28%) x Rp480.000.000,00 = Rp 67.200.000,00 6) 28% x Rp2.520.000.000,00 = Rp 705.600.000,00 (+) Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang = Rp 772.800.000,00

Dalam dokumen Bahan Ajar Pajak Penghasilan (Halaman 103-108)