• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersilkan a.UU no 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

Dalam dokumen BAB II STUDI PUSTAKA (Halaman 69-77)

dan 7 Hari Dalam seminggu

7. Kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersilkan a.UU no 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

Alur-Pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari.

Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, atau badan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk pelayaran

Pasal 102

1) Untuk menunjang kegiatan tertentu di luar DaerahLingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan dapat dibangun terminal khusus.

2) Untuk menunjang kegiatan tertentu di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan dapat dibangun terminal untuk kepentingan sendiri.

Pasal 103

Terminal khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102ayat (1):

1) ditetapkan menjadi bagian dari pelabuhan terdekat; 2) wajib memiliki Daerah Lingkungan Kerja dan

Daerah Lingkungan Kepentingan tertentu; dan 3) ditempatkan instansi Pemerintah yang

melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran, serta instansi yang melaksanakan fungsi pemerintahan sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 104

1) Terminal khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (1) hanya dapat dibangun dan dioperasikan dalam hal:

a) pelabuhan terdekat tidak dapat menampung kegiatan pokok tersebut; dan

b) berdasarkan pertimbangan ekonomis dan teknis operasional akan lebih efektif dan efisien serta lebih menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran apabila membangun dan mengoperasikan terminal khusus.

2) Untuk membangun dan mengoperasikan terminal khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dipenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran, dan kelestarian lingkungan dengan izin dari Menteri. 3) Izin pengoperasian terminal khusus diberikan

untuk jangka waktu maksimal 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan berdasarkanUndang-Undang ini.

Dalam pasal 187 ayat 1 disebutkan bahwa alur dan perlintasan terdiri atas:

1) alur-pelayaran di laut; dan 2) alur-pelayaran sungai dan danau.

Pasal 187 ayat (2) : Alur-pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dicantumkan dalam peta laut dan buku petunjuk pelayaran serta diumumkan oleh instansi yang berwenang.

Pasal 188

1) Penyelenggaraan alur-pelayaran dilaksanakan oleh Pemerintah.

2) Badan usaha dapat diikut sertakan dalam sebagian penyelenggaraan alur-pelayaran.

3) Untuk penyelenggaraan alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah wajib menetapkan alur pelayaran, menetapkan system rute, menetapkan tata cara berlalu lintas dan menetapkan daerah labuh kapal sesuai dengan kepentingannya.

Pasal 189:

1) Untuk membangun dan memelihara alur-pelayaran dan kepentingan lainnya dilakukan pekerjaan pengerukan dengan memenuhi persyaratan teknis. 2) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi:

a) keselamatan berlayar; b) kelestarian lingkungan; c) tata ruang perairan; dan

d) tata pengairan untuk pekerjaan di sungai dan danau.

Pasal 190

1) Untuk kepentingan keselamatan dan kelancaran berlayarpada perairan tertentu, Pemerintah menetapkan system rute yang meliputi:

a) skema pemisah lalu lintas di laut; b) rute dua arah;

c) garis haluan yang dianjurkan; d) rute air dalam;

e) daerah yang harus dihindari; f) daerah lalu lintas pedalaman; dan g) daerah kewaspadaan.

2) Penetapan sistem rute sebagaimana dimaksud pada ayat(1) didasarkan pada:

a) kondisi alur-pelayaran; dan

b) pertimbangan kepadatan lalu lintas.

3) Sistem rute sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusdicantumkan dalam peta laut dan buku petunjukpelayarandan diumumkan oleh instansi yangberwenang.

Pasal 191

Tata cara berlalu lintas di perairan dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 192

Setiap alur- pelayaran wajib dilengkapi dengan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dan Telekomunikasi-Pelayaran.

b. PP No 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian

Alur-Pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman,lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari.

Alur dan Perlintasan adalah bagian dari perairan yang dapat dilayari sesuai dimensi/spesifikasi kapal di laut,sungai, dan danau.

Pasal 6

1) Penyelenggaraan alur-pelayaran dilaksanakan oleh Pemerintah.

