BAB II
1. Materi ajar adalah seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
2. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi:
a. Relevansi artinya kesesuaian. Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain. Misalnya : kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah ”Menjelaskan hukum permintaan dan hukum penawaran serta asumsi yang mendasarinya” (Ekonomi kelas X semester 1) maka pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan seharusnya ”Referensi tentang hukum permintaan dan penawaran”
(materi konsep), bukan Menggambar kurva permintaan dan penawaran dari satu daftar transaksi (materi prosedur).
b. Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah Operasi Aljabar bilangan bentuk akar (Matematika Kelas X semester 1) yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan merasionalkan pecahan bentuk akar.
c. Adequacy artinya kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang
membantu tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika
terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian keseluruhan SK dan KD).
3. Langkah-langkah penentuan materi pembelajaran
a. Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu di identifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik.
Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
Harus ditentukan apakah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
semirutin, dan rutin.
apresiasi, penilaian, dan internalisasi.
b. Identifikasi Jenis-jenis Materi Pembelajara
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi pembelajaran dengan tingkatan aktivitas /ranah pembelajarannya. Materi yang sesuai untuk ranah kognitif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti
pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah kognitif adalah fakta, konsep, prinsip dan prosedur.
Materi pembelajaran yang sesuai untuk ranah afektif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah afektif meliputi rasa dan penghayatan, seperti pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian.
Materi pembelajaran yang sesuai untuk ranah psikomotor ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah psikomotor terdiri dari gerakan awal, semirutin, dan
rutin. Misalnya tulisan tangan, mengetik, berenang, mengoperasikan komputer, mengoperasikan mesin dan sebagainya.
Materi yang akan dibelajarkan perlu diidentifikasi secara tepat agar pencapaian kompetensinya dapat diukur. Di samping itu, dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan dibelajarkan, maka guru akan mendapatkan ketepatan dalam metode pembelajarannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi, metode, media, dan sistem evaluasi yang berbeda-beda. Misalnya metode pembelajaran materi fakta atau hafalan bisa menggunakan “jembatan keledai”,
“jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode pembelajaran materi prosedur dengan cara “demonstrasi”.
Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan dibelajarkan adalah dengan cara mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita belajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau keterampilan motorik.
4. Bahan ajar disusun dengan tujuan antara lain sebagai berikut:
a. menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.
b. membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
5. Berbagai sumber dapat digunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini:
a. Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Buku teks yang digunakan sebagai sumber bahan ajar untuk suatu jenis matapelajaran tidak harus hanya satu
jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas, b. Laporan hasil penelitian
Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir,
c. Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah)
Penerbitan berkala yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya.
d. Pakar bidang studi
Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar.
Pakar tadi dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb.
e. Profesional
Kalangan professional adalah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu.
Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan.
Sehubungan dengan itu bahan ajar yang berkenaan dengan eknomi dan keuangan dapat ditanyakan pada orang-orang yang bekerja di perbankan.
f. Buku kurikulum
Buku kurikulm penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi. Gurulah yang harus menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci.
g. Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan.
Penerbitan berkala seperti Koran banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran. Penyajian dalam koran-koran atau mingguan menggunakan bahasa popular yang mudah dipahami. Karena itu baik sekali apa bila penerbitan tersebut digunakan sebagai sumber bahan ajar.
h. Internet
Bahan ajar dapat pula diperoleh melalui jaringan internet. Di internet kita dapat memperoleh segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet.
Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi.
i. Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio)
Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi.
j. Lingkungan (alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi)
Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungan social, lengkungan seni budaya, teknik, industri, dan lingkungan ekonomi dapat digunakan sebgai sumber bahan ajar. Untuk mempelajari abrasi atau penggerusan pantai, jenis pasir, gelombang pasang misalnya kita dapat menggunakan lingkungan alam berupa pantai sebagau sumber.
6. Fungsi Bahan Ajar
Dalam pembuatan bahan ajar terbagi 2:
a. Fungsi bahan ajar menurut pihak yang memanfaatkan bahan ajar Fungsi bahan ajar ini dapat dibedakan menjadi 2 macam :
a) Fungsi bahan ajar bagi pendidik, diantaranya :
Menghemat waktu pendidikan dalam mengajar
Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilisator
Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif
Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktifitas dalam proses pembelajaran dan merupakan kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik.
Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.
b. Fungsi bahan ajar bagi peserta didik antara lain :
Peserta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidikan atau teman peserta didik yang alin.
Peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki.
Peserta didik dapat belajar belajar sesuai kecepatannya masing masing
Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.
Membantu peserta didik untuk menjadi pelajar yang mandiri,dan
Sebagi pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan subtansi kompetensi yang seharusnya dipelajari dan dikuasainya.
c. Fungsi bahan ajar menurut strategi pembelaran yang digunakan Fungsi bahan ajar ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal,antara lain :
Sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawasa dan penggalian prose pembelajaran
Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.
b. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran indivudual ,antara lain :
Sebagai media utama dalam prose pembelajaran
Sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengaawasi proses peserta didik dalam memperoleh informasi
Sebagi penunjang media pembelajran indivudual lainnya.
c. Fungsi bahan ajar dalam pembelajar kelompok ,antara lain :
Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok,dengan cara memberi informasi tentang latar belakang materi,informasi tentang peran orang –orang yang terlibat dalam belajar kelompok.
