• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

D. Mencegah Kredit Bermasalah

Menurut Rivai (2013:403) Pembinaan Kredit adalah upaya yang dilakukan dalam mengelola kredit bermasalah agar dapat diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan tujuan dari pemberian kredit tersebut.

Penyelamatan Kredit

Menurut Rivai (2013:403) penyelamatan Kredit adalah upaya yang dilakukan di dalam pengelolaan kredit bermasalah yang masih mempunyai prospek didalam usahanya dengan tujuan untuk meminimalkan kemungkinan timbulnya kerugian bagi bank, menyelamatkan kembali kredit yang ada agar menjadi lancar atau dengan kata lain, kualitas kredit nasabah meningkat, serta usaha-usaha lain yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas usaha nasabah.

Penyelesaian Kredit

Menurut Rivai (2013:403) Penyelesaian kredit adalah upaya yang dilakukan bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah yang tidak mempunyai prospek setelah usaha-usaha pembinaan, penyelamatan, dan dengan jalan apa pun ternyata tidak mungkin dilakukan lagi, dengan tujuan untuk mencegah risiko bank yang semakin besar serta mendapatkan pelunasan kembali atas kredit tersebut dari debitur dengan berbagai macam upaya yang dapat ditempuh oleh bank.

Tahapan Penanganan Kredit Bermasalah

Menurut Rivai (2013:455) Kegiatan bank dalam menanggulangi kredit bermasalah dikelompokkan menjadi sebagai berikut :

1. Pembinaan, yaitu upaya yang dilakukan dalam pengelolaan kredit agar dapat diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan tujuan dari pemberian kredit tersebut. Tindakan yang dapat digolongkan ke dalam upaya ini adalah penagihan oleh petugas bank.

2. Penyelamatan, yaitu upaya yang dilakukan di dalam pengelolaan kredit bermasalah yang masih mempunyai prospek didalam usahanya dengan tujuan untuk meminimalkan kemungkinan timbulnya kerugian bagi bank, menyelamatkan kembali kredit yang ada agar menjadi lancar, serta usaha-usaha lainnya yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas usaha-usaha debitur.

Tindakan yang dapat digolongkan ke dalam upaya ini adalah : a. rescheduling (Rı) ;

b. reconditioning (R2) ; c. restructuring (R3) ; d. bimbingan masyarakat;

e. penyertaan bank (PB)

3. Penyelesaian, yaitu upaya yang dilakukan bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah yang tidak mempunyai prospek setelah upaya-upaya pembinaan dan penyelamatan ternyata tidak mungkin dilakukan lagi dengan tujuan mencegah risiko bank yang semakin besar, serta mendapatkan pelunasan kembali atas kredit tersebut dari debitur dengan berbagai upaya yang dapat ditempuh oleh bank.

Tindakan yang dapat digolongkan ke dalam upaya ini adalah : a. Subrogasi (S) ;

b. Novasi (N) ;

c. Penebusan jaminan (PJ) ; d. Kompensasi (KO) ; e. Likuidasi (L) ;

f. Keringanan tunggakan bunga, denda dan ongkos (KE) ; g. Penyelesaian secara hukum di Pengadilan Negeri (PN) ;

Menurut Kasmir (2012:110) tahapan penanganan kredit bermasalah dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Rescheduling

a) Memperpanjang jangka waktu kredit

Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi 1 tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikan nya.

b) Memperpanjang jangka waktu angsuran

Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit.

Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya pun misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran.

2. Reconditioning

Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti berikut ini.

a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok.

b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu.

Dalam hal penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa.

c. Penurunan suku bunga

Penurunan suku bunga yang dimaksudkan agar lebh meringankan beban nasabah.

d. Pembebasan bunga

Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut.

3. Restructuring

a. Dengan menambah jumlah kredit.

b. Dengan menambah equity yaitu dengan menyetor uang tunai dan tambahan dari pemilik.

