• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi penyusunan kriteria di bidang pelayaran, 2012

Dalam dokumen BAB II STUDI PUSTAKA (Halaman 115-124)

Annex IV Pencemaran dari kotor Manusia /hewan (Sewage)

NEGARA ANGGOTA MARPOL 73/78 (1) Menyetujui MARPOL 73/78 – Pemerintah

E. HASIL STUDI TERDAHULU

3. Studi penyusunan kriteria di bidang pelayaran, 2012

Pada tahun 2012, Puslitbang Perhubungan Laut bekerja sama dengan PT. Arenco Centra juga melakukan yang menghasilkan 10 konsep kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria pelabuhan utama yang berfungsi sebagai pelabuhan hub internasional adalah sebagai berikut: 1) Kedekatan dengan jalur pelayaran internasional

dan nasional, karena setiap pelabuhan akan berkembang berdasarkan faktor kedekatan terhadap jalur pelayaran baik nasional (ALKI) dan jalur pelayaran Internasional;

2) Ketersediaan fasilitas pendukung yang memadai, dengan panjang dermaga minimal 350 meter atau yang dapat melayani kapal dengan panjang diatas 200 meter, kedalaman minimal 14 MLWS, luas penumpukan minimal 15 hektar dan alat bongkar muat yang memadai;

3) Kegiatan utama pelabuhan, yakni melayani angkutan peti kemas nasional dan internasional serta volume bongkar muat yang ditangani diatas 34 juta ton;

4) Pelabuhan harus comply terhadap ISPS Code; 5) Mempertimbangkan MP3EI;

6) Mempertimbangan Rencana Induk kepelabuhanan nasional, dan aspirasi daerah;

7) Memiliki akses ke sistem jaringan transportasi primer.

b. Kriteria pelabuhan utama yang berfungsi sebagai pelabuhan internasional adalah sebagai berikut:

1) Kedekatan dengan jalur pelayaran internasional dan nasional, karena setiap pelabuhan akan berkembang berdasarkan faktor kedekatan terhadap jalur pelayaran baik nasional (ALKI) dan jalur pelayaran Internasional;

2) Ketersediaan fasilitas pendukung yang memadai, dengan panjang dermaga minimal 250 meter atau yang dapat melayani kapal dengan panjang diatas 200 meter, kedalaman minimal 11 s/d 14 MLWS, luas penumpukan minimal 10 hektar dan alat bongkar muat yang memadai;

3) Kegiatan utama pelabuhan, yakni melayani angkutan peti kemas nasional dan internasional serta volume kegiatan bongkar muat yang dilayani antara 25 juta ton s/d 34 juta ton;

4) Pelabuhan harus comply terhadap ISPS Code; 5) Mempertimbangkan MP3EI;

6) Mempertimbangan Rencana Induk kepelabuhanan nasional, dan aspirasi daerah;

7) Memiliki akses ke sistem jaringan transportasi primer.

c. Kriteria pelabuhan yang berfungsi sebagai pelabuhan pengumpul adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan utama pelabuhan adalah sebagai pengumpan agkutan peti kemas nasional dan volume bongkar muat yang ditanganinya berkisar antara 17 juta ton hingga 25 juta ton;

2) Memiliki fasilitas pendukung, yakni memiliki dermaga dengan panjang minimal 150 meter dan dapat melayani kapal dengan panjang antara 156 s/d 209 meter serta draft kolam pelabuhan antara 5 MLWS s/d 8 MLWS;

3) Lokasi pelabuhan dekat dengan jalur pelayaran nasional;

4) Memiliki akses ke sistem jaringan jalan kolektor; 5) Pengembangan pelabuhan mempertimbangkan

aspirasi Pemerintah Daerah.

d. Kriteria pelabuhan yang berfungsi sebagai pelabuhan pengumpan regional sama halnya dengan pelabuhan pengumpul, tetapi dibedakan oleh ukuran parameternya, sebagai berikut:

1) Kegiatan utama pelabuhan adalah sebagai pengumpan pelabuhan utama dan pengumpul serta volume bongkar muat yang ditangani antara 8 juta hingga 17 juta ton;

2) Pelabuhan tersebut harus didukung oleh fasilitas yang memadai yang dapat melayani kapal dengan ukuran panjang antara 103 hingga 156 meter serta draft kolam pelabuhan antara 5 MLWS s/d 8 MLWS;

3) Lokasi pelabuhan dekat dengan jalur pelayaran antara pulau;

4) Memiliki akses ke jaringan transportasi yang bersifat kolektor;

5) Mempertimbangkan aspirasi daerah.

e. Kriteria pelabuhan yang berfungsi sebagai pelabuhan pengumpan lokal adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan utama pelabuhan pengumpan lokal adalah melayani kebutuhan masyarakat disekitarnya dengan volume bongkar muat yang ditangani sangat rendah, yakni kurang dari 8 juta ton.

