• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

F. Rencana Kegiatan / Program Kerja

PT Bank SUMUT memiliki program kerja yang akan dilakukan untuk pengembangan suatu Perusahaan. Program kerja yang akan dilakukan adalah regional champion, yang berarti PT Bank SUMUT memiliki rencana terbaru yakni menjadikan Bank Umum Milik Daerah ( BUMD ) menjadikan Bank terbaik diantara Bank Umum Milik Negara ( BUMN ) dan Bank Swasta lainnya, dan menjadi terbaik Bank daerah di Sumatera Utara dari segi laba Perusahaan, serta Standar Pelayanan Perbankan.

Ada pula 8 ( delapan ) program aksi strategis dalam rencana kerja Bank SUMUT dengan memfokuskan kepada penguatan praktek good corporate governance ( GCG ) di setiap unit kerja, meningkatkan kompetensi SDM, restruktur di core banking system dan implementasi credit risk management serta menurunkan kredit macet atau non performing loan ( NPL ). Selain itu, akan ada fokus pada penambahan produk dan fitur layanan untuk meningkatkan kepuasaan nasabah, penguatan permodalan serta perluasan dan pengembangan layanan unit syariah Bank SUMUT.

Tahun 2015 ini, PT Bank SUMUT juga akan fokus memperbaiki kinerja dengan tingkat pertumbuhan yang realistis. Karena itu, seluruh karyawan Bank SUMUT diminta untuk bisa meningkatkan sinergi, profesionalitas dan etos kerja untuk menjadi tim juara yakni tim yang solid dan melakukan yang terbaik untuk mengejar target perusahaan.

BAB III PEMBAHASAN A. KREDIT

Pengertian Kredit

Kredit berasal dari bahasa Italia, credere yang berarti kepercayaan, kepercayaan yang dimaksud di dalam perkreditan adalah antara si pemberi dan si penerima kredit. Menurut Simorangkir (2004:100) kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang dan barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu mendatang.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah sebagai berikut : “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Menurut definisi lain tentang kredit adalah sebagai berikut :

a. Credit may be defined as the right to receive payment or the obligation to make payment on demand or at some future time on account of an immediate transfer of goods. Kent dalam Rivai (2013:03).

b. The word “credit” has many meanings, but in economics it usually refers to the ability to obtain somethingof value in the present in return for a promise to pay for it at some future time, combining he elements of a promise and of time. Prather dalam Rivai (2013:03).

c. Menurut Kasmir (2014:82). Kredit adalah dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditor) dengan nasabah penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sangsi apabila si debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah di buat bersama.

Unsur-Unsur Kredit

Menurut Simorangkir (2004:101) kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit di dasarkan atas kepercayaan. Dengan demikian, pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan, yang berarti bahwa suatu lembaga kredit baru akan memberikan kredit kalau ia betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang akan diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.

Tanpa keyakinan tersebut, suatu lembaga kredit tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unsur yang terdapat dalam kredit adalah sebagai berikut.

1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan, baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.

2. Waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang diterima pada masa yang akan dating. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.

3. Degree of risk, yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya. Dengan adanya unsur risiko ini maka timbul jaminan dalam pemberian kredit. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang dan jasa. Namun, karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan kepada uang maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering dijumpai dalam praktik perkreditan.

Fungsi Kredit

Menurut Hasibuan (2008:114) Fungsi kredit bagi masyarakat, antara lain dapat :

1) Sebagai motovator dan dinamisator dalam peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian.

2) Menambah lapangan kerja bagi masyarakat.

3) Memperlancar arus barang dan arus uang.

4) Meningkatkan hubungan internasional.

5) Memaksimalkan produktivitas dana yang ada.

6) Meningkatkan daya guna barang.

7) Meningkatkan semangat berusaha bagi masyarakat.

8) Memperbesar modal kerja perusahaan.

9) Meningkatkan IPC (income per capita) masyarakat.

10) Mengubah pola berpikir atau bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis.

Menurut Firdaus ( 2003:13 ) Fungsi pokok kredit pada dasarnya ialah pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan produksi, jasa-jasa dan bahkan konsumen yang semuanya itu ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup manusia.

Menurut Sinungan ( 2002:211 ) :

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna ( utility ) dari uang.