4. Kombinasi

Merupakan kombinasi dari ketiga jenis di atas.

5. Penyitaan jaminan

Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya etiket, baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya.

E. Cara PT.Bank SUMUT Mengatasi Kredit Bermasalah, antara lain : 1. Pemohon harus menjadi nasabah Bank (nasabah, Giro, Deposito,

Tabungan) minimal 3 (tiga) bulan kecuali pemohon yang usahanya berdasarkan aspek-aspek penilaian kredit layak untuk dibiayai,

seperti pemohon yang memiliki reputasi baik dikenal umum dan usaha yang layak dibiayai,dll.

2. Untuk usaha perorangan, telah beroperasi secara komersial minimal 2 (dua) tahun dilihat dari aktivitas usaha secara nyata.

3. Untuk Badan Usaha (baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum), telah beroperasi secara komersial minimal 2 (dua) tahun dilihat dari aktivitas usaha secara nyata, tidak hanya berdasarkan akte pendirian usahanya.

4. Penerima kredit harus menyalurkan hasil usahanya melalui rekening giro yang bersangkutan, sehingga rekening kredit ini dapat dikontrol dan dinilai perputaran keuangannya.

5. Terhadap PMK pembaharuan dibebankam biaya kredit sesuai dengan ketentuan yang mengatur tentang Biaya dan Suku Bunga Kredit Umum.

6. Apabila agunan yang diajukan telah dibebani Hak Tanggungan dan kemudian akan di tanggung rentengkan dengan agunan Kredit Umum yang dimohon, maka wajib dilakukan pembebanan Hak Tanggungan peringkat ke-2 atas sertifikat yag diagunkan sebesar ketentuan rasio agunan atau sebesar dispensasi rasio agunan yang disetujui Direksi terhadap maksimum kreditnya, walaupun beban Hak Tanggungan peringkat ke-1 (pertama) dapat mengcover kredit sebelumnya Kredit Umum yang akan diberikan. Hal ini karena perjanjian induknya berbeda atau apabila kredit mengalami default, hasil eksekusi Hak Tanggungan peringkat ke-1 setelah pelunasan

kredit sebelumnya tidak serta merta dapat digunakan untuk melunaskan Kredit Umum.

7. Direksi dapat memberikan dispensasi atau tambahan ketentuan / persyaratan lain diluar yang telah ditetapka dalam BPP ini dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, yang mekanismenya diatur sebagai berikut :

a) Pemimpin Cabang agar mengajukan permohonan secara kasus per kasus.

b) Dalam permohonan yang di ajukan tersebut agar dilakukan kajian khusus dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan di sertai dengan usul yang dipertanggung jawabkan.

c) Terhadap debitur yang diberikan disepensasi atau tambahan ketentuan / persyaratan agar disupervisi secara langsung oleh pemimpin Cabang.

F. Efektifitas PT Bank SUMUT Cabang Pembantu Setia Budi Medan Dalam Pemberian Kredit Modal Kerja

Permohonan Kredit

Mengajukan permohonan secara tertulis yang telah dilengkapi dengan fotocopy persyaratan-persyaratan.

Identifikasi Pendahuluan

Setelah menerima berkas permohonan tersebut diatas. Cabang harus melakukan identifikasi pendahuluan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Meminta informasi kredit atas nama calon debitur (suami dan istri), pengurus dan pemilik perusahaan melalui fasilitas SID dan OLIBs (online

banking system), sekaligus memeriksa termasuk atau tidaknya pihak-pihak tersebut dalam daftar hitam (blacklist).

b. Sebelum melakukan analisis terhadap permohonan kredit, Cabang terlebih dahulu harus melakukan verifikasi terhadap :

1) Kelengkapan dokumen yang di persyaratkan.

2) Keabsahan dokumen-dokumen pendukung permohonan kredit.