2) Memiliki fasilitas pendukungnya yang tidak terlalu besar, karena pelabuhan pengumpan lokal cukup menyediakan dermaga yang melayani kapal dengan panjang kurang dari 103 meter dan kedalaman kolam kurang dari -5 MLWS.

3) Berada pada lokasi yang tidak dilalui oleh pelayaran reguler kecuali keperintisan;

4) Memiliki akses ke jaringan transportasi lokal; 5) Mempertimbangkan aspirasi daerah.

f. Kriteria badan usaha yang melakukan kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air secara teknis adalah:

1) Memiliki SDM penyelam yang kompeten, profesional dan dibuktikan dengan sertifikat dengan jumlah minimal 4 orang penyelam dalam satu tim dan 1 orang tenaga ahli di bidang pekerjaan bawah air;

2) Menguasai metode kerja pelaksanaan salvage dan pekerjaan bawah air yang dibuktikan dengan sertifikat;

3) Memiliki peralatan kerja, yang terdiri dari 1 set peralatan selam, 3 set peralatan scuba, 1 kompresor selam, 2 set peralatan survei, 2 set peralatan las bawah air, 2 set peralatan potong bawah air dan 1 set alat pneumatic, yang memenuhi standar nasional atau internasional;

4) Memiliki minimal 1 unit kapal kerja.

g. Kriteria perusahaan yang dapat menyelenggarakan SROP (Stasiun Radio Operasi Pantai) dan VTS (Vessel Traffic Services) harus memenuhi persyaratan administrasi dan teknis. Persyaratan administrasi meliputi Akte Pendirian Perusahaan, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), surat keterangan domisili perusahaan, izin usaha pokok dari instansi yang berwenang serta surat keterangan laik operasi dari Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika

h. Kriteria perusahaan yang dapat menyelenggarakan SROP secara teknis adalah:

1) Memiliki SDM yang berkompeten yang dibuktikan dengan sertifikat keahlian serta SDM yang sehat jasmani dan rohani;

2) Memiliki peralatan sesuai dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan;

3) Melampirkan dokumen teknis tentang denah rencana lokasi SROP serta gambar instalasi SROP. i. Kriteria perusahaan yang dapat menyelenggarakan VTS

adalah sebagai berikut:

1) Memiliki SDM yang kompeten dengan pendidikan minimum SMA jurusan IPA atau SMK jurusan elektro serta SDM berpendidikan ANT III, aktif berbahasa Inggris, mampu mengoperasikan VTS serta sehat jasmani dan rohani;

2) Memiliki peralatan yang sesuai dengan spesifikasi, andal dan memadai;

3) Melampirkan dokumen hasil survei mengenai gambar dan lokasi instalasi VTS.

j. Kriteria perairan pandu kelas I adalah sebagai berikut: 1) Jumlah gerakan kapal per hari lebih dari 11 kapal; 2) Ukuran kapal yang dilayani lebih dari 30.000 GT; 3) Panjang kapal lebih dari 150 meter;

4) Draft kapal lebih dari 9 meter;

5) Jenis kapal yang dilayani adalah tanker dan kapal curah cair;

6) Jenis muatan yang dibawa kapal dominan merupakan barang berbahaya dan barang curah cair;

7) Panjang alur perairan lebih dari 80 mil;

8) Banyaknya tikungan adalah lebih besar atau sama dengan 15;

9) Lebar alur perairan lebih kecil atau sama dengan 250 meter;

10) Kedalaman perairan kurang dari 7 MLWS;

11) Rintangan berupa kerangka, kabel laut, karang, batu, gosong, pasir atau lumpur;

12) Kecepatan arus lebih besar atau sama dengan 8 knot;

13) Kecepatan angin lebih besar atau sama dengan 19 knot;

14) Tinggi ombak lebih dari 2,4 meter; 15) Ketebalan kabut mencapai 80%;

16) Jenis tambatan adalah mouring bouy dan dermaga apung;

17) Kecukupan dan keandalan SBNP antara 10 s/d 30%.

k. Kriteria perairan pandu kelas II dari sisi internal adalah sebagai berikut:

1) Jumlah gerakan kapal per hari antara 8-11 kapal; 2) Ukuran kapal yang dilayani antara 15.000 s/d

30.000 GT;

3) Panjang kapal yang dilayani 100 s/d 150 dari meter;

4) Draft kapal antara 7 – 9 meter;

5) Jenis kapal yang dilayani adalah kapal container; 6) Jenis muatan yang dibawa kapal dominan adalah

container;

