• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Karakteristik dan Parameter Demografi Rusa

4. Kuota Buru

Hasil analisis produktivitas hijauan di kawasan petak 9 menunjukan bahwa kawasan ini memiliki daya dukung bagi rusa sebanyak 1.438 ekor. Untuk pertumbuhan populasi rusa jawa dikawasan petak 9 karena belum ada penelitian sebelumnya, maka diasumsikan sama dengan laju pertumbuhan di penangkaran yaitu 0,59. Menurut van Lavieren (1982) dalam Ratag (2006), besarnya panen

maksimum yang lestari dengan menggunakan rumus ¼ r.K. Oleh karena itu, bila bila diasumsikan populasi rusa di kawasan Petak 9 dapat berkembang secara normal maka berdasarkan daya dukung dan laju pertumbuhan populasinya dapat dilakukan pemanenan populasi maksimum yang lestari sebanyak 212 ekor per tahun. Angka ini berubah seiring dengan perubahan potensi kawasan, dalam hal ini daya dukung habitat kawasan petak 9. Makin besar daya dukung kawasan petak 9 dengan laju pertumbuhan tetap, maka populasi maksimum lestari akan meningkat.

Berdasarkan hasil analisis daya dukung pemburu, kawasan petak 9 dapat menampung maksimum sebanyak 108 orang pemburu setiap tahunnya. Menurut Yapto (2006) dalam Ratag (2006), setiap pemburu hanya diizinkan membunuh sebanyak 1 ekor untuk setiap periode perburuan kecuali pada saat over populasi maka pemburu dapat membunuh 3 ekor. Jika diasumsikan keberhasilan buru adalah 100%, maka jumlah individu rusa jawa sebagai target individu buru adalah 108 individu setiap tahun. Hasil perhitungan kuota buru lestari berdasarkan daya dukung pemburu lebih menjamin pada kelestarian populasi karena memiliki jumlah yang lebih kecil dibandingkan hasil perhitungan berdasarkan daya dukung habitat. Oleh karena itu, angka 108 individu/tahun ini digunakan sebagai dasar dalam penentuan jumlah populasi untuk kepentingan kegiatan perburuan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Berdasarkan kesesuaian kondisi bio-fisik kawasan sebagai kebun buru,

maka lokasi Penangkaran Rusa Jonggol khususnya di kawasan petak 9 memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan menjadi kebun buru karena memiliki tipe penutupan lahan, topografi, sumber air dan aksesibilitas yang dapat memenuhi kebutuhan satwa buru dan pemburu, serta kondisi vegetasi yang cukup baik yang dapat memenuhi kebutuhan satwa buru terutama untuk sumber pakan satwa buru yang cukup melimpah, cover atau tempat berlindung satwa buru, dan tidak ada enclave. Selain itu, berdasarkan produktiivitas hijauan pakan, kawasan petak 9 memiliki daya dukung habitat yang lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam penangkaran.

2. Berdasarkan daya dukung pemburu, maka lamanya waktu untuk musim berburu yang ideal di lokasi sekitar Penangkaran Rusa Jonggol yaitu di kawasan petak 9 adalah dua bulan pada bulan Juli dan Oktober yang terbagi menjadi 6 periode buru dengan metode berburu yang paling sesuai yaitu stalking. Daya dukung pemburu diperoleh sebanyak 18 pemburu setiap periode buru atau 108 pemburu tiap tahunnya.

B. Saran

Untuk menciptakan keadaan Kecamatan Tanjungsari dan Penangkaran Rusa jonggol menjadi lebih baik, sehingga dapat mendukung secara optimal pengembangan kebun buru khususnya di kawasan petak 9 maka perlu dilakukan:

1. Peningkatan SDM masyarakat Kecamatan Tanjungsari dengan cara membangun fasilitas pendidikan yang belum ada khususnya SLTP dan SLTA di setiap desa, sehingga diharapkan juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta peningkatan SDM warga sekitar Penangkaran Rusa Jonggol melalui kegiatan penyuluhan atau pelatihan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mereka tentang wisata buru yang nantinya akan dikembangkan.

2. Publikasi tentang lokasi wisata Penangkaran Rusa Jonggol khususnya kepada masyarakat sekitar penangkaran lebih ditingkatkan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah pengunjung yang datang ke wisata penangkaran.