3) Kebutuhan data pendukung lainnya yang diperlukan.

c. Data berkas pendukung yang diminta Kantor Cabang berupa fotocopy diwajibkan pengecekan ulang dengan aslinya.

d. melakukan recheck / konfirmasi ulang kepada instansi yang terkait terhadap legalitas dan izin usaha yang diragukan kebenarannya.

e. Melaksanakan checking on the spot terhadap usaha dan taksasi agunan sesuai ketentuan yang berlaku.

f. Membuat laporan taksasi agunan dan analisa pendahuluan.

g. Untuk kredit diatas Rp 5 Milyar penilaian agunan harus didukung dengan hasil penilaian dari kantor Jasa Penilai Publik.

Analisa Kredit

Setelah analisa pendahuluan disetujui untuk diproses lebih lanjut,maka cabang harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Melakukan analisa lanjutan untuk menilai kelayakan permohonan dari berbagai aspek dengan Kebijaksanaan Perkreditan PT.Bank SUMUT dengan menganut prinsip kehatian-hatian/prudential.

b. Hasil analisa lanjutan dituangkan dalam bentuk memorandum pengusulan kredit.

c. Analisis Kredit dilaksanakan oleh petugas analis yang ditunjuk guna memberikan gambaran tentang kondisi pemohon, keadaan keuangan pemohon dan kemampuan bayar pemohon sebagai bahan pertimbangan dalam proses keputusan kredit oleh Kelompok Pemutus Kredit (KPK).

Keputusan Kredit

a. Keputusan persetujuan / penolakan pemberian kredit berpedoman kepada ketentuan yang berlaku.

b. Jika Permohonan kredit diputuskan disetujui, maka cabang harus menerbitkan surat persetujuan pemberian kredit (SPPK) kepada debitur dengan memperhatikan ketentuan yang tercantum pada MPK (memorandum pengusulan kredit) atapun IMK. Standar SPPK sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Apabila permohonan kredit dinilai tidak layak untuk dibiayai, maka Cabang harus membuat surat pemberitahuan mengenai penolakan permohonan kredit tersebut.

d. Untuk pemberian Kredit Umum diatas wewenang Pemimpin Cabang, maka ditetapkan ketentuan sebagai berikut :

1) Pemberian kredit dapat direalisasi setelah ada surat izin Memberikan Kredit (IMK).

2) IMK hanya berlaku selama jangka waktu kredit maksimum 12 (dua belas) bulan.

3) IMK yang telah diterbitkan harus direalisasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan terhitung dari tanggal terbitnya IMK. Apabila kredit

tidak direalisasi lebih dari 1 (satu) bulan terhitung dari tanggal terbitnya IMK,maka IMK tersebut menjadi batal.

4) IMK yang telah batal namun menurut pertimbangan cabang kredit masih layak untuk diberikan lagi, maka cabang harus mengajukan IMK kembali ke kantor yang menerbitkan IMK dengan disertai alas- an dan data pendukung.

e. Apabila calon debitur menyetujui syarat dan kondisi yang tercantum dalam SPPK, maka cabang dapat melakukan penandatanganan Persetujuan Membuka Kredit (PMK) dan pengikatan Barang Agunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan memperhatikan ketentuan lainnya yang tercantum pada MPK (memorandum pengusulan kredit) ataupun IMK.

Perjanjian Kredit

a. Penandatanganan PMK (persetujuan membuka kredit) dilaksanakan setelah pemohon menyetujui, melengkapi persyaratan dan menandatangani SPPK (surat persetujuan pemberian kredit).

b. Perjanjian Kredit menggunakan form PMK sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Pada pasal tambahan PMK harus dicantumkan klausula “Pengajuan Permohonan Pembaharuan Kredit Umum ini paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tanggal jatuh tempo.”

d. Keterlambatan pengajuan permohonan pembaharuan Kredit Umum akan mempengaruhi waktu proses dan realisasi kredit, yang dapat mengakibatkan memburuknya kualitas kredit.

e. Dokumen PMK dibuat minimal dalam rangkap 3 (tiga) :

1) Lembar PMK yang dibubuhi / diterakan materai pada posisi Bank, diserahkan kepada debitur.