Sebagi bahan pendukung bahan belajar utama dan apabila dirancang sedemikian rupa maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
BAB III
1. Keilmuan bahan ajar dan kebijaksanaan Pemerintah,konteks ini terlihat jelas dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 Pasal 29 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut. “Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional”. Mengenai bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, berarti pelaksanaan pendidikan di sebuah Negara memerlukan sebuah bahasa yang seragam, agar kelangsungan pendidikan tidak terhambat, karena pemakaian lebih dari satu bahasa dalam dunia pendidikan yang akan mengganggu keefektifan pelaksanaan pendidikan. Mengingat fungsi utama bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi dan memperoleh informasi dan menjelaskan suatu informasi atau materi pelajaran yang terkait secara kontekstual. Sehingga dengan sebuah keseragaman bahasa tersebut, diharapkan dapat menjadikan kegiatan pendidikan berjalan dengan baik dan lancar.
Selain itu, peserta didik dari tempat yang berbeda tetap dapat saling berhubungan atau berbagi informasi dengan mudah karena bahasa yang mereka gunakan dapat dipahami satu sama lain. Dengan demikian, bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa yang dapat memenuhi kebutuhan akan bahasa yang seragam dalam pendidikan di Indonesia.
Namun, tidak hanya bahasa Indonesia saja yang dijadikan sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Tetapi bahasa asing pun dapat dijadikan sebagai bahasa pengantar dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Seperti yang terdapat dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 Pasal 29 ayat (2) yang berbunyi sebagai berikut.
“Bahasa pengantar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan bahasa asing untuk tujuan yang mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik”.
Meskipun Pasal 29 ayat (2) berbunyi seperti itu, tetapi bahasa pengantar dalam dunia pendidikan harus diutamakan menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini berkaitan dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, karena bahasa Indonesia pun penting untuk dipelajari terutama oleh bangsa Indonesia agar tidak hanya dapat mengetahui teori, tetapi juga belajar menerapkan bagaimana menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, benar dan santun.
Bahasa Indonesia dalam konteks pendidikan memiliki peranan penting untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar dan segala hal dalam konteks pendidikan. Bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan juga dibuktikan dengan pemakaian bahasa Indonesia sebagai pengantar pendidikan dari taman kanak-kanak hingga ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, materi pelajaran yang berbentuk media cetak juga harus menggunakan bahasa Indonesia. Jika buku referensi mata pelajaran yang menggunakan bahasa Indonesia masih kurang cukup, maka dapat melakukan cara menterjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri. Dengan cara ini akan sangat membantu dalam meningkatkan perkembangan bahasa Indonesia sebagai
bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia dalam konteks pendidikan menjadi bahasa pengantar yang wajib dalam setiap kegiatan pendidikan nasional. Dalam pemakaiannya, bahasa Indonesia telah berkembang pesat mengikuti perkembangan zaman dan sudah tersebar luas, sehingga bukan hanya terbatas pada bahasa pengantar saja, akan tetapi bahan-bahan ajar juga menggunakan bahasa Indonesia. Dalam konteks ini bahasa Indonesia adalah bahasa yang membuka jalan bagi kita untuk menjadi anggota yang seutuhnya dari bangsa Indonesia.
2. Kebijakan Pemerintah Mengenai Bahan Ajar dan telah diatur sedemiklian rupa, hal ini dapat dilihat dalam:
Bab III Penilaian Buku Teks
Pasal 4
5) Buku teks pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dinilai kelayakan-pakainya terlebih dahulu oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebelum digunakan oleh pendidik dan/ atau peserta didik sebagai sumber belajar disatuan pendidikan.
6) Kelayakan buku teks sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di tetapkan oleh Menteri.
7) Buku teks muatan lokal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dinilai kelayakan-pakainya terlebih dahulu oleh dinas pendidikan profinsi berdasarkan standar nasional pendidikan sebelum digunakan oleh pendidik dan/atau perserta didik sebagai sumber belajar disatuan pendidikan.
8) Kelayakan buku teks sebagaimana dimaksud pada ayat (3) di tetapkan oleh Gubenur.
Bab IV
Pemilihan Buku Teks di Satuan Pendidikan Pasal 5
5) Buku teks untuk setiap mata pelajaran yang digunakan pada satuan pendidikan dasar dan menengah di pilih oleh rapat pendidikan pada satuan pendidikan dari buku-buku teks pelajaran yang telah ditetapkan kelayakan-pakainya oleh Menteri.