2) Penyelenggaraan alur-pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi perencanaan, pembangunan,pengoperasian, pemeliharaan, dan pengawasan.

3) Badan usaha dapat diikutsertakan dalam pembangunan,pengoperasian, dan pemeliharaan alur-pelayaran yang menuju ke terminal khusus yang dikelola oleh badan usaha.

4) Penyelenggaraan alur-pelayaran oleh badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan setelah mendapat izin dari Menteri.

c. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 68 Tahun 2011 tentang Alur Pelayaran di Laut

Alur-Pelayaran di Laut adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari kapal angkutan laut.

Pasal 4:

Penyelenggaraan alur-pelayaran di laut dilakukan untuk : 1) ketertiban lalu lintas kapal;

2) memonitor pergerakan kapal; 3) mengarahkan pergerakan kapal; dan

4) pelaksanaan hak lintas damai kapal-kapal asing. Pasal 5:

1) Penyelenggaraan alur-pelayaran di laut dilaksanakan oleh Pemerintah.

2) Penyelenggaraan alur-pelayaran di laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a) perencanaan; b) pembangunan; c) pengoperasian; d) pemeliharaan; dan e) pengawasan. Pasal 6:

1) Kegiatan perencanaan alur-pe1ayaran di laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)huruf a meliputi :

a) rencana pembangunan alur-pelayaran di laut; b) penataan alur-pelayaran di laut.

2) Rencana pembangunan alur-pelayaran di laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun berdasarkan:

a) Rencana Induk Peabuhan Nasional;

b) perkembangan dimensi kapal dan jenis kapal; c) kepadatan lalu lintas;

d) kondisi geografis;dan e) efisiensi jarak pelayaran.

3) Penataan alur-pelayaran di laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan untuk: ketertiban lalu lintas kapal;

a) keselamatan dan keamanan bernavigasi; dan b) perlindungan lingkungan maritim.

Pasal 7 :

Pada kegiatan perencanaan alur-pe1ayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) penataan jalur-jalur sempit; 2) titik mati (point of no return); 3) lebar alur satu arah;

4) lebar dalam belokan-belokan alur; 5) lebar alur dua arah;

6) daerah olah gerak. Pasal 8:

Pada penataan jalur-jalur sempit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a garis mengemudi lurus yang ditandai cukup dengan kepanjangan minimal 5 (lima) kali panjang kapal terbesar pada kedua ujung jalur.

Pasal 9:

Pada titik mati (point of no return) sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 huruf b. meliputi :

1) penyediaan jalur-jalur darurat ke luar alur, khususnya bagi alur- alur yang panjang dan lalu lintas padat.

2) jarak antara "titik mati" ke pintu masuk pelabuhan untuk kapal-kapal besar dibuat sependek mungkin. Pasal 18:

1) Badan usaha dapat diikutsertakan dalam pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan alur-pelayaran di laut yang menuju ke terminal khusus yang dikelola oleh badan usaha.

2) Penyelenggaraan alur-pe1ayaran di laut oleh badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah mendapat izin dari Menteri.

Tabel 2.12 .Kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersilkan

No. Kriteria Alur Pelayaran Yang

Dapat Dikomersilkan Aspek Legal

Aspek Non Legal 1. Kriteria tingkat 1 :

Penataan jalur-jalur sempit

No. Kriteria Alur Pelayaran Yang

Dapat Dikomersilkan Aspek Legal

Aspek Non Legal Sub kriteria :

-Memiliki potensi pergerakan moda transportasi laut

-Lokasi pelabuhan memiliki akses untuk dilakukan pergerakan moda transportasi laut

-Lokasi pelabuhan mempunyai akses sebagai tempat pergerakan roda ekonomi

-Lokasi pelabuhan sebagai tempat utama pemindahan barang cair atau curah -Dilengkapi dengan sarana bantu

navigasi dan telekomunikasi pelayaran -Perlindungan lingkungan maritim -Pemahaman kondisi jalur dan

penyesuaian terhadap belokan-belokan alur

-Memenuhi syarat kedalaman, lebar, bebas hambatan, aman dan selamat untuk dilayari