3. Penelitian lebih lanjut tentang berapa jumlah populasi awal yang harus diintroduksi ke areal perburuan serta waktu yang tepat dimulainya dilakukan kegiatan perburuan untuk memenuhi target buru serta prospek pengembangan kebun buru di Penangkaran Rusa Jonggol berdasarkan tinjauan sosial ekonominya.

4. Perbaikan seks rasio di penangkaran dapat dilakukan dengan penambahan betina potensial reproduktif atau pengurangan jantan potensial hingga seks rasionya kembali normal. Selain itu, perlu dilakukannya pemisahan padang umbaran dari tiga jenis rusa yang dibudidayakan untuk menghindari terjadinya perkawinan silang dari tiga jenis rusa yang dibudidayakan agar tujuan ex-situnya tercapai.

5. Individu rusa yang diIntroduksikan ke dalam kawasan berasal dari kelas umur muda sehingga dapat menghasilkan jumlah keturunan yang lebih banyak, lebih menantang untuk diburu dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Kemudian, perlu adanya permudaan dan pengayaan vegetasi di kawasan petak 9 sehingga struktur vegetasinya menjadi lebih baik dan juga dapat meningkatkan potensi vegetasi sumber pakan.

6. Perlu adanya pertimbangan penutupan persawahan yang terdapat dikawasan petak 9 yang selanjutnya dikonversi menjadi areal hutan sehingga kawasan perburuan menjadi satu kesatuan yang utuh.

Alikodra, H.S. 1979. Dasar-dasar Pembinaan Margasatwa. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.

.1980. Dasar-dasar Pembinaan Margasatwa. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan. IPB.

.1983. Ekologi Banteng (Bos javanicus) di Taman Nasional Ujung Kulon. Thesis Magiter. Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor.

. 1990. Pengelolaan Satwaliar. Jilid I. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor. 363 p.

. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.

Anonim. 2003. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1994. Jakarta

Asraf, I.M.M. 1980. Studi Tentang Daya Dukung Areal Pembiakan Rusa (Cervus timorensis) Perum Angkasa Pura Jakarta. Skripsi Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan).

Ave, J. 1985. Prospek Pemasaran Pengembangan Wisata Buru. Jakarta.

Azis, A. 1996. Analisis Potensi Hijauan Pakan Rusa di Penangkaran Rusa Jonggol BKPH Jonggol KPH Bogor. Skripsi Sarjana Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Bailey, J.A. 1984. Principles of Wildlife Management. John Wiley & Sons. New Yorks. 373 p.

[BMG] Badan Meteorologi dan Geofisika. 2005. Kondisi Curah Hujan Kecamatan Tanjungsari. Bogor (Tidak diterbitkan)

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2005. Peta Administrasi Kecamatan Tanjungsari Hasil Modifikasi Firmansyah 2006. Bogor.

. 2005. Peta Klasifikasi Penutupan Lahan Bappeda Tahun 2005 Hasil Modifikasi Firmansyah 2006. Bogor.

. 2005. Peta Kemiringan Lahan Bappeda Tahun 2005 Hasil Modifikasi Firmansyah 2006. Bogor.

. 2005. Peta Ketinggian Tempat Bappeda Tahun 2005 Hasil Modifikasi Firmansyah 2006. Bogor.

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 1993. Biodiversity Action Plan for Indonesia. Ministry of Nasional Development Planning/National Development Planning Agency, Jakarta.

[BPS] Biro Pusat Statistik. 2005. Tourism and National Transports Press

Releases. http; //www.bps.go.id/releases/Tourism_and_National_Transports_Press_Relea

ses. [14 Agu 2006]

Dasmann, R.T. 1964. Wildlife Biology. John Wiley and sons Inc. New York.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 1985. Prosiding seminar pengembangan wisata buru. Departemen Kehutanan. Jakarta.

de Vos, A. 1982. Deer farming guidelines on practical aspects. FAO Animal Production and Health Paper 27. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome

[Direktorat PPA] Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam. 1978. Pedoman Pengelolaan Satwa Jilid I.. Bogor. Pp. 71-73.

Direktorat Jenderal Agraria. 1984. Kabupaten Bogor Fakta dan Penjelasan. Departemen Dalam Negeri. Bogor.

[Ditjen PHPA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. 1988. Perkembangan Perburuan di Indonesia dan Upaya Peningkatannya. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Departemen Kehutanan. Jakarta.