7) Panjang alur perairan >60 s/d 80 mil; 8) Banyaknya tikungan 11 s/d 14;

9) Lebar alur perairan >250 s/d 350 meter; 10) Kedalaman perairan >7 s/d 11 MLWS; 11) Rintangan berupa arus pusar, dan lumpur; 12) Kecepatan arus 6 s/d 7 knot;

13) Kecepatan angin 13 s/d 18 knot;

14) Tinggi ombak lebih dari 1>1,9 s/d 2,4 meter; 15) Ketebalan kabut mencapai antara 60 s/d 70%; 16) Jenis tambatan adalah breast dolphin, konstruksi

kayu;

17) Kecukupan dan keandalan SBNP 40% s/d 50%. l. Kriteria perairan pandu kelas III adalah sebagai berikut:

1) Jumlah gerakan kapal per hari antara 4-7 kapal; 2) Ukuran kapal yang dilayani antara 5.000 s/d

<15.000 GT;

3) Panjang kapal yang dilayani 70 s/d <100 meter; 4) Draft kapal 5 s/d 7 meter;

5) Jenis kapal yang dilayani adalah kapal penumpang; 6) Jenis muatan yang dibawa kapal dominan adalah

penumpang;

7) Panjang alur perairan >40 s/d 60 mil; 8) Banyaknya tikungan 7 s/d 10;

9) Lebar alur perairan > 350 s/d 450 meter; 10) Kedalaman perairan >11 s/d 13 MLWS; 11) Rintangan berupa tonggak dan sero terapung; 12) Kecepatan arus 4 s/d 5 knot;

13) Kecepatan angin 8 s/d 12 knot; 14) Tinggi ombak >1,5 s/d 1,9 meter; 15) Ketebalan kabut 40 s/d 50%;

16) Jenis tambatan adalah beton atau baja; 17) Kecukupan dan keandalan SBNP 60 s/d 70%.

m. Kriteria perairan pandu luar biasa adalah sebagai berikut: 1) Jumlah gerakan kapal per hari antara 1-3 kapal. 2) Ukuran kapal yang dilayani < 5.000 GT. 3) Panjang kapal yang dilayani <70 meter. 4) Draft kapal <5 meter.

5) Jenis kapal yang dilayani adalah kapal general cargo.

6) Jenis muatan yang dibawa kapal dominan adalah barang umum dan curah kering.

7) Panjang alur perairan 10 s/d 40 mil. 8) Banyaknya tikungan maksimum 6. 9) Lebar alur perairan di atas 450 meter. 10) Kedalaman perairan lebih dari 13 MLWS.

11) Rintangan berupa jaring kapal ikan, sampa/kotoran dan kapal ikan.

12) Kecepatan maksimum 3 knot. 13) Kecepatan angin maksimum 7 knot. 14) Tinggi ombak maksimum 1,5 meter. 15) Ketebalan kabut maksimum 30%. 16) Jenis tambatan adalah beton atau baja. 17) Kecukupan dan keandalan minimum 80%.

n. Persyaratan sarana dan prasarana yang harus dimiliki pelabuhan

Tabel 2.16. Persyaratan Sarana dan Prasarana Pada Pelabuhan

No Sarana dan

Prasarana Kelas I Kelas II Kelas III 1.

Jumlah Kapal Tunda

Minimal 2 unit dengan jumlah daya minimal 4000 DK 2 unit minimal 1600 DK 1 unit minimal 800 DK

2. Jumlah Kapal Pandu min 2 unit, kecepatan min 12 knots Min 1 unit kecepatan min 10 knot Min 1 unit kecepatan min 7 knot

3. Jumlah Kapal Kepil Min 2 unit, kecepatan min 7 knots Min 1 unit, kecepatan min 7 knots Min 1 unit, kecepatan min 7 knots

No Sarana dan

Prasarana Kelas I Kelas II Kelas III

4. Stasiun pandu/menara pengawas/kantor 350 m2 200s/d 300 m2 150 s/d 200 m2

5. VHF handy talky Sesuai jumlah personil pandu Sesuai jumlah personil pandu Sesuai jumlah personil pandu

6. Baju renang (life jacket)

Sesuai jumlah personil pandu Sesuai jumlah personil pandu Sesuai jumlah personil pandu 7. Kendaraan dan

rumah Sesuai kebutuhan

Sesuai kebutuhan

Sesuai kebutuhan

o. Kriteria pelabuhan yang wajib dilengkapi dengan reception facilities secara spesifik adalah sebagai berikut: 1) Semua pelabuhan, terminal dan dermaga dimana

minyak mentah dimuat ke dalam tanker minyak yang mana tanker tersebut mempunyai prioritas untuk segera melakukan ballast tidak lebih dari 72 jam atau lego jangkar pada perairan pelabuhan (DLKR dan atau DLKP) atau yang menempuh perjalanan minimal 1200 mil laut.

