• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAWASAN INDUSTRI DAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM

B. Kualitas Air Laut di Wilayar Pesisir

Menurut Darmono (2006), logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7. Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transformasi melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya.

Pada penelitian ini dilihat seberapa besar pengaruh limbah baja yang mengalir ke wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon terhadap kualitas air laut. Adapun pengaruh dari limbah baja ini ditunjukkan oleh kualitas air seperti yang disajikan pada Tabel 16. Analisis kualitas air dilihat pada penelitian ini terutama kandungan logam beratnya, karena adanya logam berat di perairan, berbahaya, baik secara langsung terhadap kehidupan organisme maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat, yaitu:

1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit dihilangkan.

2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut. 3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari

konsentrasi logam dalam air. Disamping itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial dalam skala waktu tertentu.

Kadmium (Cd) dalam air berasal dari pembuangan industri dan limbah pertambangan. Logam ini sering digunakan sebagai pigmen pada keramik, dalam penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy, dan baterai alkali. Keracunan kadmium

dapat bersifat akut dan kronis. Efek keracunan yang dapat ditimbulkannya berupa penyakit paru-paru, hati, tekanan darah tinggi, gangguan pada sistem ginjal dan kelenjer pencernaan serta mengakibatkan kerapuhan pada tulang.

Seperti diketahui bahwa limbah baja termasuk limbah logam berat, yang didalamnya terkandung unsur-unsur bahan kimia. Tembaga merupakan logam yang ditemukan dialam dalam bentuk senyawa dengan sulfida (CuS). Tembaga sering digunakan pada pabrik-pabrik yang memproduksi peralatan listrik, gelas, dan alloy. Tembaga masuk keperairan merupakan faktor alamiah seperti terjadinya pengikisan dari batuan mineral sehingga terdapat debu, partikel-partikel tembaga yang terdapat dalam lapisan udara akan terbawa oleh hujan. Tembaga juga berasal dari buangan bahan yang mengandung tembaga seperti dari industri galangan kapal, industri pengolahan kayu, dan limbah domestik. Pada konsentrasi 2,3 – 2,5 mg/l dapat mematikan ikan dan akan menimbulkan efek keracunan, yaitu kerusakan pada selaput lendir . Tembaga dalam tubuh berfungsi sebagai sintesa hemoglobin dan tidak mudah dieksresikan dalam urine karena sebagian terikat dengan protein, sebagian dieksresikan melalui empedu ke dalam usus dan dibuang kefeses, sebagian lagi menumpuk dalam hati dan ginjal, sehingga menyebabkan penyakit anemia dan tuberkulosis.

Logam timbal (Pb) berasal dari buangan industri metalurgi, yang bersifat racun dalam bentuk Pb-arsenat. Dapat juga berasal dari proses korosi lead bearing

alloys. Kadang-kadang terdapat dalam bentuk kompleks dengan zat organik. Namun pada penelitian ini terlihat bahwa konsentrasi timbal (Pb) pada air laut masih di bawah baku mutunya.

Kadmium (Cd) lebih beracun bila terisap melalui saluran pernapasan daripada melalui saluran pencernaan. Kasus keracunan akut kadmium sebagian besar dari mengisap debu dan asap kadmium, terutama kadmium oksida (CdO). Dalam beberapa jam setelah mengisap, korban akan mengeluh pada gangguan pencernaan, muntah, kepala pusing, dan sakit pinggang. Kadmium merupakan logam toksik yang diketahui berinteraksi dengan seng (Zn), sehingga hadirnya Cd dapat mengganggu sifat esensial dari Zn. Dalam penelitian ini terlihat bahwa konsentrasi kadmium (Cd) dan seng (Zn) pada kualitas air laut di Kawasan Industri Krakatau Cilegon tergolong masih di bawah baku mutunya.

Pada ion merkuri (Hg) menyebabkan pengaruh toksik karena terjadinya proses presipitasi protein, menghambat aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Pengaruh toksisitas merkuri pada manusia bergantung pada bentuk komposisi

merkuri, rute masuknya ke dalam tubuh dan lamanya ekspose. Sedangkan tembaga (Cu) merupakan logam berat esensial, kecenderungan untuk menimbulkan keracunan pada hewan. Keracunan terjadi apabila garam Cu langsung kontak dengan dinding usus hewan sehingga menimbulkan radang, hewan menjadi shock dan akhirnya mati. Namun pada penelitian ini terlihat bahwa konsentrasi merkuri (Hg) dan tembaga (Cu) pada air laut masih di bawah baku mutunya.