2) Lembar PMK yang dibubuhi / diterakan materai pada posisi debitur, disimpan bersama dokumen asli agunan.

3) Lembar PMK yang tidak dibubuhi / diterakan materai, disimpan dalam bundel berkas kredit.

f. PMK harus ditandatangani oleh calon debitur di hadapan Pemimpin Cabang atau Wakil Pemimpin Cabang, namun PMK tetap ditandatangani oleh Pemimpin Cabang.

g. Akta Pengakuan Hutang (APH) dibuat secara Notarial Akta dan ditandatangani di hadapan Notaris.

Pengikatan Agunan Kredit

Pengikatan agunan kredit dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Realisasi Kredit

Realisasi kredit dilaksanakan dengan ketentuan : a. Semua Persyaratan kredit telah terpenuhi.

b. PMK berikut dengan perjanjian turutannya telah ditandatangani.

c. Pengikatan agunan telah dilaksanakan.

d. Asuransi jiwa dan barang agunan telah dipastikan dapat dipertanggungkan kepada perusahaan asuransi, termasuk jumlah biaya premi yang menjadi beban debitur.

e. Seluruh biaya yang berkaitan dan menjadi beban debitur sudah disetorkan ke rekening giro debitur yang bersangkutan.

f. Pemohon menyerahkan Surat Kuasa untuk mendebet / blokir rekening giro.

g. Membuka rekening pinjaman atas nama pemohon pada aplikasi OLIB’s PAPI (online banking sistem).

h. Realisasi kredit dilaksanakan dengan pemindahan ke rekening giro atas nama debitur.

Tabel 3.1

Total Kredit Modal Kerja PT Bank SUMUT Cabang Pembantu Setia Budi Medan

Periode tahun 2010 s/d 2013

Jenis Penggunaan 2011 2012 2013

Kredit Modal kerja 3.228.668.363,99 3.358.856.356,00 3.422.436.664,00 Sumber : PT Bank SUMUT Cabang Pembantu Setia Budi Medan

Dari tabel di atas dapat dilakukan analisis bahwa jumlah kredit modal kerja terkecil adalah pada tahun 2010 yaitu Rp. 3.228.668.363,9. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 2012, dimana kredit modal kerja mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi Rp. 3.358.856.356,00. Dan kredit modal kerja terbesar adalah pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 3.422.436.664,00.

