BAB I KINERJA
B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN …
6. Pertemuan ke-7 ASEAN - Japan Comprehensive Economic Partnership
Committee (AJCEP-JC)
Rangkaian Pertemuan ke-7 ASEAN-Japan Comprehensive
Economic Partnership (AJCEP) telah dilaksanakan tanggal 5
- 8 Maret 2012 di Da Nang, Vietnam.
Transposisi Jadwal Komitmen Tarif dari HS 2002 ke HS 2007
Pertemuan mencatat konsultasi bilateral antara Jepang dengan beberapa ASEAN Member States (AMS), termasuk Indonesia, untuk membahas status perkembangan verifikasi teknis transposisi dari HS 2002 ke HS 2007.
Pertemuan sepakat bahwa dateline penyelesaian proses verifikasi teknis akhir Juni 2012, dan tanggapan/feedback disampaikan paling lambat tanggal 30 April 2012. Untuk itu, di sela-sela pertemuan 7th AJCEP-JC, Indonesia dan Jepang telah melaksanakan pertemuan bilateral untuk membahas klarifikasi transposisi 463 pos tarif (pt) yang telah disampaikan sebelumnya dan Jepang mengindikasikan masih terdapat ± 300 pt hasil transposisi Indonesia yang masih perlu diklarifikasi kembali. Untuk menyelesaikan hal tersebut, Jepang mengusulkan untuk dilakukan pertemuan bilateral di tingkat expert di Jakarta pada bulan Maret 2012. Adapun negara-negara anggota ASEAN yang telah selesai difinalisasi transposisinya (HS 2002 ke HS 2007) oleh Jepang adalah Brunei Darussalam, Filipina, dan Thailand sedangkan negara lainnya masih dalam proses verifikasi.
Transposisi Jadwal Komitmen Tarif dari HS 2007 ke HS 2012
Mengingat beberapa negara anggota AJCEP akan segera mengimplementasikan HS 2012, maka pertemuan menggarisbawahi pentingnya menyelesaikan proses transposisi jadwal penurunan tarif AJCEP dengan melakukan verifikasi teknis dan menerbitkan instrumen hukumnya. Pertemuan juga mencatat agar seluruh Negara anggota ASEAN dalam rangka mempercepat proses penyelesaian verifikasi teknis transposisi jadwal penurunan tarif berdasarkan HS 2007 dapat juga menyampaikan jadwal indicative penurunan tarif dalam HS 2012, khususnya bagi Negara-negara anggota ASEAN yang telah memfinalisasi transposisi HS 2007.
Implementasi Transposisi Product
Specific Rules (PSR) HS
2002 ke HS 2007
Pada pertemuan ini telah dibahas 3 (tiga) opsi usulan Jepang dalam melakukan pertukaran Nota Diplomatik (ND), yakni: (i) Nota bersama, di mana masing-masing pihak akan menyampaikan sepuluh ND kepada pihak lainnya mengacu kepada keputusan Joint Committee (JC) untuk mengkonfirmasikan bahwa amandemen dari annex 2 telah entry into force (eif), tanpa perlu mengeluarkan nota balasan saat para pihak menerima ND; (ii) Jepang akan mengusulkan 1 ND yang ditujukan kepada seluruh AMS melalui Sekretariat ASEAN, kemudian untuk mempermudah proses, seluruh AMS mengirimkan balasan atas ND tersebut kepada Sekretariat ASEAN; dan (iii) pertukaran ND secara bilateral. Menanggapi usulan Jepang tersebut, AMS menyampaikan bahwa option no. (i) tidak sesuai dengan pasal 77 para 5 dari Perjanjian AJCEP. Dalam pertemuan ini belum tercapai konsensus oleh ASEAN dalam hal penggunaan ND sebagai instrumen
hukum untuk amandemen Annex 2 Persetujuan AJCEP. Dalam rangka transparansi, Indonesia diminta untuk memberikan klarifikasi tentang dasar hukum (dalam bahasa Inggris) tidak dapat dilakukannya ratifikasi terhadap amandemen Annex 2 AJCEP dengan menggunakan instrumen pertukaran nota diplomatik. Hasil klarifikasi tersebut diharapkan dapat disampaikan Indonesia kepada ASEAN Sekretariat paling lambat tanggal 23 Maret 2012.
