PROFIL PERUSAHAAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA YANG DIPUTUS HUBUNGAN KERJA SEPIHAK
A. Kronologi Kasus
Juanita merupakan seorang karyawan yang beralamat di Perum Belabong Blok G2K No. 50 RT. 02/16 Desa Cimanggis Kecamatan Bojong Gede, Bogor Jawa Barat. Dalam hal ini diwakili oleh Ujang Efenfi, S.H dan Oky Utomo, S.H, CLA adalah Advokat dan Penasihat Hukum yang kemudian disebut sebagai PENGGUGAT. Penggugat melawan PT. Laxmirani Mitra Garmindo yang beralamat di Gedung menara Era lantai 11 unit 1102/02, Jalan Senen Raya Kav. 135-137 Jakarta Pusat yang diwakili oleh Shashi Melwani selaku direksi yang memberi kuasa kepada Parulian Hamonangan Simatupang, S.H dan Ondo A. D. Simarmata, S.H sebagai Advokat dan Konsultan Hukum yang kemudian disebut sebagai TERGUGAT.
Juanita mulai bekerja pada tanggal 2 Desember 2000 pda jabatan QC Subcon dengan gaji Terakhir sebesar Rp. 4.500.000. selama bekerja penggugat tidak pernah melakukan pelanggaran dan belum pernah mendapat terguran atau surat peringatan baik secara tertulis maupun lisan. Sampai pada tanggal 13 September 2018, penggugat dipanggil oleh manajer perusahaan yaitu bapak Kamal dan Mr. Ashfak yang menyampaikan bahwa barang yang disubcon berupa jaker mengalami keterlambatan pengiriman yang mengakibatkan kerugian perusahaan. Oleh karena itu manajer membubarkan bagian QC Subcon.
Kemudian manajer perusahaan kembali memanggil Penggugat pada tanggal 25 September 2018 dan menyampaikan secara langsung bahwa penggugat sudah tidak bekerja di PT. Laxmirani Mitra Garmindo terhitung sejak saat itu serta menawarkan konvensasi Pesangon selama bekerja sebesar Rp. 15.000.000
Penggugat dipanggil kembali oleh Manajer perusahaan pada tanggal 5 Oktober 2018 untuk menawarkan uang kebijakan sebesar Rp, 15.000.000 atau
54
di mutasi ke PT. Laxmirani Mitra Garmindo Sukabumi. Pada sore harinya pihak HRD melalui Ibu Asty menyampaikan bahwa Perusahaan bersedia membayar uang kebijakan selama bekerja sebesar Rp.18.000.000
Pada tanggal 8 oktober 2018 Penggugat kembali dipanggil untuk menghadap ibu Asty untuk kembali menawarkan uang kebijakan sebesar Rp.
18.000.000. Karena Penggugat kembali menolak, pihak HRD memberikan surat mutasi terhadap Penguggat ke PT. Laxmirani Mitra Garmindo Sukabumi yang efektif pada tanggal 1 November 2018 dengan nomor surat 135//LR/HRD/X/2018.
Penggugat mengirim surat ke perusahaan pada tanggal 15 Oktober 2018 yang pada kesimpulannya menolak dimutasikan dengan alasan sebagai berikut:64
1. Mengingat kondisi badan yang mudah sakit, khawatir jika berada jauh dari keluarga
2. Mengingat mutasi tidak dibuat dan dicantumkan dalam perjanjian kerja dan peraturan perusahaan yang disahkan oleh Kementerian Tenega Kerja Republik Indonesia
3. Bahwa Penggugat telah di PHK secara lisan oleh Manajer Mr. Ashfak terhitung tanggal 26 September 2018 dan ditawarkan uang kebijakan sebesar Rp. 15.000.000 yang diikuti oleh HRD ibu Asty dan penggugat menolaknya
4. Bahwa mutasi ini sengaja direkayasa agar penggugat merasa tertekan dan mengundurkan diri dan menerima tawaran sebesar Rp. 15.000.000
5. Bahwa Penggugat sudah di PHK secara sepihak dan disampaikan langsung oleh Manajer MR. ASHFAK, Penggugat meminta Uang Pesangon sesuai Ketentuan Pasal 156, Ayat ,2,3,4 dan gaji sampai bulan Desember 2018 yaitu sebesar Rp.148.000.000
Atas perselisihan tersebut, Penggugat sudah mencatatkan dan meminta kepada Kepala Suku Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Jakarta
64 Lihat Putusan Hakim, “Nomor:25/Pdt.Sus-PHI/2019/PN JKT PST”, h.,3
Pusat untuk dapat menyelesaikan perselisihan secara musyawarah dan mufakat secara triparti, akan tetapi tidak mencapai kesepakatan. Maka akhirnya mediator mengeluarkan surat anjuran No.171/-1.1.835.3 pada tanggal 17 Januari 2019 yang isinya sebagai berikut:65
1. Pihak Perusahaan membayar Pesangon kepada Penggugat 2 (dua) kali ketentuan pasal 156 ayat 2, Uang Penghargaan 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat 3, dan Uang Pengganti Hak 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat 4 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dengan rincian sebagai berikut:
a. Uang Pesangon : 2 x 9 x Rp.4.500.000 = Rp.81.000.000 Uang Penghargaan Masa Kerja : 6x Rp.4.500.000 = Rp.27.000.000 Uang Pengganti Hak :15%x Rp.108.000.000 = Rp.16.200.000
