II. TINJAUAN PUSTAKA
2.3. Kemampuan Lahan
2.3.4. Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan
Tanah beserta komponen lahan yang meliputi bentuk lahan, hidrologi, dan iklim serta kaitannya dengan penggunaan lahan, pengelolaan, dan produktivitas lahan merupakan dasar dalam pengelompokan kelas kemampuan lahan. Menurut Arsyad, 2010 dalam Liansari 2012) bahwa untuk mempermudah dalam melakukan klasifikasi lahan maka diperlukan kriteria yang jelas, beberapa kriteria yang dipergunakan untuk melakukan pengelompokan dalam kelas antara lain adalah sebagai berikut:
a. Iklim
Komponen iklim yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan lahan adalah temperatur dan curah hujan. Temperatur yang rendah akan sangat berpengaruh terhadap jenis dan pertumbuhan tanaman. Pada daerah tropika yang berpengaruh terhadap temperatur udara adalah ketinggian letak suatu tempat dari permukaan air laut. Udara yang bebas bergerak pada umumnya akan menglami penurunan temperatur yang berkisar 1oC pada setiap 100 m naik di atas permukaan air laut.
Penyediaan air secara alami yang berupa curah hujan yang tergolong rendah berada pada daerah agak basah (sub humid), agak kering (semi arid) dan kering
12
(arid). Untuk itu setiap lokasi didasarkan atas penampilan tanaman, sehingga pengaruh interaksi antara iklim dengan tanah harus diperhitungkan. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini diperlukan data curah hujan guna menghitung kepekaan erosi tanah (K). Braak, 1928 (dalam Mohr et al. 1972) berdasarkan hasil penelitiannya di Indonesia memprediksi suhu menggunakan persamaan berikut:
T = 26.30C ± 0.61 h
Keterangan : T = Temperatur (0C)
26.30C = temperature rata-rata pada permukaan laut H = ketinggian tempat dalam hectometer (100 meter)
Pengolahan data curah hujan menggunakan klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson. Sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson sangat terkenal di Indonesia dan banyak digunakan pada jenis tanaman tahunan, Schmidt-Ferguson 1951 (dalam Tjasyono 2006) menggunakan nilai perbandingan (Q) antara rata-rata banyaknya bulan kering (Md) dan rata-rata-rata-rata banyaknya bulan basah (Mw) dalam satu tahun. Klasifikasi ini tidak memasukkan unsur suhu karena menganggap amplitudo suhu pada daerah tropika sangat kecil, untuk menentukan bulan kering dan bulan basah maka kategorinya yaitu bulan kering jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan < 60 mm, bulan lembab jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan 60 ± 100 mm dan bulan basah jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan > 100 mm. Sedangkan untuk menentukan rata-rata bulan kering dan rata-rata bulan basah digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan:
Md : Rata-rata bulan kering Ȉfd : Frekuensi bulan kering T : Banyaknya tahun penelitian
Md = ஊୢ
்
13
Keterangan:
Mw : Rata-rata bulan basah Ȉfw : Frekuensi bulan basah T : Banyaknya tahun penelitian
Tahapan Selanjutnya dalam metode Schmidt-Ferguson adalah menentukan nilai Q dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Q : tipe ikim Schmidt-Ferguson Md : Rata-rata bulan kering Mw : Rata-rata bulan basah
Kriteria menurut klasifikasi iklim Schmidt ± Ferguson sebagai berikut:
Tabel 3. Klasifikasi Iklim Schmidt ± Ferguson
Rentang Nilai Keterangan Tipe
0 ± 14.3 Sangat Basah A
b. Lereng (I), Kepekaan Erosi (Nilai K) dan Tingkat erosi Pengelompokkan lereng dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 4. Kriteria Lereng
Kode Kriteria Deskripsi Skor
I0 < 3 Datar 7
Sumber: Arsyad, 2010 dalam Liansari, 2012 Mw = ஊ୵
்
Q = ୢ
ெ௪ x 100%
14
Pengelompokkan kepekaan erosi sebagai berikut:
Tabel 5. Kriteria Kepekaan Erosi Tanah (Nilai K)
Kode Kriteria Deskripsi Skor
KE1 0,00-0,10 Sangat rendah 6
Sumber: Arsyad, 2010 dalam Liansari, 2012
Kepekaan tanah atau erodibilitas dapat ditentukan dengan aturan rumus menurut persamaan Weischmeier, et al. (1971), yaitu
Ketersediaan :
M = ukuran partikel (% pasir sangat halus + % debu x (100 - % liat) a = kandungan bahan organik (% C x 1,724)
b = harkat struktur tanah c = harkat permeabilitas tanah
