• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kunjungan Kerja Menteri Perdagangan Australia

BAB I KINERJA

D. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral

8. Kunjungan Kerja Menteri Perdagangan Australia

Pertemuan Bilateral Menteri Perdagangan dan Daya Saing Australia dengan Menteri Perdagangan RI dan Pertemuan Mendag RI dengan Delegasi Bisnis Australia berlangsung pada tanggal 21 Maret 2012 di Jakarta. Tujuan Pertemuan adalah untuk membahas upaya peningkatan kerja sama ekonomi, perdagangan, dan investasi antara Indonesia dan Australia. Hal ini diperlukan guna menghilangkan hambatan perdagangan dan memperlancar akses pasar untuk meningkatkan perdagangan antar kedua negara termasuk membahas langkah strategis dalam mencapai target kedua kepala negara untuk dapat mencapai target perdagangan bilateral sebesar USD 15 miliar pada tahun 2015.

Gambar 8. Pertemuan Bilateral Menteri Perdagangan dan Daya Saing Australia

Penerapan

Kuota/Alokasi Impor Sapi

Australia menyampaikan concern-nya mengenai kebijakan Indonesia terhadap pengalokasian jumlah impor sapi hidup yang selalu berubah dan semakin menurun. Australia mengharapkan agar Indonesia dapat memberikan “early

information” kepada seluruh eksportir terkait dengan

Menteri Perdagangan menginformasikan bahwa pengalokasian impor sapi didasari pada prinsip supply dalam negeri dibandingkan dengan kebutuhan domestik riil.

Pembatasan Pelabuhan Untuk Pemasukan Produk Pertanian Impor

Australia menyatakan keberatannya terhadap Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) yang telah dikeluarkan oleh Indonesia yakni Permentan No. 88/Permentan/PP.340/12/2011, Permentan No.29/Permentan/OT.140/12/2011 dan Permentan No.90/Permentan/OT.140/12/2011 perihal pembatasan pelabuhan masuk untuk buah-buahan dan sayuran segar. Keputusan Indonesia untuk menunda implementasi Permentan No. 89/2011 dan No.90/2011 selama tiga bulan sampai bulan Juni 2012 sangat dihargai pemerintah Australia. Namun demikian, pemerintah Australia meminta kepastian atas langkah lanjutan pemerintah Indonesia setelah penundaan tersebut selesai. Menteri Perdagangan menyampaikan bahwa tujuan pemberlakuan Permentan dimaksud adalah sebagai bentuk perlindungan kepada konsumen dalam negeri akibat adanya produk impor yang diindikasikan terkontaminasi Organisme Pengganggu Tanaman. Selain itu disampaikan pula bahwa telah terjadi banjir produk impor yang hanya terpusat ke beberapa pelabuhan sehingga terjadi overload di pelabuhan-pelabuhan tersebut sementara sumber daya dan infrastruktur dari pelabuhan dimaksud kurang memadai. Dengan demikian, Indonesia mengharapkan agar Pemerintah Australia dapat memberikan bantuan dan

capacity building kepada Indonesia terkait proses

perkarantinaan di pintu masuk Indonesia.

Ketentuan Terkait Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara

Peraturan Pemerintah No. 24/2012 perihal mewajibkan investor asing untuk melakukan divestasi saham 51% kepada Indonesia setelah 5 tahun menjalankan usahanya di Indonesia. Hal tersebut dianggap akan menyebabkan investor enggan untuk melakukan investasi di Indonesia akibat jumlah divestasi yang cukup besar. Sebagaimana diketahui, sebelumnya kewajiban divestasi saham ialah 20%. Menteri perdagangan menyampaikan bahwa kewajiban pengalihan saham yang dimiliki oleh investor asing kepada peserta Indonesia bertujuan untuk memberikan kesempatan yang lebih besar kepada peserta Indonesia untuk lebih berpartisipasi dalam kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. Dengan demikian, diharapkan Australia dapat mendukung Indonesia untuk mewujudkan upaya dimaksud.

Akses Pasar Terhadap Buah Tropis Indonesia

Dalam rangka membuka akses pasar produk buah-buahan tropis Indonesia ke Australia. Buah tropis yang menjadi prioritas utama Indonesia ialah buah manggis. Saat ini pemerintah Australia sedang melakukan verifikasi terhadap manggis Indonesia. Dengan demikian Indonesia meminta update pemerintah Australia atas proses verifikasi yang telah dilakukan. Selain itu, atas masukan Kementerian Pertanian, Menteri Perdagangan meminta Australia agar kelak produk buah tropis Indonesia lainnya seperti mangga dan salak juga dapat memasuki pasar Australia. Menanggapi hal ini Australia menyampaikan bahwa saat ini sedang dilakukan pembahasan terhadap

draft report hasil verifikasi dimaksud dan kemudian

dilanjutkan konsultasi publik selama 60 hari. Setelah konsultasi publik selesai dilakukan, segera akan dilaporkan ke pemerintah Indonesia. Pemerintah Australia menambahkan bahwa akses pasar buah tropis selalu terbuka selama memenuhi ketentuan yang berlaku.

Illegal Logging Bill Lebih lanjut, Menteri Perdagangan meminta informasi terkait perkembangan pembahasan Illegal Logging Bill di parlemen Australia termasuk menegaskan permintaan agar sistem verifikasi legalitas kayu yang diterapkan Indonesia dapat diterima Australia. Pihak Australia menyampaikan bahwa bill dimaksud bertujuan sebagai bentuk dari pengetatan impor produk kayu ilegal ke Australia. Saat ini bill dimaksud masih dalam proses pembahasan dan masih akan dikaji kembali oleh parlemen Australia. Akan diperlukan waktu dua tahun untuk proses konsultasi dari bill menjadi regulasi. Namun demikian, Pemerintah Australia akan senantiasa meng-update Indonesia atas perkembangan bill dimaksud.

Selain hal-hal tersebut, Menteri Perdagangan juga berkesempatan untuk membahas tindak lanjut rencana perundingan Indonesia – Australia Comprehensive

Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang diharapkan dapat mendorong perdagangan kedua negara untuk mencapai USD 15 miliar pada tahun 2015. Kedua negara menyepakati untuk dapat memulai proses perundingan IA-CEPA dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pada kesempatan ini, pemerintah Australia menyampaikan rencananya untuk memberikan kontribusi dana bagi kalangan bisnis kedua negara untuk dapat melakukan

scoping study terhadap pemanfaatan IA-CEPA. Peran serta

aktif sektor swasta dalam proses perundingan IA-CEPA dianggap sangat krusial guna pemanfaatan maksimal atas

keberadaan IA-CEPA nantinya. Menteri Perdagangan menekankan pula agar kalangan bisnis Australia dan Indonesia saling memperkuat kerja sama dalam rangka mewujudkan IA-CEPA yang bermanfaat bagi kedua negara. Pada sesi pertemuan dengan delegasi bisnis, Menteri Perdagangan berkesempatan untuk menjelaskan potensi ekonomi dan investasi Indonesia termasuk mengundang ke-11 delegasi bisnis tersebut untuk menjadikan Indonesia sebagai tujuan utama investasi, terutama investasi di bidang agribisnis. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat dari 124 proyek investasi Australia yang ada di Indonesia, investasi di bidang peternakan sapi belum terlalu banyak padahal sektor peternakan Australia sudah sangat maju.

Dokumen terkait