2. Kredit dapat meningkatkan daya guna ( utility ) dari barang.

3. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

4. Kredit adalah salah satu alat stabilitas ekonomi.

5. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.

Tujuan Kredit

Menurut Rivai (2013:05) tujuan kredit pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari kredit, yaitu sebagai berikut.

1. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diraih dari bunga yang harus dibayar oleh debitur. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan kredit kepada usaha-usaha debitur yang diyakini mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Dalam faktor kemampuan ini tersimpul unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga unsur keuntungan (profitability) dari suatu kredit sehingga kedua unsur tersebut saling berkaitan. Dengan demikian

keuntungan merupakan tujuan dari pemberi kredit yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima.

2. Safety, yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk uang, barang atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan (profitability) diharapkan dapat menjadi kenyataan.

Menurut Suyatno ( 2004:15 ) pemberian kredit dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan, oleh karena itu Bank memberikan pinjaman kepada nasabahnya dalam bentuk kredit, jika merasa yakin nasabah yang akan menerima kredit itu mampu dalam memberikan kredit yang telah diterimanya.

Dalam kaitannya dengan pemberian kredit, kredit memiliki tujuan pokok yang saling berhubungan :

a. Profitabilitas yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang dapat dari bunga pinjaman.

b. Safety yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitabilitas dapat tercapai.

Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Menurut Martono (2002:57) Prinsip perkreditan disebut juga sebagai konsep 6C Pada dasarnya konsep 6C ini akan dapat memberikan informasi mengenai tekad baik dan kemampuan membayar nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Prinsip 6C tersebut antara lain adalah :

1.

Character, Penilaian character ini dapat mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan tekad baik calon debitur yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari calon debitur.

2.

Capacity, Penilaian capacity untuk melihat kemampuan dalam melunasi kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukan atau kegiatan usaha yang akan dilakukan yang dibiayai dengan kredit dari bank.

3.

Capital, Penilaian terhadap prinsip capital tidak hanya melihat besar kecilnya modal yang dimiliki oleh calon debitur tetapi juga bagaimana distribusi modal itu ditempatkan.

4.

Collateral, diartikan sebagai jaminan fisik harta benda yang bernilai uang dan mempunyai harga stabil dan mudah dijual. Jika pada dari peminjam terkena kecelakaan atau hal-hal lain yang mengakibatkan peminjam tidak mampu membayar hutangnya, maka tindakan akhir yang dilakukan oleh bank adalah melaksanakan haknya atas collateral yang diikat secara yuridis untuk menjamin hutangnya pada bank.

5.

Condition of Economy, Pada prinsip condition (kondisi), dinilai situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, dan kondisi pada sektor usaha calon debitur. Maksudnya agar bank dapat memperkecil risiko yang mungkin timbul oleh kondisi ekonomi, keadaan perdagangan dan persaingan di lingkungan sektor usaha calon debitur dapat diketahui.

6.

Constraint,untuk menilai budaya atau kebiasaan yang tidak memungkinkan seseorang melakukan bisnis di suatu tempat. Masalah constraint ini agak sukar dirumuskan karena tidak ada peraturan tertulis

mengenai hal tersebut, dan juga tidak dapat selalu didefinisikan secara fisik permasalahannya.

Jenis-jenis Kredit

Menurut Rivai (2013:10) dalam menguraikan jenis-jenis kredit, dapat dilihat dari tujuannya, jangka waktunya, jaminannya, orangnya (yang menerima dan memberi kredit) dan tempat kediamannya.

1. Jenis kredit Dilihat dari Tujuannya

a. Kredit Konsumtif, bertujuan untuk memperoleh barang-barang atau kebutuhan-kebutuhan lainnya guna memenuhi kebutuhan dalam konsumsi.

b. Kredit Produktif, bertujuan untuk memungkinkan si penerima kredit dapat mencapai tujuannya yang apabila tanpa kredit tersebut tidak mungkin dapat diwujudkan.

2. Jenis Kredit Dilihat dari Jangka Waktunya

a. Short term credit (kredit jangka pendek) ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun. Dalam kredit jangka waktu pendek, termasuk kredit untuk tanaman musiman yang berjangka waktu lebih dari satu tahun. Dilihat dari sisi perusahaan kredit jangka pendek dapat berbentuk berikut ini.

1) Kredit rekening Koran.

2) Kredit penjual.

3) Kredit pembeli.

4) Kredit wesel.