[Ditjen PHPA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. 1996. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Perburuan di Taman Buru, Kebun Buru, dan Areal buru. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Eddy, M. 1982. Potensi Beberapa Jenis Hijauan Makanan Rusa (Cervus timorensis) Pada Beberapa Kerapatan Tegakan Pinus merkusii Jungh de Vries di Hutan Tridharma Gunung Wallat. Skripsi Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan).

Fakultas Kehutanan IPB. 1991. Studi Kelayakan dan Site Plan Penangkaran Rusa Jonggol. Bogor. Tidak diterbitkan.

Fauzi, A. 2002. Teknik Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis de Blainville) Milik Perhutani BKPH Jonggol, Jawa Barat. Laporan Kegiatan Tugas Akhir Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan).

Goodwin, H.J and N. Leader-Williams. 2000. Tourism and Protected areas-distorting conservation priorities towards charismatic megafauna? In: A. Enwistle and N. Dunstone. (Eds). Priorities for the Conservation of Mammalian Diversity: Has the panda had its day?. Cambridge University Press. Cambridge.

Hernadi, 2006. Aspek ekonomi pengusahaan Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Tesis Magister Profesi Pascasarjana IPB. Bogor.

Hoogerwerf, A. 1970. Ujung Kulon, The Land of The Last Javan Rhinoceros. Leiden. Holland. p275-328

KBM Wisata Bandung. 2006. Populasi rusa di penangkaran rusa jonggol. Bogor. (Tidak diterbitkan).

Kii, W.Y. and G. Mc.L. Dryden. 2001. Water consuption by rusa stags. Asia Pac J Clin Nut 10 (Suppl).

Mittermeier, R.A., P.R. Gil, and C.G Mittermeier. 1997. Megadiversity. Earth’s Biologically Wealthiest Nations. Cemex. Canada

Moen, A.N. 1973. Wildlife Ecology. W.H.Freeman and Co. San Francisco.

Mukhtar, A. S. 1996. Studi dinamika populasi rusa timor (Cervus timorensis de Blainville) dalam menunjang manajemen Taman Buru Pulau Moyo, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Disertasi. Program Pasca Sarjana. IPB.

Nitibaskara, T.U. 2005. Dilema Dikotomi Konservasi dan Pemanfaatan. Pusat Studi lingkungan Universitas Nusa Bangsa. Bogor. Pp 15-22.

[Perbakin DKI Jaya] Persatuan Menembak Indonesia Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tanpa Tahun. Pengetahuan Senjata dan Amunisi untuk Berburu. Bahan Penataran Atlet Berburu Perbakin DKI Jaya. Jakarta.

Perum Perhutani, 1991. Studi Kelayakan dan Perancangan Tapak Penangkaran Rusa di BKPH Jonggol, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Kerjasama Direksi Perum Perhutani dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Prasetyohadi, D. 1986. Telaahan tentang daya dukung padang rumput di suaka margasatwa Pulau Moyo sebagai habitat rusa (Cervus timorensis). Skripsi Sarjana. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. 71 p.

Priyono, A. 2006. Penyusunan Model Kawasan Buru Rusa Sambar Berdasarkan Pendekatan Ekologi dan Ekonomi: Studi Kasus Taman Buru Gunung Masigit-Kareumbi. Disertasi. Program PascaSarjana. IPB.

Ratag, E.S.A. 2006. Kajian Ekologi Populasi Rusa Sambar (Cervus unicolor) dalam Pengusahaan Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi. Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Tesis Magister Profesi Pascasarjana IPB. Bogor. Santosa, Y. 1993. Strategi Kuantitatif Untuk Pendugaan Beberapa Parameter

Demografi dan Kuota Panenan Populasi Satwaliar Berdasarkan Pendekatan Ekologi Perilaku: Studi Kasus Terhadap Populasi Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Institut Pertanian Bogor.

Schroder, T.C. 1976. Deer in Indonesia. Agricultural University Wegeningen. Netherland Nature Conservation Departemen. Wegeningen.

Semiadi, G. dan R.T.P. Nugraha. 2004. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Bogor. 282p.

Shinta. 2003. Pendugaan parameter demografi populasi simakobu di Kecamatan Siberut Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat. Skripsi Sarjana Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Soemowidjoyo, R.N. 1985. Teknik dan Pola Perburuan dalam Pengembangan Wisata Buru. Prosiding Seminar Pengembangan Wisata Buru. Jakarta. 28p.

