• Tidak ada hasil yang ditemukan

Krisis Air Bersih

Dalam dokumen RKPD 2013 RKPD2013 (Halaman 102-106)

Disamping krisis pangan, krisis air bersih kini juga menjadi sebuah permasalahan yang harus dihadapi masyarakat dunia. Dalam lingkup terkecil, beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah pernah mengalami kekeringan di musim kemarau. Pada kondisi normal, kondisi sanitasi yang buruk, pencemaran limbah, dan tidak terpeliharanya sumber air bersih karena penggundulan hutan mengakibatkan air bersih menjadi bagian dari sebuah krisis yang patut diwaspadai. Berbagai kebijakan yang sinergi dan memperhatikan kondisi lingkungan perlu diciptakan terutama yang berkaitan dengan kelestarian sumber air bersih.

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

Permasalahan pembangunan daerah Jawa Tengah merupakan “gap

expectation” antara kinerja pembangunan yang dicapai Provinsi Jawa Tengah saat ini dengan target akhir RPJMD 2008-2013 Provinsi Jawa Tengah serta apa yang ingin dicapai dimasa datang dengan kondisi riil

saat perencanaan dibuat, dengan mendasarkan hasil evaluasi kinerja

dan memperhatikan dinamika lingkungan strategis, dimana

kesemuanya diperhitungkan dan diprediksikan ke depan akan berpotensi sebagai permasalahan strategis yang akan mempengaruhi tujuan akhir dari RPJMD Provinsi Jawa Tengah yaitu Masyarakat Jawa Tengah Yang Semakin Sejahtera. Dengan identifikasi permasalahan statategis tersebut diharapkan rencana yang disusun untuk pelaksanaan tahun 2013 akan dapat lebih tepat tujuan, sasaran, manfaat, waktu dan momentum bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Provinsi Jawa Tengah pada khususnya dan Nasional pada umumnya.

Permasalahan pembangunan daerah Jawa Tengah yang

teridentifikasi adalah sebagai berikut:

1) Lambatnya penurunan angka kemiskinan disebabkan masih

banyaknya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan; rendahnya terhadap akses pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, berusaha dan permodalan. Hal tersebut ditandai pula dengan masih besarnya beban pemenuhan kebutuhan dasar air bersih, sanitasi, rumah layak huni dan kelayakan kecukupan pangan.

2) Belum optimalnya produksi dan produktivitas pertanian dalam arti

luas secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas serta ketidakpastian pasar produk hasil pertanian.

3) Belum optimalnya peningkatan diversifikasi pangan, tingkat

kesejahteraan masyarakat petani dan pesisir; serta pengendalian alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian.

II - 89

4) Belum optimalnya dukungan kinerja jaringan irigasi karena

terbatasnya kemampuan pembangunan jaringan baru, rehabilitasi terhadap kerusakan jaringan irigasi, kemampuan lembaga pengelola sumber daya air dan tingkat kesadaran masyarakat petani dalam

pengelolaan irigasi, upaya penanganan pengendalian banjir,

penyediaan air baku untuk pertanian serta penanganan sarana prasarana Jalan Usaha Tani.

5) Belum optimalnya kualitas, akses, relevansi dan daya saing serta tata

kelola pendidikan; minat baca masyarakat; upaya pembinaan, pelestarian dan pengembangan kearifan budaya lokal dalam era globalisasi; kualitas derajat kesehatan; akses pelayanan air bersih dan sanitasi masyarakat; serta cakupan pelayanan KB bagi Pasangan Usia Subur Pra KS dan KS-1.

6) Belum memadainya penanganan terhadap Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) serta peningkatan kualitas hidup dan perlindungan terhadap perempuan dan anak.

7) Masih tingginya penggunaan bahan baku impor pada proses produksi

dan belum optimalnya informasi potensi dan peluang investasi, kualitas produk, akses permodalan dan perluasan pasar, serta kualitas manajemen dan SDM pengelola Koperasi dan UMKM.

8) Belum mantapnya jiwa kewirausahaan dan kemampuan pengem-

bangan ekonomi produktif dan kreatif di kalangan pemuda.

9) Masih terbatasnya promosi dan jejaring pariwisata; aksesibilitas,

amenitas, atraksi, dan aktivitas pariwisata untuk meningkatkan kunjungan dan lama tinggal wisatawan.

10)Belum memadainya kapasitas tenaga kerja sesuai tuntutan pasar

kerja, perluasan kesempatan kerja dan berusaha untuk penyerapan tenaga kerja, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja.

11)Belum optimalnya kualitas dan kapasitas prasarana jalan dan

jembatan, sarana prasarana, pelayanan dan sistem jaringan transportasi.