5) Kredit eksploitasi.

b. Intermediate term credit (kredit jangka waktu menengah) ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu dari satu tahun sampai tiga tahun.

c. Long term credit (kredit jangka panjang) ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun.

d. Demand loan atau call loan ialah suatu bentuk kredit yang setiap waktu dapat diminta kembali.

3. Jenis Kredit Dilihat Menurut Lembaga yang Menerima Kredit

a. Kredit untuk badan usaha pemerintah/daerah, yaitu kredit yang diberikan kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki pemerintah.

b. Kredit untuk badan usaha swasta, yaitu kredit yang diberikan kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki swasta.

c. Kredit perorangan, yaitu kredit yang diberikan bukan perusahaan, tetapi kepada perorangan.

d. Kredit untuk bank koresponden, lembaga pembiayaan dan perusahaan asuransi, yaitu kredit yang diberikan kepada bank koresponden, lembaga pembiayaan, dan perusahaan asuransi.

4. Jenis Kredit Dilihat Menurut Tujuan Penggunaannya a. Kredit modal kerja/Kredit Eksploitasi.

b. Kredit investasi.

Kebijaksanaan Kredit

Menurut Muljono (2007 : 20) dalam menetapkan kebijaksanaan perkreditan tersebut harus diperhatikan 3 (tiga) asas pokok yaitu :

1. Asas likuiditas

Asas likuiditas adalah suatu asas yang mengharuskan bank untuk tetap dapat menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para nasabahnya atau dari masyarakat luas. Suatu bank dikatakan likuid apabila memenuhi kreteria antara lain :

a) Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.

b) Bank tersebut memiliki assets lainnya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.

c) Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash assets baru melalui berbagai bentuk utang.

2. Asas solvabilitas

Asas solvabilitas, usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit.

3. Asas rentabilitas

Asas rentabiltas, sebagaimana halnya pada setiap kegiatan usaha akan selalu mengharapkan untuk memperoleh laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk keperluan mengembangkan dirinya.

Prosedur Dalam Pemberian Kredit

Menurut Kasmir (2012:100) prosedur dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing. Prosedur

pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif. Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh badan hukum sebagai berikut :

1. Pengajuan berkas-berkas

Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan.

2. Penyelidikan berkas pinjaman

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup, maka nasabah diminta segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.

3. Wawancara I

Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan.

Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya.

4. On the Spot

Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meminjam berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot dicocokkan dengan hasil wawancara I.

5. Wawancara II

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara I dicocokkan dengan pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran.

6. Keputuan Kredit

Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit yang akan mencakup :

a. Jumlah uang yang diterima;

b. Jangka waktu kredit;

c. dan biaya-biaya yang harus dibayar.

7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotek dan surat perjanjian atau pernyataan yang di anggap perlu.

8. Realisasi Kredit

Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.

9. Penyaluran kredit/Penarikan dana

Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu sekaligus atau secara bertahap.

B. KREDIT MODAL KERJA Pengertian Modal Kerja

Menurut Rivai (2013:12) kredit modal kerja adalah kredit untuk modal kerja perusahaan dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian bahan baku/mentah, bahan penolong/pembantu, barang dagangan, biaya eksploitasi barang modal, piutang dan lain-lain. Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangan, membayar upah buruh dan gaji pegawai, dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut, dan diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksinya. Uang yang masuk yang bersumber dari hasil penjualan barang, yang kemudian akan dikeluarkan kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya, dengan kata lain uang atau dana tersebut akan berputar secara terus menerus setiap periode sepanjang hidupnya perusahaan.

Menurut para ahli lain pengertian modal kerja, antara lain:

1. Menurut Jumingan (2006 : 66) terdapat dua definisi modal kerja yang lazim dipergunakan, yakni sebagai berikut:

a. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasal dari hutang jangka panjang dan modal sendiri. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang.

b. Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross working capital). Definisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dari unsur-unsur aktiva lancar misalnya kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan.

2. Menurut Munawir (2007 : 114) terdapat tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum dipergunakan, yaitu:

a. Konsep Kuantitatif, konsep ini menitik beratkan kepada kwantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek.

Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar.

b. Konsep Kualitatif, konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek, yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan.

c. Konsep Fungsional, konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini, ada sebagian besar dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Misalnya : bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya.

3. Menurut Kasmir (2008:250) modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja juga dapat diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya.