Soerianegara, I. dan A. Indrawan, 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. 123p.

Susetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Sutrisno, E. 1986. Studi tentang potensi makanan dan populasi rusa sambar

(Cervus unicolor) di padang penggembalaan Cigumentong, Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi. Skripsi Sarjana Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Syarief, A. 1974. Kemungkinan Pembinaan dan Pembiakan Rusa di Indonesia. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam. Bogor. 24 p.

Tarumingkeng, R.C. 1994. Dinamika Populasi: Kajian ekologi kuantitatif. Pustaka Sinar Harapan dam Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta.

van Bemmel, A.C.V. 1949. Revision of Rusine in The Indo-Australian Archipelago. Treubia.

Van Lavieren, L.P. 1983. Planning, Management of Parks and Reserves. School of Environmental Conservation Management. Bogor. pp 58-78.

Yunitasari, V. 2005. Peluang Bisnis Penangkaran Rusa Milik Perum Pehutani BKPH Jonggol, Jawa Barat. Skripsi Sarjana Jurusan Sosial Ekonomi dan Industri Peternakan, Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Lampiran 1. Peta Penutupan Lahan Petak 9

Sumber: Bappeda 2005

Lampiran 2. Peta Ketinggian Tempat Petak 9

Sumber: Bappeda 2005

Lampiran 3. Peta Kemiringan Lahan Petak 9

Sumber: Bappeda 2005

Lampiran 4. Jenis-jenis vegetasi pepohohan yang ditemukan

No Nama Lokal Nama Ilmiah

Lokasi Dalam Penangkaran Luar Penangkaran (Petak 9)

1 Pinus Pinus merkusii Jung et de Vriese √ √

2 Mangga Mangifera indica √ √

3 Nangka Artocarpus heterophyllus √ -

4 Karet Hevea brasiliensis √ -

5 Sengon Paraserianthes falcataria √ -

6 Petai Parkia speciosa √ √

7 Puspa Schima wallichii √ √

8 Kesambi Schleichera oleosa √ -

9 Kondang - √ -

10 Onyam - √ -

11 Mahoni Sweitenia sp - √

12 Akasia Acasia mangium - √

13 Waru laut Hibiscus tiliaceus - √

14 Mindi - - √

15 Johar - - √

16 Ki Hiyang - - √

17 Keleuwih Artocarpus communis - √

18 Pohon Seri - - √

19 Jambu air - - √

20 Putat Planchonia valida - √

21 Rengas - √

Jumlah 10 15

Lampiran 5. Jenis-jenis vegetasi non-pepohonan yang ditemukan

No Nama Lokal Nama Ilmiah

Lokasi Dalam

Penangkaran

Luar Penangkaran (Petak 9)

1 Rumput paitan Axonopus compressus √ √

2 Jampang piit Panicum sp. √ √

3 Rumput jarum - √ √

4 Rumput teki Kyllinga monochepala √ -

5 Kirinyuh Eupatorium sp √ √

6 Harendong Clidemia hirta √ √

7 Senggani Melastoma malabathricum √ √

8 Antana - - √

9 Cincau - - √

10 Ki Layu - -

11 Harendong Clidemia hirta - √

12 Rengas - - √

13 Nampong Leonotis nepetifolia - √

14 Rumput berduri - - √

15 Takokak Solanum torvum - √

16 Hamerang - - √

17 Batang Kenyere - -

18 Rumput Geganjuran Paspalum sp. - √

19 Rumput Kawat - -

20 Rumput Bambu - - √

21 Rumput Ki Ampelas - - √

22 Rumput Ki Lalatu - - √

23 Pacing - - √

24 Babadotan Ageratum conyzoides - √

25 Rumput Giwang - - √

26 Rumput Paria - - √

27 Rumput Setaria - -

28 Bletak Parkia speciosa - √

29 Bangbab - - √

30 Jager - -

31 Seserahan - - √

32 Ki Lalatu - - √

33 Pacing Costus speciocus - √

34 Rumput Gajah Penisettum purpureum - √

Jumlah 7 33

Lampiran 6. Indeks nilai penting vegetasi tingkat pohon dan tumbuhan bawah pada Tipe Vegetasi Padang Rumput di dalam Penangkaran Rusa Jonggol