Walaupun kandungan logam berat di dalam air tidak terdeteksi, namun kandungan logam berat di dalam sedimen cukup tinggi, begitupun kandungan logam berat pada biota air terutama biota air yang bersifat menetap seperti kerang-kerangan. Rendahnya kandungan berat pada air disebabkan pada air disebabkan oleh tingginya flushing yang terjadi di wilayah pesisir dan sifat logam berat tersebut mempunyai densitas lebih dari 5, sehingga logam berat akan cenderung mengendap ke dasar perairan (Riani, dkk., 2004). Hal ini sesuai pendapat Law (1981) yang menyatakan bahwa terjadinya peningkatan sumber logam berat, namun konsentrasi dalam air dapat berubah setiap saat, karena adanya berbagai macam proses yang dialami oleh senyawa tersebut selama dalam kolom air. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dipahami jika kandungan logam berat pada air laut semuanya tidak terdeteksi. Sedangkan logam berat pada sedimen disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Logam berat pada sedimen

No. Logam berat pada sedimen Konsentrasi (mg/l)

1 Timbal (Pb) 11,05

2 Kadmium (Cd) 10,2

3 Crom (Cr 0,7

4 Merkuri (Hg) 8,3

Berdasarkan Tabel 17 di atas, kandungan logam berat pada sedimen memperlihatkan konsentrasi yang cukup tinggi, bila dibandingkan dengan ketentuan dari yang dikeluarkan oleh swedian environmental protection agence (SEPA) terutama pada kandungan logam berat kadmium (Cd) mencapai 0,02 mg/l dan merkuri (Hg) < 0,05 mg/l. Dari analisis hasil laboratorium memperlihatkan bahwa konsentrasi timbal (Pb) pada sedimen mencapai 11,05 mg/l. Kadmium (Cd) pada sedimen mencapai 10,2 mg/l, Crom (Cr) pada sedimen mencapai 0,7 mg/l dan merkuri (Hg) pada sedimen mencapai 8,3 mg/l. Kondisi ini memperlihatkan bahwa sumbangan dari limbah industri di wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon cukup tinggi. Dan logam berat yang terdapat pada limbah industri terdapat di

Kawasan Industri tersebut akan mengendap dan terakumulasi di dasar perairan pesisir. Hal ini sesuai dengan pendapat environmental protection agence (APE) tahun 1973 yang menyatakan bahwa zat pencemar seperti logam berat akan masuk ke dalam ekosisitem laut dan melalui proses fisika kimia akan mengakibatkan logam berat mengendap di dasar air. Demikian juga pada kandungan logam berat pada organ tubuh kerang-kerangan seperti disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Kandungan logam berat pada organ tubuh kerang-kerangan

No. Jenis logam berat Konsentrasi pada Insang (mg/l) Konsentrasi pada Hati (mg/l) 1 Timbal (Pb) 87 97 2 Kadmium (Cd) 69 171 3 Crom (Cr) 13,3 75,64 4 Merkuri (Hg) 69 121,52

Berdasarkan Tabel 18 di atas, berbeda dengan kandungan logam berat pada air dan sedimen, kandungan logam berat pada kerang-kerangan yang siap dikonsumsi, kandungan beratnya sangat tinggi. Dalam hal ini konsentrasi Pb pada insang mencapai 87 mg/l, sedangkan pada hati(hepatopankreas) mencapai 97 mg/l. Konsentrasi Cd pada insang mencapai 69 mg/l, sedangkan pada hati (hepatopankreas) mencapai 171 mg/l. Konsentarasi Cr pada insang mencapai 13,3 mg/l, sedangkan pada hati (hepatopankreas) mencapai 75,64 mg/l. Konsentrasi Hg pada insang mencapai 69 mg/l, sedangkan pada hati (hepatopankreas) mencapai 121,52 mg/l. Konsentarasi tersebut terjadi karena adanya akumulasi logam berat pada biota air (Lu, 1995). Hal ini sesuai dengan pernyataan EPA 1973 yang menyatakan bahwa logam berat yang masuk ke lingkungan laut akan dipekatkan melalui proses biologis, karena logam berat tersebut diserap oleh biota air terutama yang bersifat menetap seperti kerang-kerangan dan selanjutnya mengalami pemekatan di dalam kerang-kerangan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Horiguchi, et al. (2006) yang menyatakan bahwa logam berat yang terdapat pada ekosistem perairan juga akan mengalami proses pemekatan dengan melalui proses makan memakan (biomagnifikasi).

Untuk melihat pengaruh logam berat terhadap air, sedimen, dan biota air seperti kerang pada insang dan hati (hepatopankreas) disajikan pada histogram Gambar 15.

Gambar 15. Logam berat pada air, sedimen, insang dan hepatopankreas

Sedangkan pengaruh sedimen, insan, hati (hepatopankreas), dan air pada logam berat disajikan pada histogram Gambar 16.

