• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengurang Penghasilan Bruto

Dalam dokumen Bahan Ajar Pajak Penghasilan (Halaman 52-61)

BAB 4 PENGHASILAN KENA PAJAK

A. Pengurang Penghasilan Bruto

Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 tahun dan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.

Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah dan sebagainya, sedangkan pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi.

Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilanmenyatakan bahwa besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:

1. Biaya yang secara langsung/tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha.

4

Tujuan Instruksional Khusus:

1. Mampu menguraikan tentang pengeluaran/biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.

2. Mampu menguraikan tentang pengeluaran/biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.

3. Mampu menguraikan tentang kompensai kerugian fiskal.

4. Mampu menjelaskan tentang Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). 5. Mampu menguraikan tentang penyusutan dan amortisasi fiskal. 6. Mampu menguraikan tentang penilaian persediaan.

7. Mampu menguraikan tentang nilai perolehan harta dalam hal terjadi jual beli; tukar-menukar; pengalihan harta dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha; penyerahan harta karena hibah, bantuan, sumbangan dan warisan; penyerahan harta sebagai pengganti saham atau penyertaan modal; dan penilaian kembali aktiva tetap

Biaya-biaya ini lazim disebut biaya sehari-hari yang boleh dibebankan pada tahun pengeluaran. Untuk dapat dibebankan sebagai biaya, pengeluaran-pengeluaran tersebut harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. Dengan demikian, pengeluaran-pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak tidak boleh dibebankan sebagai biaya.

Pengeluaran-pengeluaran yang tidak ada hubungannya dengan upaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan pribadi pemegang saham, pembayaran bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk keperluan pribadi peminjam serta pembayaran premi asuransi untuk kepentingan pribadi, tidak boleh dibebankan sebagai biaya.

Pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik. Dengan demikian, apabila pengeluaran yang melampaui batas kewajaran tersebut dipengaruhi oleh hubungan istimewa, jumlah yang melampaui batas kewajaran31 tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.

Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:

a. Biaya pembelian bahan.

b. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang.

Pengeluaran-pengeluaran sehubungan dengan pekerjaan yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam bentuk uang. Pengeluaran yang dilakukan dalam bentuk natura atau kenikmatan, misalnya fasilitas menempati rumah dengan cuma-cuma, tidak boleh dibebankan sebagai biaya, dan bagi pihak yang menerima atau menikmati bukan merupakan penghasilan. Namun, pengeluaran dalam bentuk natura atau kenikmatan tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-undang Pajak Penghasilan, boleh dibebankan sebagai biaya dan bagi pihak yang menerima atau menikmati bukan merupakan penghasilan.

Bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk membeli saham tidak dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang dividen yang diterimanya tidak merupakan objek pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f Undang-undang Pajak Penghasilan. Bunga pinjaman yang tidak boleh dibiayakan tersebut dapat dikapitalisasi sebagai penambah harga perolehan saham.

d. Biaya perjalanan.

e. Biaya pengolahan limbah. f. Premi asuransi.

Pembayaran premi asuransi oleh pemberi kerja untuk kepentingan pegawainya boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan, tetapi bagi pegawai yang bersangkutan premi tersebut

merupakan penghasilan. g. Biaya promosi dan penjualan.

Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 2/PMK.03/2010 tentang Biaya Promosi dan Penjualan yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto, mengatur antara lain:

1) Biaya Promosi32 adalah bagian dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh

Wajib Pajak dalam rangka

memperkenalkan dan/atau

menganjurkan pemakaian suatu produk baik langsung maupun tidak langsung untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan.

2) Besarnya Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto merupakan akumulasi dari jumlah:

a) Biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media lainnya.

b) Biaya pameran produk.

c) Biaya pengenalan produk baru.

d) Biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk. 3) Tidak termasuk Biaya Promosi adalah:

Biaya Promosi dan Penjualan ditegaskan sebagai pengurang penghasilan bruto.

Alasan Perubahan:

Biaya promosi dan penjualan dapat muncul dalam berbagai bentuk dan bergantung pada jenis usaha WP sehingga perlu diatur secara khusus dalam PMK termasuk besaran biaya tersebut yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

a) Pemberian imbalan berupa uang dan/atau fasilitas, dengan nama dan dalam bentuk apapun, kepada pihak lain yang tidak berkaitan langsung dengan penyelenggaraan kegiatan promosi.

4) Biaya Promosi untuk mendapatkan, menagih, dan menelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak dan yang telah dikenai pajak bersifat final.

5) Dalam hal promosi dilakukan dalam bentuk pemberian sampel produk, besarnya biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar harga pokok sampel produk yang diberikan, sepanjang belum dibebankan dalam perhitungan harga pokok penjualan.

6) Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif33 atas pengeluaran Biaya Promosi yang dikeluarkan kepada pihak lain dan dilaporkan sebagai lampiran saat Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan.

h. Biaya administrasi.

i. Pajak, kecuali Pajak Penghasilan.

1) Pajak-pajak yang menjadi beban perusahaan dalam rangka usahanya selain Pajak Penghasilan, misalnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Meterai, Pajak Hotel, dan Pajak Restoran, dapat dibebankan sebagai biaya.

2) Pasal 10 ayat (1) PP Nomor 94 Tahun 2010 menyatakan bahwa Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan34 dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sepanjang dapat dibuktikan Pajak Masukan tersebut:

a) Benar-benar telah dibayar;

b) Berkenaan dengan pengeluaran yang berhubungan dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

3) Pasal 10 ayat (2) PP Nomor 94 Tahun 2010 mengatur bahwa Pajak Masukan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sehubungan dengan pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud serta biaya lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A Undang-undang Pajak Penghasilan, harus dikapitalisasi dengan pengeluaran atau biaya tersebut dan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi.

2. Penyusutan35.

a. Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan harta tak berwujud serta pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau amortisasi.

b. Pengeluaran yang menurut sifatnya merupakan pembayaran di muka, misalnya sewa untuk beberapa tahun yang dibayar sekaligus, pembebanannya dapat dilakukan melalui alokasi.

3. Iuran kepada dana pensiun.

Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan boleh dibebankan sebagai biaya, sedangkan iuran yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya tidak atau belum disahkan oleh Menteri Keuangan tidak boleh

dibebankan sebagai biaya.

4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta.

a. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang menurut tujuan semula tidak dimaksudkan untuk dijual atau dialihkan yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan

memelihara penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

b. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki tetapi tidak digunakan dalam perusahaan, atau yang dimiliki tetapi tidak digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.

5. Kerugian selisih kurs mata uang asing.

Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.

6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.

Beasiswa yang dapat dibiayakan diperluas meliputi pemberian beasiswa kepada bukan pegawai seperti pelajar dan mahasiswa tetapi tetap memperhatikan kewajarannya.

Alasan Perubahan:

Mendorong peran serta masyarakat (WP) untuk mendukung program pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan.

Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia dalam jumlah yang wajar untuk menemukan teknologi atau sistem baru bagi pengembangan perusahaan boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan.

7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.

Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan beasiswa, magang, dan pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan dengan memperhatikan kewajaran, termasuk beasiswa yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah beasiswa yang diberikan kepada pelajar, mahasiswa, dan pihak lain.

8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih36.

Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dengan syarat:

a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial37;

b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak38;

c. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis

mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus39; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.

Penerbitan umum atau khusus adalah penerbitan yang meliputi:

1) Penerbitan umum adalah pemuatan pengumuman pada penerbitan surat kabar/majalah atau media massa cetak yang lazim lainnya yang berskala nasional;

2) Penerbitan khusus adalah pemuatan pengumuman pada:

a) Penerbitan Himpunan Bank-Bank Milik Negara

(HIMBARA)/Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (PERBANAS); b) Penerbitan/pengumuman khusus Bank Indonesia;

Syarat pada huruf ctidak berlaku unt uk penghapusan piut ang t ak

c) Penerbitan yang dikeluarkan oleh asosiasi yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan pihak kreditur menjadi anggotanya.

Penghapusan piutang tak tertagih Debitur Kecil.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.03/2009 tentang Piutang yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih yang Dapat Dikurangkan dari

Penghasilan Bruto sebagaimana telah diubah dengan

PMK-57/PMK.03/2010mengatur antara lain:

1) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil adalah piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi Rp100.000.000,00, yang merupakan gunggungan jumlah piutang dari beberapa kredit yang diberikan oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri sebagai akibat adanya pemberian:

a) Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra)

Yaitu kredit lunak untuk usaha ekonomi produktif yang diberikan kepada Keluarga Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera I yang telah menjadi peserta Takesra dan tergabung dalam kegiatan kelompok Prokesra-OPPKS.

b) Kredit Usaha Tani (KUT)

Yaitu kredit modal kerja yang diberikan oleh bank kepada koperasi primer baik sebagai pelaksana (executing) maupun penyalur (channeling) atau kepada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai pelaksana pemberian kredit, untuk keperluan petani yang tergabung dalam kelompok tani guna membiayai usaha taninya dalam rangka intensifikasi padi, palawija, dan hortikultura.

c) Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS)

Yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada masyarakat untuk pemilihan rumah sangat sederhana (RSS).

d) Kredit Usaha Kecil (KUK)

Yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil. e) Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Yaitu kredit yang diberikan untuk keperluan modal usaha kecil lainnya selain KUK.

f) Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi.

2) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil lainnya adalah piutang debitur kecil lainnya yang jumlahnya tidak melebihi Rp5.000.000,00.