Tipe Vegetasi Padang Rumput

Tingkat Pohon (20 x 20) m

No Jenis Nama Ilmiah Jmlh K KR F FR D DR INP

1 Pinus Pinus merkusii 114 285 68,67 1 33,33 16,08 66,69 168,70

2 Mangga Mangifera indica 15 37,5 9,04 0,5 16,67 2,9 12,03 37,73

3 Nangka Artocarpus heterophyllus 5 12,5 3,01 0,4 13,33 0,93 3,86 20,20

4 Karet Hevea brasiliensis 1 2,5 0,60 0,1 3,33 0,125 0,52 4,45

5 Sengon Paraserianthes falcataria 1 2,5 0,60 0,1 3,33 0,175 0,73 4,66

6 Petai Parkia speciosa 7 17,5 4,22 0,2 6,67 1,05 4,36 15,24

7 Puspa Schima wallichii 22 55 13,25 0,6 20,00 2,675 11,09 44,35

8 Kesambi Schleichera oleosa 1 2,5 0,60 0,1 3,33 0,175 0,73 4,66

Total 166 415 100 3 100 24,11 100 300

Vegetasi Tingkat Tumbuhan Bawah (2 x 2 ) m

No Jenis Nama Ilmiah K KR F FR INP

1 Rumput paitan Axonopus compressus 837.500 80,14 1 62,5 142,64

2 Jampang piit Panicum sp. 6.250 0,60 0,1 6,25 6,85

3 Rumput jarum - 182.500 17,46 0,4 25 42,46

4 Rumput teki Kyllinga monochepala 18.750 1,79 0,1 6,25 8,04

Lampiran 7. Indeks nilai penting vegetasi tingkat pohon dan tumbuhan bawah pada tipe vegetasi semak-belukar di dalam Penangkaran Rusa Jonggol

Tipe Vegetasi Semak-Belukar Tingkat Pohon

No Jenis Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR D DR INP

1 Pinus Pinus merkusii 2 10 6,90 0,4 14,29 0,4 6,50 27,69

2 Nangka Artocarpus heterophyllus 1 5 3,45 0,2 7,14 0,35 5,69 16,28

3 Kondang - 8 40 27,59 0,8 28,57 2,35 38,21 94,37

4 Onyam Antidesma sp. 1 5 3,45 0,2 7,14 0,3 4,88 15,47

5 Puspa Schima wallichii 16 80 55,17 1 35,71 2,4 39,02 129,91

6 Kesambi Schleichera oleosa 1 5 3,45 0,2 7,14 0,35 5,69 16,28

Total 29 145 100 2,8 100 6,15 100 300

Tumbuhan bawah

No Jenis Nama Ilmiah K KR F FR INP

1 Kirinyuh Eupatorium sp 100.000 73,80 1 33,33 107,13

2 Harendong Clidemia hirta 19.500 14,39 1 33,33 47,72

3 Senggani Melastoma malabathricum 16.000 11,81 1 33,33 45,14

Lampiran 8. Indeks nilai penting vegetasi tingkat pohon pada tipe vegetasi hutan tanaman di luar Penangkaran Rusa Jonggol

Tipe Vegetasi Hutan Tanaman

Tingkat Pohon

No Jenis Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR D DR INP

1 Pinus Pinus merkusii 33 82,5 7,25 0,5 15,15 4,275 7,01 29,41

2 Mahoni Sweitenia sp 283 707,5 62,20 1 30,30 34,71 56,92 149,42

3 Akasia Acasia mangium 105 262,5 23,08 0,5 15,15 12,88 21,12 59,35

4 Waru laut Hibiscus tiliaceus 6 15 1,32 0,3 9,09 0,74 1,21 11,62

5 Petai Parkia speciosa 1 2,5 0,22 0,1 3,03 0,2 0,33 3,58

6 Puspa Schima wallichii 9 22,5 1,98 0,3 9,09 1,19 1,95 13,02

7 Mindi - 1 2,5 0,22 0,1 3,03 0,18 0,30 3,55

8 Johar - 14 35 3,08 0,2 6,06 6,3 10,33 19,47

9 Nangka Artocarpus heterophyllus 2 5 0,44 0,20 6,06 0,33 0,54 7,04

10 Keleuwih Artocarpus communis 1 2,5 0,22 0,10 3,03 0,18 0,30 3,54

Lampiran 9. Indeks nilai penting vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah pada tipe vegetasi hutan tanaman di luar Penangkaran Rusa Jonggol