PT. BANK SUMUT CABANG PEMBANTU SETIA BUDI MEDAN Periode Tahun 2013

No NO REK NAMA Plafond Saldo Akhir Kolektibility Nilai

Agunan

KD PRODUK

PRODNAME JNK WKT BL

1 04010000122 Irsan Ar Rasyid 150000000 145137806.6 1 78300000 01 KREDIT UMUM 84

2 04010000424 Putri Siska 300000000 298967600.4 1 0 01 KREDIT UMUM 42

3 06230000014 Drs. Ali Bangun 99000000 82700875 1 0 23 KMG MODAL KERJA 120

4 06230000021 Tikholija Hrp 105000000 76324519 1 0 23 KMG MODAL KERJA 114

5 06230000031 Lukman Sakti 76000000 54201144 1 0 23 KMG MODAL KERJA 120

6 06230000050 Debby Andriani 170000000 166255439 1 0 23 KMG MODAL KERJA 120

7 06230000063 Eti Kumala Sari 190000000 186972713 1 0 23 KMG MODAL KERJA 120

8 06230000075 Suryati Pasaribu 265000000 262203615 1 0 23 KMG MODAL KERJA 120

9 06230000075 Sri Eka Hidayatun 258000000 254535352 1 0 23 KMG MODAL KERJA 51

10 06230000087 Thomas Joseph 98000000 57347075 1 0 23 KMG MODAL KERJA 84

11 06230000300 Magdalena Ginting 165000000 110225121 1 0 23 KMG MODAL KERJA 112

12 06230000349 Gus Ishak Saragih 200000000 183310875 1 0 23 KMG MODAL KERJA 36

13 06230000351 Budi Saputa Tobing 317800000 315523878 1 0 23 KMG MODAL KERJA 36

14 06230000385 Fernando Sitorus 125000000 98153526 1 0 23 KMG MODAL KERJA 24

15 06230000400 Aridhatul A. Izzah 180000000 170248983 1 0 23 KMG MODAL KERJA 36

16 06230000413 Jumaidi Sembiring 250000000 241572201 1 0 23 KMG MODAL KERJA 24

17 06230000425 Tri Agung Perdana 110000000 96897952 1 0 23 KMG MODAL KERJA 36

18 06230000437 Hermansyah 220000000 209320004 1 0 23 KMG MODAL KERJA 24

19 06230000449 Kombang Siregar 240000000 232964375 1 0 23 KMG MODAL KERJA 36

Sumber : PT. Bank SUMUT Cabang Pembantu Setia Budi Medan

Tabel 3.3

Daftar Rasio Keuangan

PT Bank SUMUT Cabang Pembantu Setia Budi Medan Periode tahun 2011-2013

Kredit bermasalah (Non Performing Loan Bruto) BOPO (Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional)

60.45 % 59,44 % 55,12 % LDR (Loan to Deposit Ratio) 71.44 % 76,44 % 75,10 % NPL Netto (non performing loan) 0.33 % 0,30 % 0,30 % Sumber : PT Bank SUMUT Cabang Pembantu Setia Budi Medan

Dari data di atas dapat di simpulkan perbandingan dari periode 2011 sampai 2013 kredit bermasalah semakin menurun, dapat dilihat di tahun 2011 kredit modal kerja 0,10 % di tahun 2012 kredit bermasalah mengalami penurunan 0,9 % dan pada tahun 2013 kredit bermasalah mengalami penurunan lebih rendah dari tahun 2012 yaitu 0,6 %, dari jumlah kredit modal kerja pada tahun 2011 sebesar Rp. 3.228.668.363,99 maka 0,10 % dari jumlah kredit modal kerja tahun 2011 adalah Rp. 3.228.668,36, tahun 2012 jumlah kredit modal kerja sebesar Rp.

30.229.707,204, dan tahun 2013 jumlah kredit modal kerja sebesar Rp.

3.422.436.664,00, maka 0,6 % dari jumlah kredit modal kerja tahun 2013 adalah Rp.20.534.619,98. Itu membuktikan bahwa PT Bank SUMUT Cabang Pembantu Setia Budi Medan efektif mengurangi kredit bermasalah dari tahun ke tahun berikutnya. Bagi bank semakin dini menganggap kredit yang diberikan menjadi bermasalah, semakin baik karena akan berdampak semakin dini pula dalam upaya penyelamatannya sehingga tidak terlanjur parah yang berakibat semakin sulit penyelesaiannya.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Sebagai penutup dari penelitian yang penulis lakukan terhadap efektifitas pemberian kredit modal kerja untuk mencegah kredit bermasalah pada PT.Bank SUMUT Cabang Pembantu Setia Budi Medan maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Variabel Nilai jaminan, laba usaha, omset usaha dan umur usaha berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja pada PT Bank Sumut Cabang Pembantu Setia Budi Medan.

2. Variabel jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja pada PT Bank SUMUT cabang pembantu Setia Budi Medan.

3. Dalam kurun waktu tiga tahun yaitu tahun 2011, 2012, dan 2013 jumlah Kredit modal kerja pada Bank Sumut Cabang Pembantu Setia Budi Medan mengalami peningkatan yaitu dari yang awalnya sebesar Rp.