3) Apabila Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dibayar seluruhnya atau dibayar sebagian oleh debitur, jumlah piutang yang dibayar seluruhnya atau dibayar sebagian tersebut merupakan penghasilan bagi kreditur pada tahun pajak diterimanya pembayaran.

9. Sumbangan dalam hal tertentu.

PP Nomor 93 Tahun 2010, mengatur hal-hal sebagai berikut:

a. Sumbangan dan/atau biaya yang dapat dikurangkan sampai jumlah tertentu dari penghasilan bruto dalam rangka penghitungan penghasilan kena pajak bagi wajib pajak terdiri atas:

1) Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional40.

Merupakan sumbangan untuk korban bencana nasional yang

disampaikan secara

langsung melalui badan penanggulangan bencana41 atau disampaikan secara tidak langsung melalui lembaga atau pihak yang telah mendapat izin dari

instansi/lembaga yang

berwenang untuk

pengumpulan dana

penanggulangan bencana; 2) Sumbangan dalam rangka

penelitian42 dan

pengembangan43. Merupakan

sumbangan untuk penelitian

Sumbangan yang dapat dibiayakan meliputi:

- sumbangan penanggulangan bencana nasional

- sumbangan penelitian dan

pengembangan yang dilakukan di Indonesia

- biaya pembangunan infrastruktur sosial

- sumbangan fasilitas pendidikan

- sumbangan pembinaan olahraga

Alasan Perubahan:

Memberikan insentif atau dorongan kepada masyarakat (WP) agar secara langsung

berperan serta dalam membantu

penanggulangan korban bencana dan peningkatan kualitas hidup dan prestasi bangsa.

dan pengembangan yang dilakukan di wilayah Republik Indonesia yang disampaikan melalui lembaga penelitian dan pengembangan44.

3) Sumbangan fasilitas pendidikan45.

Merupakan sumbangan berupa fasilitas pendidikan yang disampaikan melalui lembaga pendidikan46.

4) Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga.

Merupakan sumbangan untuk membina, mengembangkan dan mengoordinasikan suatu atau gabungan organisasi cabang/jenis olahraga prestasi47 yang disampaikan melalui lembaga pembinaan olahraga48; 5) Biaya pembangunan infrastruktur sosial.

Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum dan bersifat nirlaba.

Nilai biaya pembangunan infrastruktur sosial ditentukan berdasarkan jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan untuk membangun sarana dan/atau prasarana..

b. Sumbangan dan/atau biaya tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dengan syarat:

1) Wajib Pajak mempunyai penghasilan netto fiskal berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak sebelumnya.

2) Pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi pada Tahun Pajak sumbangan diberikan.

Contoh:

PT Gunung Raya pada tahun 2009 mempunyai penghasilan netto fiskal sebesar Rp1.000.000.000,00. Pada tahun 2010 Wajib Pajak memberikan sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga melalui lembaga pembinaan olahraga sebesar Rp.40.000.000,00. Pada tahun 2010 Wajib Pajak mempunyai penghasilan netto fiskal sebesar Rp30.000.000,00. Wajib Pajak tidak diperkenankan mengurangkan sumbangan tersebut dari penghasilan bruto tahun 2010 karena akan menyebabkan rugi sebesar Rp10.000.000,00.

4) Lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki NPWP, kecuali badan yang dikecualikan sebagai subjek pajak sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang Pajak Penghasilan.

5) Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan infrastruktur sosial yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk 1 tahun dibatasi tidak melebihi 5% dari penghasilan netto fiskal Tahun Pajak sebelumnya.

Contoh:

Penghasilan netto fiskal Wajib Pajak adalah Rp60.000.000.000,00 maka jumlah sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto yaitu maksimal 5% atau sebesar Rp3.000.000.000,00.

Apabila Wajib Pajak memberikan sumbangan sebesar

Rp5.000.000.000,00 maka yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto hanya sebesar Rp3.000.000.000,00.

6) Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional, sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia, sumbangan fasilitas pendidikan, dan sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga dapat diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang49.

7) Biaya pembangunan infrastruktur sosial diberikan hanya dalam bentuk sarana dan/atau prasarana50.

c. Sumbangan dan/atau biaya tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi pihak pemberi apabila sumbangan dan/atau biaya diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa51.

d. Nilai sumbangan dalam bentuk barang ditentukan berdasarkan:

1) Nilai perolehan, apabila barang yang disumbangkan belum disusutkan. 2) Nilai buku fiskal, apabila barang yang disumbangkan sudah disusutkan. 3) Harga pokok penjualan, apabila barang yang disumbangkan merupakan

barang produksi sendiri.

Dalam dokumen Bahan Ajar Pajak Penghasilan (Halaman 52-61)