Tipe Vegetasi Hutan Tanaman

Tingkat Semai dan Tumbuhan Bawah

No Jenis Nama Ilmiah K KR F FR INP

1 Antana - 3.750 3,80 0,6 4,88 8,68

2 Cincau - 2.500 2,53 0,7 5,69 8,22

3 Ki Layu - 2.000 2,03 0,4 3,25 5,28

4 Harendong Clidemia hirta 1.750 1,77 0,5 4,07 5,84

5 Rengas - 2.000 2,03 0,5 4,07 6,09

6 Nampong Leonotis nepetifolia 7.500 7,59 1 8,13 15,73

7 Rumput pait Axonopus compressus 25.000 25,32 1 8,13 33,45

8 Rumput jarum - 15.000 15,19 1 8,13 23,32

9 Pohon Seri - 1.000 1,01 0,1 0,81 1,83

10 Rumput berduri - 250 0,25 0,1 0,81 1,07

11 Putat Planchonia valida 250 0,25 0,1 0,81 1,07

12 Takokak Solanum torvum 1.500 1,52 0,6 4,88 6,40

13 Petai Parkia speciosa 2.250 2,28 0,7 5,69 7,97

14 Hamerang - 750 0,76 0,5 4,07 4,82

15 Batang Kenyere - 2.750 2,78 0,8 6,50 9,29

16 Rumput Geganjuran Paspalum sp. 5.000 5,06 0,3 2,44 7,50

17 Rumput Kawat - 5.000 5,06 0,6 4,88 9,94

18 Rumput Bambu - 10.000 10,13 0,6 4,88 15,00

19 Rumput Ki Ampelas - 3.000 3,04 0,6 4,88 7,92

20 Rumput Ki Lalatu - 1.000 1,01 0,4 3,25 4,26

21 Jampang piit Panicum sp. 3.750 3,80 0,3 2,44 6,24

22 Pacing - 750 0,76 0,4 3,25 4,01

23 Mangga Mangifera indica 1.000 1,01 0,4 3,25 4,26

24 Kirinyuh Eupatorium sp 1.000 1,01 0,1 0,81 1,83

Lampiran 10. Indeks nilai penting vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah pada tipe vegetasi semak-belukar di luar Penangkaran Rusa Jonggol

Tipe Vegetasi Semak-Belukar

Tingkat Semai dan Tumbuhan Bawah (2 x 2) m

No Jenis Nama Ilmiah K KR F FR INP

1 Alang-alang Imperata cylindryca 5.000 3,62 0,4 4,35 7,96

2 Rumput Kaso Saccharum spontaneum 24.000 17,36 0,9 9,78 27,14

3 Rumput Berduri - 9.250 6,69 0,7 7,61 14,30

4 Takokak Clidemia hirta 6.500 4,70 0,6 6,52 11,22

5 Rumput pait Axonopus compressus 5.000 3,62 0,4 4,35 7,96

6 Babadotan Ageratum conyzoides 6.250 4,52 0,5 5,43 9,96

7 Rumput Kawat Axonopus compressus 14.000 10,13 0,8 8,70 18,82

8 Rumput jarum - 5.000 3,62 0,4 4,35 7,96

9 Rumput Giwang - 12.000 8,68 0,6 6,52 15,20

10 Rumput Paria - 1.750 1,27 0,4 4,35 5,61

11 Rumput Setaria - 8.000 5,79 0,5 5,43 11,22

12 Ki Hiyang - 1.500 1,08 0,1 1,09 2,17

13 Bletak Parkia speciosa 3.000 2,17 0,1 1,09 3,26

14 Bangbab - 2.750 1,99 0,2 2,17 4,16 15 Jager - 16.500 11,93 0,6 6,52 18,46 16 Kirinyuh Paspalum sp. 1.750 1,27 0,4 4,35 5,61 17 Mangga - 1.500 1,08 0,4 4,35 5,43 18 Jambu air - 2.250 1,63 0,3 3,26 4,89 19 Seserahan - 1.500 1,08 0,2 2,17 3,26 20 Ki Lalatu - 1.500 1,08 0,1 1,09 2,17

21 Pacing Costus speciocus 6.500 4,70 0,5 5,43 10,14

22 Rumput Gajah Penisettum purpureum 2.750 1,99 0,1 1,09 3,08

Lampiran 11. Produktivitas hijauan pakan di dalam Penangkaran Rusa Jongol (1 x 1)m2