12)Belum selesainya pembangunan Bandara Internasional Ahmad Yani

Semarang, Jalan Tol Semarang-Solo, Jalan Tol Pantura, Double Track,

JJLS, Pelabuhan Tanjung Emas termasuk peningkatan Pelabuhan/ Terminal Kendal, rintisan pembangunan PLTU Batang, PLTU Cilacap

dan PLTP Ungaran untuk pengembangan interkoneksi Jawa – Madura

- Bali sebagai infrastruktur strategis penggerak utama dan pendukung MP3EI.

13)Masih adanya kerusakan hutan dan lahan, pesisir dan pantai, Daerah

Aliran Sungai (DAS), dan peningkatan pencemaran serta penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

14)Masih terbatasnya upaya pengurangan risiko bencana dan antisipasi

perubahan iklim serta penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana secara komprehensif.

II - 90

15)Belum mantapnya pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan daerah

yang baik (good governance), kelembagaan aparatur, keseimbangan

struktur aparatur teknis dan administrasi, pengelolaan dan pemanfaatan aset daerah, dan sistem pengendalian internal pemerintah.

16)Belum maksimalnya sinergitas perencanaan pusat dan daerah;

pemanfaatan hasil pengendalian dan monitoring evaluasi; serta hasil penelitian yang mendukung pembangunan daerah.

17)Belum memadainya pengelolaan administrasi kependudukan dan

ketrampilan calon transmigran sesuai dengan daerah tujuan transmigrasi.

18)Belum optimalnya upaya mewujudkan kondusivitas wilayah, belum

memadainya kualitas dan kuantitas aparat pendukung kamtibmas serta partisipasi masyarakat dalam upaya mewujudkan kondusivitas wilayah.

19)Belum optimalnya kesadaran politik masyarakat dalam kehidupan

berdemokrasi.

20)Belum maksimalnya pola pembibitan dan pembinaan atlet olahraga

serta kurang memadainya kuantitas dan kualitas sarana prasarana olahraga.

21)Belum memadainya upaya pembinaan, pelestarian dan pengem-

bangan permuseuman serta benda cagar budaya.

22)Belum berjalannya secara maksimal sistem pelayanan kearsipan dan

peningkatan kapasitas perpustakaan serta tenaga arsiparis.

23)Belum optimalnya upaya pemberdayaan masyarakat akibat keterba-

tasan kapasitas kader pemberdayaan masyarakat dan pengembangan teknologi tepat guna.

24)Belum efektifnya harmonisasi penyediaan data statistik untuk

perencanaan pembangunan.

25)Masih terbatasnya penyebarluasan informasi kebijakan dan hasil-

hasil pembangunan dalam rangka keterbukaan informasi publik.

26)Belum optimalnya tertib administrasi pertanahan, penyelesaian

sengketa pertanahan, dan akses pengelolaan pertanahan bagi masyarakat kurang mampu.

Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut di atas dan sinkronisasi dengan isu strategis Nasional tahun 2013 sebagai satu

kesatuan kerangka pembangunan Nasional, maka dapat dirumuskan isu

strategis pembangunan Jawa Tengah di tahun 2013, yang harus segera

mendapatkan penyelesaian secara optimal yaitu sebagai berikut:

a. Perlunya percepatan penurunan angka kemiskinan didukung dengan

peningkatan pendapatan masyarakat dan upaya pengurangan beban pengeluaran pemenuhan kebutuhan pokok yang meningkat karena fluktuasi harga.

b. Perlunya optimalisasi perwujudan pemantapan ketahanan pangan

II - 91

produktivitas pertanian dalam arti luas, peningkatan kesejahteraan petani, pengendalian alih fungsi lahan dan peningkatan dukungan sarana prasarana sumber daya air.

c. Masih perlunya peningkatan kualitas hidup masyarakat didukung

dengan peningkatan kuantitas dan kualitas layanan dasar (kesehatan, pendidikan, sosial, permukiman, air bersih dan sanitasi).

d. Pentingnya peningkatan potensi dan daya saing daerah dengan

dukungan kualitas dan kapasitas tenaga kerja, infrastruktur (jalan, jembatan, elektrifikasi, dan layanan transportasi) serta optimalisasi pengembangan wilayah berdasarkan rencana tata ruang wilayah.

e. Peningkatan kualitas pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup

serta pengurangan risiko bencana.

f. Perlunya pemantapan tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance) dengan optimalisasi reformasi birokrasi, peningkatan

pelayanan publik, penegakan hukum, pengelolaan dan pemanfaatan aset.

g. Perlunya pemantapan demokratisasi dan kondusivitas wilayah melalui

peningkatan kesadaran politik masyarakat dalam berdemokrasi, kualitas dan kuantitas aparatur pendukung kamtibmas serta partisipasi masyarakat dalam mewujudkan kondusivitas wilayah.

II - 92 Gambar 2.4

Sinkronisasi Isu Strategis Daerah dan Isu Strategis Nasional Tahun 2013

LINGSTRA Hasil Evaluasi Kinerja

Dalam dokumen RKPD 2013 RKPD2013 (Halaman 102-106)

Dokumen terkait