6) Dalam hal Menteri belum menetapkan kelayakan pakai buku teks mata pelajaran tertentu pada satuan pendidikan dasar dan menengah, maka rapat pendidikan pada satuan pendidikan dapat memilih buku teks yang tersedia di pasar buku dengan mempertimbangakan mutu buku teks dan kesesuainya dengan standar nasional pendidikan.
7) Buku teks untuk mata pelajaran muatan lokal yang digunakan pada satuanpendidikan dasar dan menengah dipilih oleh rapat pendidikan dari buku-buku teks pelajaran yang telah ditetapkan kelayakan-pakainya oleh Gurbenur.
8) Dalam hal Gubenur belum menetapkan kelayakan pakai buku teks mata pelajaran tertentu pada satuan pendidikan dapat memilih buku teks muatan lokal yang tersedia di pasar buku , maka rapat pendidikan pada satuan pendidikan dapat memilih buku teks yang tersedia di pasar buku dengan mempertimbangkan mutu buku teks dan kesesuainya dengan standar nasional pendidikan.
Bab V
Penggunaan Buku di Satuan Pendidikan Pasal 6
5) Buku teks digunakan sebagai acuan wajib oleh pendidik dan perserta didik dalam proses pembelajaran.
6) Selain buku teks sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendidik dapat menggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran.
7) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik, pendidik dapat menganjurkan peserta didik untuk membaca buku pengayaan dan buku referensi.
8) Buku-buku dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) yang digunakan dalam satu-satuan pendidikan berasal dari lebih dua penerbit.
Pasal 7
1) Pendidik dapat menganjurkan kepada peserta didik yang mampu untuk memliki buku . 2) Anjuran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bersifat tidak memaksa atau tidak mewajibkan.
3) Untuk memiliki buku sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2, peserta didik atau orangtua/walinya membelinya langsung kepada pengecer.
4) Satuan pendidikan wajib menyediakan buku teks diperpustakaan dan pendidik menganjurkan kepada semua peserta didik untuk memimjam buku teks pelajaran diperpustakaan satuan pendidikan atau memilikinya.
3. Unsur-Unsur Bahan Ajar
Ada 6 komponen yang perlu diketahui berkaitan dengan unsur-unsur bahan ajar.
g) Petunjuk belajar
Penjelasan tentang bagaimana pendidik sebaiknya mengajarkan materi kepada peserta didik dan bagaimana peserta didik sebaiknya mempelajari materi yang ada dalam bahan ajar tersebut.
h) Kompetensi yang akan dicapai
Bahan ajar haruslah berisikan standar kompetensi, kompetensi dasar maupun indicator pencapaian hasil belajar yang harus dikuasai oleh peserta didik.
i) Informasi pendukung
Informasi pendukung merupakan informasi tambahan yang dapat melengkapi bahan ajar, sehingga peserta didik mudah untuk menguasai pengetahuan yang mereka peroleh.
j) Latihan-latihan
Tugas yang diberikan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan sehingga dapat terkuasai secara matang.
k) Petunjuk kerja atau lembar kerja
Lembar kerja yang berisikan sejumlah langkah procedural cara pelaksanaan aktivitas atau kegiatan tertentu yang harus dilakukan oleh peserta didik.
l) Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian dari proses penilaian. Terdapat sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada peserta didik guna mengukur sejauh mana penguasaan kompetensi yang berhasil mereka kuasai.
BAB VI
1. Penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk.
Penilaian bersifat kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata).
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. (Akhmat Sudrajat)
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
2. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;
c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses pembelajaran, juga melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
3. Isi PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat (1) dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Selanjutnya, ayat (2)
menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk (a) menilai pencapaian kompetensi peserta didik; (b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar;
dan (c) memperbaiki proses pembelajaran. Dalam rangka penilaian hasil belajar (rapor) pada semester satu penilaian dapat dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti pekerjaan rumah (PR), proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut
digunakan untuk mengisi nilai rapor semester satu. Pada semester dua penilaian dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan kenaikan kelas dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti PR, proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor pada semester dua.
a. Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan.
Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting dalam
pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik.
Penilaian dalam KTSP menggunakan acuan kriteria. Maksudnya, hasil yang dicapai peserta didik dibandingkan dengan kriteria atau standar yang ditetapkan. Apabila peserta didik telah mencapai standar kompetensi yang ditetapkan, ia dinyatakan lulus pada mata pelajaran tertentu. Apabila peserta didik belum mencapai standar, ia harus mengikuti program remedial/perbaikan sehingga mencapai kompetensi minimal yang ditetapkan.
Penilaian yang dilakukan harus memiliki asas keadilan yang tinggi. Maksudnya, peserta didik diperlakukan sama sehingga tidak merugikan salah satu atau sekelompok peserta didik yang dinilai. Selain itu, penilaian tidak membedakan latar belakang
sosial-ekonomi, budaya, bahasa, jender, dan agama. Penilaian juga merupakan bagian dari
sosial-ekonomi, budaya, bahasa, jender, dan agama. Penilaian juga merupakan bagian dari