Jenis-jenis Kredit Modal Kerja

Menurut Rivai (2013:15) jenis-jenis kredit modal kerja terdiri dari sebagai berikut :

1. Kredit modal kerja ekspor

KMK (kredit modal kerja) ekspor adalah kredit modal kerja untuk membiayai hal-hal berikut.

a. Pre shipment financing, yaitu untuk membiayai :

1) Kegiatan dalam mengumpulkan barang-barang ekspor hingga dikapalkan untuk dieskpor, atau juga disebut sebagai pembiayaan pengumpulan barang-barang ekspor termasuk pengolahan, pergudangan, dan pengapalan;

2) produksi barang yang dimaksudkan untuk dieskpor maupun pembelian/impor bahan yang akan diproduksi menjadi barang untuk diekspor;

3) kegiatan produksi tertentu yang selama ini memasarkan produksinya di dalam negeri, tetapi sekarang mendapat pesanan.

b. Post shipment financing, yaitu kredit untuk membiayai kebutuhan selama masa tenggang antara setelah barang dimuat dikapal dengan akseptasi wesel berjangka atau dibayarnya wesel tunai di luar negeri.

Berdasarkan cara pembayaran ekspor yang berlaku di dalam perdagangan internasional, pemberian kredit ekspor ini adalah dengan cara :

1) Pembayaran di muka (advance payment).

2) Ekspor dengan L/C (letter of credit), yang dibedakan atas : a) Irrevocable banker’s L/C-Sight L/C.

b) Irrevocable banker’s L/C-Usance L/C.

3) Ekspor dengan wesel inkaso (collection draft).

2. KMK Perdagangan Dalam Negeri

a) KMK perdagangan dalam negeri adalah kredit modal kerja yang diberikan kepada pengusaha yang bergerak dibidang perdagangan dalam negeri yang telah memiliki izin usaha perdagangan.

Sementara itu, yang dimaksud dengan perdagangan dalam negeri adalah membeli dan menjual barang-barang untuk dan dari daerah pabean Indonesia.

b) Perdagangan dalam negeri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : 1) distribusi sembilan bahan pokok;

2) perdagangan umum.

3. KMK Industri

KMK industri merupakan kredit modal kerja yang diberikan pada pengusaha-pengusaha industri. Industri adalah usaha untuk menambah nilai guna sesuatu barang dengan melakukan pengubahan bentuk processing dalam industri meliputi :

a) bentuk setengah manufacturing, yang berarti menghasilkan barang yang belum siap pakai oleh konsumen, tetapi dapat dipakai sebagai bahan baku indusrti lain;

b) bentuk manufacturing, yaitu menghasilkan barang jadi yang berarti menghasilkan barang yang siap pakai;

c) bentuk perakitan.

4. KMK Perkebunan, kehutanan, peternakan, dan pertanian.

Pembiayaan pemeliharaan tanaman menghasilkan dan panen, pengolahan dan penanaman serta pemeliharaan tanaman sampai panen (untuk tanaman musiman) dan biaya pengolahan di pabrik sampai barang tersebut siap untuk di jual; pembiayaan mengumpulkan, mengolah hasil hutan sampai barang tersebut siap untuk di jual. Pembiayaan pembelian bibit, biaya pemeliharaan termasuk upah tenaga kerja, dan biaya penjualan.

5. KMK Prasarana/Jasa-jasa

KMK prasarana/jasa-jasa adalah kredit modal kerja usaha-usaha prasarana yang meliputi :

a) pengangkutan darat;

b) pengangkutan laut;

c) pengangkutan udara;

d) kontraktor/pemborong bangunan dan leveransir, usaha-usaha yang bergerak di bidang jasa pemborong bangunan-bangunan;

e) biro perjalanan;

f) hotel;

g) proyek pasar/shopping center;

h) ekspedisi muatan kapal laut (EMKL) dan jasa lainnya;

i) real estate (lebih merupakan segala sesuatu yang berbentuk fisik meliputi tanah bersama-sama segala sesuatu yang didirikan atau yang ada di atas maupun di bawah tanah).

C. KREDIT BERMASALAH Pengertian Kredit Bermasalah

Menurut Rivai (2013:398). Ada beberapa pengertian kredit bermasalah,

Menurut Rivai (2013:398). Ada beberapa pengertian kredit bermasalah,

Dokumen terkait