Seiring dengan proses klarifikasi yang dilakukan oleh Indonesia, ASEAN turut menyampaikan agar Jepang dapat mempertimbangkan penggunaan LoU atau Protokol sebagai instrumen alternatif, namun demikian Jepang menganggap bahwa penggunaan ND telah sesuai dengan ketentuan yang diatur pada Ayat 77 Butir 5 Persetujuan AJCEP.
Dalam rangka transparansi AJCEP, Joint Committee meminta Indonesia untuk mengklarifikasi mengenai notifikasi AJCEP yang telah disampaikan kepada ASEAN Sekretariat Februari 2010. Ditjen KPI menginformasikan bahwa sampai saat ini Indonesia belum entry into force AJCEP karena masalah pembahasan transposisi dari HS 2002 ke HS 2007 belum selesai, sehingga Legal Enactment (PMK) belum dapat diterbitkan dan untuk menyelesaikan hal tersebut sekarang sedang dibahas secara bilateral antara Indonesia dengan Jepang. Ditjen KPI juga menginformasikan: (i) bilamana Jepang dapat menerima hasil klarifikasi transposisi dari HS 2002 ke HS 2007, Indonesia dapat memulai proses transposisi dari HS 2007 ke HS 2012; (ii) berdasarkan PMK No. 213 tahun 2011, Menteri Keuangan hanya dapat menerbitkan PMK berdasarkan HS 2012. Oleh sebab itu, sekiranya transposisi HS 2002 ke HS 2007 selesai, tetap akan menunggu hasil transposisi dari HS 2007 ke HS 2012, dan setelah itu selesai PMK-nya dapat diterbitkan.
Amendemen
Implementing Regulation (IR) dan
Form CO
Pertemuan membahas usulan Jepang terhadap amandemen dari Implementing Regulation (IR), khususnya Para 14 (e), di mana Jepang memberikan akses terhadap EPA CO sistem yang akan dikerjakan oleh METI Jepang. Sistem tersebut sebagai salah satu cara (alternative) untuk melakukan verifikasi CO yang telah dikeluarkan oleh Jepang dalam kerangka AJCEP. Selain itu Jepang juga melakukan penambahan Rule 17 mengenai transitional
provisions incidents to the amendments of Annex 2 dan
Sementara, terkait dengan amendemen dari CO form AJ,
ASEAN Member States (AMS) dapat menyetujui usulan
amandemen dari Jepang, kecuali untuk perubahan kata
“notes overleaf” menjadi “overleaf notes” pada box 8 dari
CO Form. AMS menyampaikan bahwa dibutuhkan periode transisi untuk pelaksanaan dari perubahan CO form, karena masih terdapat banyaknya persediaan dari CO form yang lama. Oleh karena itu, disepakati penggunaan dari CO form yang baru menunggu kesiapan dari AMS.
Transposisi Product
Specific Rules (PSR) HS
2007 ke HS 2012
Berkaitan dengan proposal Jepang terhadap transposisi PSR dari HS 2007 ke HS 2012, AMS sepakat memberikan
feedback awal paling lambat tanggal 9 Mei 2012 karena
AMS membutuhkan waktu proses yang lama untuk
me-review terhadap satu persatu dari transposisi PSR.