3.228.668.363,99 meningkat menjadi Rp. 3.358.856.356,00 di tahun 2012, dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2013 menjadi Rp.

3.422.436.664,00.

4. Di lihat dari data Kredit Modal Kerja tahun 2013 PT Bank SUMUT cabang pembantu Setia Budi Medan berkisar 19 nasabah, dan dari data itu terlihat bahwa kredit modal kerja yang diberikan PT.Bank SUMUT cabang pembantu Setia Budi Medan tidak bermasalah, upaya yang telah dilakukan

PT Bank SUMUT cabang pembantu Setia Budi Medan sudah efektifdalam mengatasi kredit bermasalah berdasarkan dari data Kredit modal kerja PT.Bank SUMUT cabang pembantu Setia Budi Medan tahun 2013.

5. Dari data Kredit modal kerja PT Bank SUMUT cabang pembantu Setia Budi Medan tahun 2013 Plafond kredit lebih tinggi dari Saldo Akhir nasabah artinya Pembayaran kredit masih lancar, sesuai dengan ketentuan jangka waktu pinjaman kredit modal kerja dan sesuai dengan perjanjian kredit antara nasabah dan pihak Bank Sumut cabang pembantu Setia Budi Medan.

6. Dari tabel 3.3 Daftar Rasio Keuangan Bank Sumut jumlah persen kredit modal kerja dari tahun 2011 sampai 2013 semakin menurun, tahun 2011 jumlah kredit macet Rp.3.228.668,36, tahun 2012 Rp.30.229.707,204, dan tahun 2013 Rp.20.534.619,98.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut yang diambil setelah menganalisa dan mengevaluasi, peneliti mencoba memberikan saran yang kiranya dapat menambah manfaat dalam penulisan tugas akhir ini.

1. Dilihat dari data kredit modal kerja tahun 2013 pada Bank Sumut cabang pembantu Setia Budi Medan yang tidak terlalu besar, hendaknya Bank Sumut cabang pembantu Setia Budi Medan lebih giat melakukan promosi untuk menarik perhatian masyarakat agar lebih tertarik terhadap Kredit modal kerja sehingga setiap tahunnya jumlah peningkatan kredit modal kerja dapat mencapai nominal yang lebih besar.

2. Bank Sumut cabang pembantu Setia Budi Medan hendaknya berupaya untuk menjadi bank andalan bagi para pengusaha dalam memberikan kredit modal kerja.

3. Bank harus lebih menilai variabel jaminan, laba usaha, omset usaha, dan umur usaha dalam memberikan keputusan kredit modal kerja (KMK).

4. Bagi nasabah hendaknya data-data yang diserahkan kepada pihak bank harus sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, seperti laporan keuangan harus sesuai dengan kondisi usaha yang dijalankan.

DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, H. Rachmat dan Maya Aryanti. 2003. Manajemen Perkreditan Bank Umum. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Hasibuan, Malayu S.P. 2008. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : Penerbit PT Bumi Aksara.

Jumingan, 2006. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama. Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.

Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan, Jakarta : Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.

______, 2008. Dasar-dasar Perbankan, Penerbit : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

______, 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kuncoro dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi), Edisi Pertama, Penerbit BPFE , Yogyakarta.

Martono. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonisia.

Muljono, Teguh pudjo. 2007. Manajemen Perkreditan Bagi Perbankan Komersil.

Yogyakarta : Penerbit BPFE.

Munawir. S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Rivai, Veithzal; Veithzal, Andria Permata; Veitzhal Arifiandy Permata, 2013.

Credit Management Credit Hand Book, Penerbit : Rajawali Pers, Jakarta.

Simorangkir, O.P. 2004. Pengantar Lembaga Keungan Bank dan Non Bank.

Undang-undang Perbankan No.10 tahun 1998.

http://www.banksumut.com.

http://www.scribd.com/doc/78307474/klasifikasi-kredit#scribd

Dokumen terkait