Di dalam Penangkaran Rusa (Pemotongan I) Pemotongan II

Petak Jenis BB (gr/m2) No. Jenis BB (gr/m2)

I Rumput Pait, Jampang piit 245 I Rumput Pait, Jampang piit 210

II Rumput Pait, R.Jarum, R.Teki 350 II Rumput Pait, R.Jarum, R.Teki 300

III Rumput Pait, Rumput Jarum 350 III Rumput Pait, Rumput Jarum 290

IV Rumput Pait, Rumput Jarum 340 IV Rumput Pait, Rumput Jarum 280

V Rumput Pait 230 V Rumput Pait 200

VI Kirinyuh, Harendong, Senggani 205 VI Kirinyuh, Harendong, Senggani 170 VII Kirinyuh, Harendong, Senggani 230 VII Kirinyuh, Harendong, Senggani 200 VIII Kirinyuh, Harendong, Senggani 150 VIII Kirinyuh, Harendong, Senggani 130 IX Kirinyuh, Harendong, Senggani 130 IX Kirinyuh, Harendong, Senggani 110

X Kirinyuh, Harendong, Senggani 165 X Kirinyuh, Harendong, Senggani 100

2395 1990

Rata-rata 239,5 199

Rata-rata total = 219,25

Lampiran 12. Produktivitas hijauan pakan di luar Penangkaran Rusa Jonggol (Petak 9) Pemotongan I (1x 1)m2 Pemotongan II Petak Jenis BB (gr/m2) Petak Jenis BB (gr/m2) I

Rumput Pait, R. Jarum, R. Berduri,

Jampang Piit, Nampong 500 I

Rumput Pait, R. Jarum, R. Berduri, Jampang

Piit, Nampong 460

II

Rumput Pait, R. Jarum, Jampang Piit, Nampong, R. Geganjuran, R. Kawat, R. Bambu, R. Ki Ampelas,

R. Kilalatu 600 II

Rumput Pait, R. Jarum, R.Jampang Piit, Nampong, R. Geganjuran, R. Kawat, R. Bambu, R. Ki Ampelas, R. Kilalatu

525

III

Rumput Pait, R. Jarum, Jampang Piit, Nampong, R. Geganjuran, R. Kawat, R. Bambu, R. Ki Ampelas,

R. Kilalatu 800 III

Rumput Pait, R. Jarum, R.Jampang Piit, Nampong, R. Geganjuran, R. Kawat, R. Bambu, R. Ki Ampelas, R. Kilalatu

555 IV

Rumput Pait, R. Jarum, Nampong,

R. Geganjuran, R. Kilalatu 550 IV

Rumput Pait, R. Jarum, Nampong, R.

Geganjuran, R. Kilalatu 490

V Rumput Pait, R. Jarum, Nampong, 475 V Rumput Pait, R. Jarum, Nampong, 370

VI Rumput Pait, R. Jarum, Nampong, 450 VI Rumput Pait, R. Jarum, Nampong, 310

VII

Rumput Pait, R. Jarum, Nampong, R. Kawat, R. Bambu, R. Ki

Ampelas, R. Kilalatu 650 VII

Rumput Pait, R. Jarum, Nampong, R. Kawat, R. Bambu, R. Ki Ampelas, R. Kilalatu

590 VIII

Rumput Pait, R. Jarum, Nampong,

R. Kawat, R. Bambu, R. Ki Ampelas 750 VIII

Rumput Pait, R. Jarum, Nampong, R. Kawat,

R. Bambu, R. Ki Ampelas 560

IX

Rumput Pait, R. Jarum, Nampong,

R. Kawat, R. Bambu, R. Ki Ampelas 800 IX

Rumput Pait, R. Jarum, Nampong, R. Kawat,

R. Bambu, R. Ki Ampelas 570

X

Rumput Pait, R. Jarum, Nampong,

R. Kawat, R. Bambu, R. Ki Ampelas 600 X

Rumput Pait, R. Jarum, Nampong, R. Kawat,

R. Bambu, R. Ki Ampelas 480

∑ 6175 ∑ 4910

Rata-rata 617,5 491

Rata-rata total = 554,25

DI LOKASI PENANGKARAN RUSA PERUM PERHUTANI

Dokumen terkait