Sedimen 0,7 – 11,05 mg/l Insang 13,3 – 87 mg/l

Hepatopankreas 75,64 – 171mg/l Air tidak terdeteksi

Gambar 16. Konsentrasi sedimen, insang, hepatopankreas, dan air pada logam berat

Masalah pencemaran lingkungan di pesisir merupakan masalah besar sebagai salah satu dampak negatif dari kemajuan di bidang industri. Limbah industri jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan dampak bagi lingkungan terhadap

manusia maupun organisme-organisme yang dihidup disekitarnya. Bahan pencemaran logam berat biasanya berasal dari kegiatan industri selain bersifat racun bagi organisme perairan, logam berat dapat terakumulasi dalam tubuh ikan maupun hasil laut lainnya. Hal ini berakibat akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi hasil-hasil laut tersebut. Namun rendahnya logam berat Cu, Pb, Hg, Cd, dan Zn dalam perairan tidak berarti bahwa pasti aman, karena logam berat pada makhluk hidup bersifat akumulatif yang pada akhirnya dapat membahayakan makhluk hidup yang terdapat didalamnya.

Bahan buangan yang sering menimbulkan pencemaran laut atau pantai ditemui di negara-negara yang sedang berkembang. Diketahui ada beberapa jenis logam berat yang dipertimbangkan sebagai pencemar, namun ada beberapa logam berat tersebut yang esensial untuk kehidupan organisme, misalnya Mn, Fe, dan Cu tetapi dalam penggunaan jumlah berlebih sangat beracun bagi kehidupan organisme. Sumber limbah yang banyak mengandung logam berat biasanya berasal dari aktivitas industri, pertambangan, pertanian dan pemukinan penduduk. Kandungan logam berat dalam perairan/pesisir dipengaruhi oleh parameter fisika dan kimia yaitu arus, suhu, salinitas, pedatan tersuspensi dan derajat keasaman (pH), namun kandungannya pada pesisir sekitar Kawasan Industri Krakatau Cilegon masih dalam batas belum membahayakan.

Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan estuaria merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Menurut Darmono (2006), pada air laut di lautan lepas kontaminasi logam berat biasanya terjadi secara langsung dari atmosfir atau tumpahan minyak dari kapal-kapal tangker yang melaluinya, sedangkan di wilayah sekitar pantai kontaminasi logam kebanyakan berasal dari mulut sungai yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri.

Berdasarkan analisis kualitas air terhadap parameter bau, kecerahan, zat padat tersuspensi, suhu, lapisan minyak, sampah, pH, salinitas, amoniak sulfida, fenol, surfactan anion, minyak dan lemak, serta Hg, Cu, Cd, Pb, dan Zn memperlihatkan bahwa semua parameter ada di bawah ambang batas (Tabel 18). Hal ini mengandung arti bahwa wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon masih ada dalam kondisi baik.

5.4.3 Proses Instalasi Pengelohan Air Limbah Baja

Proses instalasi pengolahan air limbah (IPAL) pada perusahan baja PT. Krakatau Steel dikenal dengan nama reject treatment plant (RTP) atau waste water treat plant (WWTP). Proses IPAL /RTP/WWTP limbah baja ini melalui fluida-fluida proses setelah digunakan pada proses cold rolling mill (CRM) sebelum dibuang sebagai limbah, dilakukan proses regenerasi atau recovery sebagai upaya optimalisasi konsumsi dan minimalisasi kontaminasi dalam buangan limbah cair.

Limbah cair ini pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua bagian menurut sifat keasamannya, yaitu:

1. Acid Effluent (AE) adalah limbah cair asam yang berasal dari bocoran-bocoran mekanikal seal diproses acid regenerasi plant (ARP) dan sisa-sisa FeCl2 < 10 gr/lt, HCl < 5 gr/lt dalam air demin (eks kondensat dan rinsing), dengan jumlah buangan rata-rata 8 m3/jam.

2. Waste Industrial Effluent (WIE) adalah limbah basa yang berasal dari sisa-sisa air pencucian strip di ECL 1-2, CAL, air eks coolant atau tumpahan rolling oil di CTCM dan TPM, tumpahan/bocoran pelumas-pelumas mesin maupun kotoran-kotoran dari cleaning mill. Jumlah rata-rata buangan adalah 60 m3/jam, dengan kontaminasinya adalah minyak berkisar 0,12%, NaOH < 0,66% dan partikel-partikel pengotor lainnya (pasir, tanah, dan sebagainya).

Limbah cair tersebut dipompakan dari mill ke IPAL/RTP ke dalam masing-masing tangki penampungannya, yaitu asam ke AE Storage Tank dengan kapasitas penampung 200 m3 dan Presettler Tank dengan kapasitas 1.500 m3 untuk limbah basa. Dari kedua penampung ini selanjutnya diolah dalam tangki-tangki pengolahan yang tersedia guna memisahkan kontaminasinya dari air, yaitu melalui proses asam dan proses basa.