Monitoring Pemanfaatan
Certificate of Origin
(CO) Form-AJ
Negara-negara anggota ASEAN menginformasikan bahwa proses pengumpulan dan pertukaran data perdagangan antara AMS dengan Jepang dalam kerangka AJCEP, akan dilakukan dengan syarat: (i) menggunakan HS 4 sampai 6 digit, dan (ii) diserahkan setiap kuartal, penyerahan untuk kuartal selanjutnya akan diberikan antara bulan ke-2 dan bulan ke-3 dari hari terakhir dari kuartal sebelumnya. Pada kesempatan ini, Indonesia dan Brunei Darussalam menyampaikan hanya dapat memberikan data perdagangan bilateral mengingat Indonesia belum mengimplementasikan AJCEP. Terkait hal ini, AMS juga menyarankan agar selanjutnya, ASEAN dan Jepang dapat mengunduh data perdagangan ke dalam AJCEP website yang proposal pembentukannya telah di-endorse oleh
AJCEP Sub-Committee on Economic Cooperation (SCEC).
Online database Jepang
untuk Informasi CO
Pada pertemuan ini, Jepang menyampaikan akan memberikan kode kepada AMS untuk dapat mengakses dan prosedur untuk mengunakan sistem basis data online untuk informasi CO jika AMS dan Jepang telah menyetujui perubahan amendemen terhadap Rule 14 dari IR.
Perundingan Investasi Approach on
Investment Negotiations
Pertemuan Sub-Committee on Investment kali ini membahas isu-isu utama baik yang berkaitan dengan rumusan naskah maupun modalitas negosiasi perjanjian investasi ASEAN-Japan. Pihak Jepang kembali menyampaikan posisinya bahwa mereka menginginkan agar masing-masing Negara Anggota ASEAN dapat memberikan komitmen melebihi elemen-elemen yang telah disepakati dalam perjanjian bilateral masing-masing Negara Anggota ASEAN dengan Jepang.
Sehubungan dengan usulan ASEAN pada pertemuan sebelumnya untuk menggunakan Article Work Programme guna mengakomodasi pembahasan aspek liberalisasi investasi, pihak Jepang menyampaikan tanggapannya bahwa mandat yang diberikan oleh pemerintahnya adalah untuk mencakup pembahasan aspek liberalisasi investasi dalam perundingan investasi dengan ASEAN, dan aspek liberalisasi tersebut tidak dibahas secara terpisah sebagaimana diusulkan ASEAN dalam Article Work
Programme.
Negotiation of The Draft Text AJCEP Investment Chapter
Pembahasan Draft Text AJCEP Investment Chapter kali ini tidak mencakup keseluruhan pasal karena keterbatasan waktu dan perbedaan tingkat komitmen antara ASEAN dan Jepang.
Perundingan Sektor Jasa
Modalitas dan Draft
Text of Trade in Services
Pihak ASEAN dan Jepang tetap mempertahankan posisinya masing-masing, ASEAN dengan positive list approach, dan Jepang dengan negative list approach. Secara umum pembahasan mengenai Draft Text, masih belum menemukan konsensus antara ASEAN dan Jepang dikarenakan masih banyak pembahasan yang memerlukan klarifikasi lebih lanjut dari masing-masing pihak.
Annex on Financial Services
Terkait dengan Annex on Financial Services, pembahasan dilakukan oleh negara ASEAN dalam rangka mencari klarifikasi atas beberapa artikel yang terdapat dalam Annex
on Financial Services proposal Jepang. Hal tersebut
dilakukan dikarenakan dari seluruh AMS, hanya Indonesia yang membawa financial experts-nya, dengan demikian pembahasan secara efektif tidak dapat terlaksana. Berkenaan dengan hal ini, adalah perlu bagi Indonesia untuk menanyakan kepada negara anggota ASEAN, sampai sejauh mana hasil yang diinginkan pada perundingan di bidang jasa keuangan, mengingat AMS tidak pernah membawa financial expert-nya pada perundingan sebelumnya. Jika perundingan diputuskan untuk tetap dilanjutkan, maka Jepang mendesak agar ASEAN membuat posisi bersama, khususnya pada Financial Services.