= Rp.124.000.000 b. Upah sejak bulan Oktober 2018 s/d Desember 2019
2. Agar saudari Juanita dapat menerima Uang Kompensasi PHK dari PT.
Laxmirani Mitra Garmindo (Tergugat) sebagaimana poin 1 diatas
Berdasarkan perkara tersebut, Penggugat memohon kepada Ketua Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk memeriksa dan mengadili, dan memutuskan dengan amar putusan sebagai berikut :
1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya
2. Menyatakan demi hukum bahwa tergugat telah melanggar ketentuan Pasal 156 Hurup E Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan terhadap Penggugat
3. Menyatakan PUTUS hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat dan membayar uang Pesangon 2 x ketentuan Pasal 156 ayat 2 (dua), 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat 3 (tiga), dan 1 (satu) kali ketentuan
65 Lihat Putusan Hakim, “Nomor:25/Pdt.Sus-PHI/2019/PN JKT PST”, h.,5
56
Pasal 156 ayat 4 (empat) serta upah proses sampai ada putusan Pengadilan Hubungan Industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) yang dapat Penggugat rinci sebagai berikut:
- Uang Pesangon : 2 x 9 x Rp.4.500.000 = Rp.81.000.000 Uang Penghargaan Masa Kerja : 6x Rp.4.500.000 = Rp.27.000.000 Uang Pengganti Hak :15%x Rp.108.000.000 = Rp.16.200.000
= Rp.124.000.000 4. Upah sejak bulan Oktober 2018, s/d Incrah
5. Menerbitkan atau membuat Surat Rekomendasi Kerja (Verklaring) untuk Penggugat
6. Menghukum Tergugat menurut hukum untuk membayar uang paksa (dwangsom), sebesara Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) untuk setiap harinya, apa bila Tergugat telah lalai memenuhi isi putusan ini
7. Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun ada Bantahan (verset), banding atau kasasi (uitvoerbaar bij voorraad) 8. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam
perkara ini
Pihak Tergugat merasa Keberatan dengan tuntutan tersebut. Tergugat menganggap bahwa pihak Penggugat telah terjadi kesalahpahaman bahwa pada tanggal 25 September 2018 melalui bapak Ashfak dan bapak Kamal Penggugat dipanggil karena adanya kesalahan dalam pekerjaan, maka tim QC Subcon akan dikecilkan, namun pihak Penggugat justru salahpaham menganggap dirinya di PHK sehingga meminta Uang Pesangon sesuai ketentuan ketenagakerjaan, maka terjadilah negosiasi.
Kemudian pihak Tergugat menolak tidak pernah mengeluarkan surat mutasi yang diberikan kepada penggugat. Kejadian ini murni akibat kelalaian dalam melaksanakan kewajibannya sebagai karyawan dengan tidak hadir 2 (dua) kali berturut-turut saat dipanggil oleh perusahaan, terhitung pada tanggal 26 September 2018 Penggugat tidak hadir bekerja.
Pada tanggal 3 oktober penggugat dipanggil lewat HRD secara tertulis dengan nomor surat 134/:R/HRD/X/2018 namun tidak hadir dengan alasan sudah tidak ada waktu ke kantor. Kemudian dilakukan kembali pemanggilan pada tanggal 22 Oktober 2018 dengan nomor surat 138/LR/HRD/X/2018 dalam rangka menyelesaikan permasalahan namun Penggugat kembali tidak hadir, maka dengan itu perusahaan mengdiskualifikasikan sebagai pengunduran diri sebagaimana yang diatur dalam pasal 168 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Akhirnya perusahaan dengan tegas mengeluarkan surat PHK Nomor : 145/LR/HRD/XI/2018 tanggal 26 Oktober 2018.