Pengelompokkan tingkat erosi sebagai berikut:
Tabel 6. Kriteria Kerusakan Erosi yang Telah Terjadi
Kode Kriteria Skor
e0 Tidak ada erosi 6
e1 Erosi ringan, <25% lapisan tanah atas hilang 5 e2 Erosi sedang, 25-75% lapisan tanah atas hilang 4 e3 Erosi agak berat, >75% lapisan tanah atas hilang atau
<25% lapisan bawah hilang
3 e4 Erosi berat >25% lapisan tanah bawah hilang 2
e5 Erosi sangat berat = erosi parit 1
Sumber: Arsyad, 2010 dalam Liansari, 2012 c. Kedalaman Efektif Tanah (k)
Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah hingga pada lapisan yang keras atau lapisan glei pada profil tanah yang dapat mengganggu dan membatasi perakaran. Faktor kedalaman efektif tanah ini sangat mempengaruhi perkembangan akar. Apabila kedalamanya relatif tipis maka akan menghambat perkembangan akar, dan sebaliknya. Kriteria penskoran pada klasifikasi kedalaman efektif tanah adalah sebagai berikut:
K = 1,292{ 2,1 M1,14 (10-4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)} /100
15
Tabel 7. Kriteria Kedalaman Tanah
Kode Kriteria Kedalaman (cm) Skor
k0 Dalam >90 4
k1 Sedang 50-90 3
k2 Dangkal 25-50 2
k3 Sangat dangkal <25 1
Sumber: Arsyad, 2010 dalam Liansari, 2012 d. Tekstur tanah (t)
Tekstur tanah adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah lainnya (Arsyad, 2010). Tekstur tanah merupakan perbandingan antara partikel-partikel tanah dalam suatu massa tanah, yakni perbandingan antara pasir, debu, dan lempung. Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kesuburan serta produktivitas tanah. Selain itu tekstur tanah juga berpengaruh terhadap tingkat plastisitas, permeabilitas, kemampuan tanah dalam mengikat unsur hara, kekerasan, serta kemudahan dalam mengelola tanah. Untuk penentuan klasifikasi kemampuan lahan tekstur lapisan atas tanah (0-30 cm) dan lapisan tanah bawah (30-60 cm) dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 8. Kriteria Tekstur Tanah
Kode Kriteria Deskripsi Skor
t1 Halus Liat berpasir, liat berdebu, liat 1 t2 Agak
halus
Lempung liat berpasir,lempung berliat, lempung liat berdebu
2 t3 Sedang Lempung, lempung berdebu, debu 3 t4 Agak
kasar
Lempung berpasir, lempung berpasir halus, lempung berpasir sangat halus.
2
t5 Kasar Pasir berlempung, pasir 1
Sumber: Arsyad, 2010 dalam Liansari, 2012 e. Permeabilitas (p)
Permeabilitas tanah adalah cepat atau lambatnya air merembes ke dalam tanah melalui pori-pori mikro ataupun ke arah horisontal maupun vertikal. Permeabilitas juga dapat diartikan sebagai kemampuan tanah dalam meloloskan air sampai pada zona jenuh. Kriteria penskoran pada klasifikasi permeabilitas tanah adalah sebagai berikut:
16
Tabel 9. Kriteria Permeabilitas
Kode Kriteria Deskripsi (cm/jam) Skor
P1 Lambat < 0.5 1
P2 Agak lambat 0.5 - 2.00 2
P3 Sedang 2.00 - 6.25 3
P4 Agak cepat 6.25 - 12.5 2
P5 Cepat >12.5 1
Sumber: Arsyad, 2010 dalam Liansari, 2012
Dalam menghitung gerakan air melalui tanah pada kondisi jenuh dikenal Hukum Darcy yang biasa digunakan dalam menghitung permeabilitas. Menurut Israelsen dan Hansen 1962 (dalam Siregar, 2013) bahwa Hukum Darcy merupakan satu ukuran pengaliran air pada tanah jenuh dan dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
k = koefisien permeabilitas (cm/jam) Q = debit air (cm3/jam)
A = luas permukaan tanah (cm2)
hL = tinggi muka air dan tebal tanah (cm) L = tebal/kedalaman tanah (cm)
f. Drainase (d)
Drainase tanah dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 10. Kriteria Drainase
Kode Kriteria Deskripsi Skor
d0 Berlebihan Sedikit air yang ditahan oleh tanah, sehingga tanaman segera kekurangan air
1 d1 Baik Tanah mempunyai peredaran udara yang
baik. Profil tanah berwarna cerah
5 d2 Agak baik Peredaran udara di daerah perakaran baik,
sampai kedalaman 60 cm tidak ada bercak
4 d3 Agak
buruk
Peredaran udara didaerah perakaran baik, terdapat bercak pada kedalaman 40cm
3 d4 Buruk Lapisan dekat permukaan tanah terdapat
bercak
2 d5 Sangat
buruk
Air menggenang di permukaan dalam waktu yang relatif lama
1 Sumber: Arsyad, 2010 dalam Liansari, 2012
K = ொ
17
g. Faktor-faktor khusus
Faktor-faktor penghambat lain yang mungkin ada adalah batu, bahaya banjir dan salinitas.