Annex on
Telecommunication Services
ASEAN telah mengirimkan daftar pertanyaan terkait Annex
on Telecommunication Services kepada Jepang sebelum
pertemuan. Dan pertemuan ini digunakan sebagai sarana untuk mendengarkan penjelasan pihak Jepang atas artikel-artikel yang masih menjadi concern ASEAN. Sebagian besar
concern yang diangkat dalam pertemuan pada umumnya
penerapan artikel-artikel dalam proposal Jepang. ASEAN menekankan bahwa masih perlu diadakan pembicaraan secara internal ASEAN dalam melakukan konsolidasi posisi terhadap annex tersebut secara keseluruhan.
Pemberhentian Perundingan Investasi dan Jasa AJCEP
ASEAN dan Jepang tidak dapat mencapai kesepakatan (deadlock) dalam perundingan Investasi dan Jasa AJCEP. Sesuai dengan mandat SEOM 1/43 dan hasil dari AEM
Retreat yang lalu serta hasil pertemuan dengan Jepang
pada pertemuan Sub-Committee on Investment (SCI) dan
Sub-Committee on Services (SCS). Pertemuan menyepakati
untuk menghentikan perundingan mengingat kedua pihak mempunyai pandangan yang cukup berbeda dalam beberapa pembahasan dan tidak akan mengirimkan wakilnya dari SCI dan SCS pada pertemuan AJCEP-JC yang akan datang. Namun, pertemuan mencatat bahwa tidak tertutup kemungkinan bagi perundingan di bidang Jasa dan Investasi untuk kembali berjalan jika sampai pertemuan berikutnya pada bulan Oktober 2012, salah satu pihak bersedia menerima proposal pihak yang lain atau jika telah ditemukan solusi yang saling menguntungkan bagi masing-masing pihak.
Kerja Sama Ekonomi Jepang menyampaikan bahwa pemanfaatan dana JAIF (Japan - ASEAN Integration Fund) diperpanjang dari tanggal 31 Maret 2012 menjadi 31 Maret 2013. Untuk itu, Pertemuan sepakat apabila AMS hendak menyampaikan proposal proyek baru, maka proposal tersebut dapat diterima oleh Sekretariat ASEAN paling lambat bulan September 2012 guna dibahas secara interssionally dengan AMS sebelum Pertemuan ke-8 AJCEP-JC (Oktober 2012). Jepang menyampaikan bahwa JAIF Management Team yang bertempat di Sekretariat ASEAN dapat memberikan bantuan teknis dalam penyusunan proposal.
Terkait dana JAIF untuk komponen AJCEP yang masih tersisa (remaining balance), Jepang menyampaikan bahwa dana sisa tersebut akan dialihkan untuk mendanai proyek terkait ASEAN Connectivity (physical connectivity, institutional connectivity, dan people-to-people connectivity), serta AMS dapat mengusulkan proyek terkait connectivity tersebut.
Sehubungan dengan proposal proyek dari Vietnam, Indonesia diminta segera menyampaikan masukan untuk proposal “ASEAN-Japan Heritage Tourism Investment
Promotion Fair” yang diusulkan Vietnam pada Pertemuan
ke-6 AJCEP (Tokyo, November 2011), dan masukan untuk proposal “Formulation of Measures for Controlling and
Managing Motorcycles”. Terkait proposal dari Jepang,
Indonesia dan Malaysia diminta menjadi proponent untuk proposal “Strengthening Capacity Building of ASEAN
Countries to Conform the International Wood Markets
Requirements” (Jepang menyampaikan bahwa permintaan ini sudah pernah dikomunikasikan dengan pejabat Kementerian Kehutanan), dan proponent untuk proposal “Supporting Efforts of Local Communities for Conservation dan Sustainable Use of Plant Genetic Resources for Food
and Agriculture (PGRFA) in ASEAN Region”.
C. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi Internasional