-Memiliki ijin operasional -Memiliki Pandu

2. Kriteria tingkat 1 : Daerah olah gerak kapal

V Sub kriteria :

-Memenuhi syarat kedalaman, lebar, bebas hambatan, aman dan selamat untuk dilayari

-Ukuran dan lokasi mengikuti perencanaan pelabuhan pada rencana induk

-Monitoring kedalaman terhadap sedimentasi dan adanya kerangka kapal -Gelombang dan arus perairan

pelabuhan yang tenang 3. Kriteria tingkat 1 :

Penyediaan jalur darurat ke luar alur

V Sub kriteria :

-Memenuhi syarat kedalaman, lebar, bebas hambatan, aman dan selamat untuk jalur darurat ke luar alur -Ukuran dan lokasi mengikuti

perencanaan pelabuhan pada rencana induk

-Monitoring kedalaman terhadap sedimentasi dan adanya kerangka kapal

No. Kriteria Alur Pelayaran Yang

Dapat Dikomersilkan Aspek Legal

Aspek Non Legal

-Gelombang dan arus perairan pelabuhan yang tenang 4. Kriteria tingkat 1 :

Pemeriksaan kedalaman alur

V Sub kriteria :

-Memiliki prosedur pemeriksaan kedalaman alur

- Mempunyai peralatan untuk mengukur kedalaman yang akurat

- SDM yang terlatih dan memiliki sertifikat

- Memiliki lay out kedalaman eksisting 5. Kriteria tingkat 1 :

Pengadaan pengerukan alur

V Sub kriteria :

-Memiliki prosedur pemeriksaan kedalaman alur

-Mempunyai peralatan untuk pengerukan alur

-SDM yang terlatih dan memiliki sertifikat

-Memiliki keandalan peralatan keruk untuk alur

6. Kriteria tingkat 1 :

Pemeliharaan rambu rambu navigasi

V Sub kriteria :

-Memiliki lay out dan koordinat peletakan sarana bantu navigasi -Mempunyai bentuk standar sarana

rambu navigasi

-Memiliki jumlah sarana bantu sesuai ketentuan untuk kondisi suatu pelabuhan

-Monitoring sarana bantu navigasi dan perawatannya

-Memiliki bengkel untuk perbaikan sarana bantu navigasi

7. Kriteria tingkat 1 :

Pengadaan pembersihan alur laut akibat kapal karam atau bangunan laut lainnya

V

Sub kriteria :

-Memiliki layout pelabuhan -Monitoring keadaan alur -Mempunyai perangkat untuk

No. Kriteria Alur Pelayaran Yang

Dapat Dikomersilkan Aspek Legal

Aspek Non Legal

-SDM yang mampu mengatasi keadaan alur

-Memiliki prosedur pelaksanaan pembersihan alur

8. Kriteria tingkat 1 :

Penyediaan alat monitoring perubahan kedalaman alur dan penyelam

V

Sub kriteria :

-Selalu tersedia dan siap digunakan saat operasi

-Perangkat dikategorikan handal dan memiliki keakuratan pengukuran -SDM yang terlatih dan memiliki

sertifikat untuk mengoperasikan perangkat

-SDM penyelam merupakan orang yang terlatih dan bersertifikat menangani segala kondisi didaerah alur 9. Kriteria tingkat 1 :

Memiliki koordinat lokasi

V Sub kriteria :

- Memiliki layout alur

- Koordinat yang digunakan adalah koordinat geografis

- Memiliki toleransi koordinat yang tergantung dari jenis GPS yang digunakan

- Data keberadan alur ditampillkan dalam website sebagai legalitas keberadaan lokasi

8. Kriteria badan usaha yang dapat bergerak di bidang

Dalam dokumen BAB II STUDI PUSTAKA (Halaman 69-77)