2) Semua pelabuhan, terminal dan dermaga di mana minyak selain minyak mentah curah dimuat pada tingkat rata-rata lebih dari 1000 metrik ton perhari. 3) Semua pelabuhan, terminal dan dermaga yang

mempunyai halaman untuk perbaikan kapal atau fasilitas tank cleaning dan atau jenis pengusahaan tank cleaning.

4) Semua pelabuhan, terminal dan dermaga yang menangani kapal-kapal harus di lengkapi pula dengan tangki sludge.

5) Semua pelabuhan yang berhubungan dengan air kotor berminyak dan jenis-jenis residu lainnya, yang tidak dapat dibuang sesuai ketentuan peraturan 9 Annex I MARPOL 73/78 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6) Semua pelabuhan untuk pemuatan kargo curah dan yang berhubungan dengan residu minyak yang tidak dapat dibuang sesuai dengan ketentuan peraturan 9 Annex I MARPOL 73/78 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7) Pelabuhan, terminal dan dermaga perbaikan kapal yang melakukan kegiatan perbaikan dan pembersihan tangki kapal tanker pengangkut bahan kimia.

p. Daerah pelayaran untuk kapal pelayaran rakyat kurang dari GT 7 adalah:

1) Daerah pelayaran untuk membuka keterisolasian. 2) Daerah yang aksesibilitasnya sulit untuk dijangkau

kapal berukuran lebih besar lagi.

3) Daerah yang menghubungkan antar pulau.

4) Daerah pelayaran pada gugusan pulau-pulau kecil. q. Kriteria Lokasi Penempatan Sarana Bantu Navigasi

Pelayaran

1) Berada pada lokasi bangunan tertentu, di darat maupun di perairan, berdasarkan pertimbangan teknis kenavigasian;

2) Lokasi penempatan SBNP tidak berada di alur pelayaran;

3) Mempertimbangkan kondisi geologis;

4) Lokasi SBNP harus bebas dari bangunan dan pepohonan;

5) Harus mempertimbangkan hasil survei verifikasi data lapangan.

r. Kriteria Terminal Peti Kemas adalah sebagai berikut: 1) Berada di tempat atau daerah yang memiliki

potensi di bidang produksi dan perdagangan yang telah dikembangkan

2) Pelabuhan telah dioperasikan 24 jam

3) Memiliki fasilitas dermaga dan lapangan penumpukan yang memadai (dapat disandari kapal generasi ke-4), yakni dengan panjang dermaga minimal 350 meter, lebar apron minimal 8 meter, kedalaman minimal -11 MLWS dan lapangan penumpukan minimal 6 hektar.

4) Comply terhadap ISPS Code

5) Memiliki peralatan bongkar muat yang modern, yakni minimal 4 container crane (CC) dengan kapasitas 40 ton, transtainer (TT) dengan kapasitas

minimal 35 ton dengan perbandingan 1 unit CC dilayani oleh 3 TT, straddle carrier dengan kapasitas 30 s/d 35 ton dengan perbandingan 1 unit CC dilayani oleh 3-5 straddle carrier, forklift, reach stacker, side loader, head truck dan chasis. 6) Arus peti kemas minimal 50.000 TEUS per tahun 7) Memiliki kemudahan akses untuk jalan raya, jalan

kereta api dan bandara.

8) Didukung oleh SDM yang berkualitas dan teknologi informasi.

s. Kriteria Terminal Konvensional Peti Kemas adalah sebagai berikut:

1) Memiliki sistem dan prosedur pelayanan untuk penanganan peti kemas

2) Memiliki fasilitas tambat permanen yang dapat disandari kapal peti kemas minimal generasi pertama, yakni 1700 TEUS. (Saat ini, kapal ini merupakan kapal kontainer domestik terbesar di Indonesia).

3) Memiliki sumber daya manusia dengan jumlah dan kualitas yang memadai.

4) Menyediakan peralatan bongkar muat peti kemas, antara lain mobile crane, ship gear, top loader, reach stacker, head truck/trailer sesuai kebutuhan. 5) Lapangan penumpukan minimal 72.000 m2 dan

gudang CFS sesuai kebutuhan.

6) Didukung oleh sistem informasi dengan jaringan on line.

7) Memiliki volume cargo yang memadai, minimal 2000 TEUS.

4. Konektivitas Transportasi dalam Sislognas dan MP3EI

Dalam dokumen BAB II STUDI PUSTAKA (Halaman 115-124)