• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Karakteristik dan Parameter Demografi Rusa

1. Ukuran Populasi

Populasi merupakan kelompok organisme yang terdiri dari individu-individu satu spesies yang mampu menghasilkan keturunan yang sama dengan tetuanya (Alikodra, 2002). Menurut Tarumingkeng (1994) populasi merupakan sehimpunan individu atau kelompok suatu jenis makhluk hidup yang tergolong satu spesies, dan pada waktu tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang tertentu. Berdasarkan data yang diperoleh dari petugas di lapangan dan dari KBM Wisata Bandung, diperoleh jumlah total populasi rusa yang ada di dalam Penangkaran Rusa Jonggol pada tahun 2005 berjumlah 71 ekor. Namun pada bulan Juli tahun 2006, jika tidak ada pengaruh atau pengurangan dari penjualan rusa maka jumlah rusa di Penangkaran Rusa Jonggol bertambah menjadi sebanyak 73 ekor. Hal ini dikarenakan adanya kelahiran 2 ekor anak rusa bawean. Jumlah total populasi Rusa di Penangkaran Rusa Jonggol jika tidak ada pengaruh dari penjualan rusa disajikan secara lengkap pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah total populasi rusa di Penangkaran Rusa Jonggol

Keterangan Populasi Tahun2005 Populasi Juni Tahun 2006

Jantan 28 ekor 28 ekor

Betina 29 ekor 29 ekor

Anakan 14 ekor 16 ekor

Jumlah 71 ekor 73 ekor

Sumber. KBM Wisata Bandung

Gambar 12. Rusa di dalam penangkaran

Rusa pada penangkaran dikembangbiakan secara alami tanpa ada penanganan khusus dari petugas. Rusa dibiarkan berkembang biak, kawin dan beranak dan membesarkan anak sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, terdapat tiga jenis rusa yang ada di dalam Penangkaran Rusa Jonggol yaitu rusa jawa, bawean dan totol. Jumlah populasi masing-masing jenis rusa di

Penangkaran Rusa Jonggol jika tidak dipengaruhi oleh penjualan disajikan secara lengkap pada Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah populasi tiap rusa di Penangkaran Rusa Jonggol

Tahun 2005 Tahun 2006

Rusa jawa Jantan Betina Total Jantan Betina Total

Anak (0-2 th) - - 13 - - 13 Dewasa 17 22 39 17 22 39 Rusa bawean Anak (0-2 th) - - - 2 Dewasa 7 5 12 7 5 12 Rusa totol Anak (0-2 th) - - 1 - - 1 Dewasa 4 2 6 4 2 6 Jumlah total 28 29 71 28 29 73

Sumber. KBM Wisata Bandung

Berdasarkan data di atas, jelas terlihat bahwa populasi rusa jawa adalah yang paling banyak diantara jenis rusa lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas PRJ (komunikasi pribadi, Pak Warto), hal ini dikarenakan rusa jawa memiliki bentuk morfologi yang paling besar diantara jenis lainnya sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi, memiliki daya adaptasi yang paling baik sehingga pemeliharaannya lebih mudah karena tidak mudah sakit, kemudian yang jantan mempunyai tanduk yang besar sehingga memiliki nilai keindahan. 2. Struktur Umur dan Seks Rasio

Struktur umur merupakan perbandingan jumlah individu dalam setiap kelas umur dari setiap populasi yang dapat dibedakan menurut jenis kelaminnya. Struktur umur dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perkembangbiakan satwaliar, sehingga dapat menduga prospek kelestarian satwaliar tersebut. Secara umum jenis kelamin dan kelas umur rusa dapat ditentukan berdasarkan tanduk dan ukuran tubuhnya.

Menurut Alikodra (2002), pengelompokan paling sederhana adalah pengelompokan ke dalam kelas umur anak, remaja, dan dewasa. Struktur umur dan seks rasio masing-masing jenis rusa di Penangkaran Rusa Jonggol jika tidak dipengaruhi oleh penjualan disajikan secara lengkap pada Tabel 13.

Tabel 13. Struktur umur dan seks rasio tiap jenis rusa di PRJ

Kelompok umur Jantan Betina Jumlah (ekor) Presentase (%) Seks ratio

Rusa jawa

Anak ( 0- 2 th) - - 13 25 -

Total - - 52 100 - Rusa bawean Anak ( 0- 2 th) - - 2 14,29 - Dewasa 7 5 12 85,71 1 : 0,7 Total 7 5 14 100 - Rusa totol Anak ( 0- 2 th) - - 1 14,29 - Dewasa 4 2 6 85,71 1 : 0,5 Total 4 2 7 100 -

Sumber. KBM Wisata Bandung

Berdasarkan Tabel 13, jika diperhatikan struktur umur semua jenis rusa di PRJ termasuk dalam keadaan populasi menurun (regressive population) dikarenakan presentase terbesar adalah kelas umur dewasa, sedangkan yang terkecil adalah kelas umur anak. Hal ini menunjukan bahwa laju pertumbuhan populasi rusa sangat rendah. Jika diperhatikan piramida umur (Gambar 10) maka termasuk ke dalam kondisi bentuk yang tidak normal, yaitu kelas umur anak terlalu sedikit dibandingkan dengan rusa kelas umur yang dewasa. Ditinjau dari prospek kelestariannya, maka kondisi seperti ini sangat rawan. Ada beberapa faktor kemungkinan yang menyebabkan struktur umur rusa berbentuk piramida terbalik, yaitu adanya penjualan rusa betina dewasa pada tahun-tahun sebelumnya yang terlalu banyak dibandingkan dengan rusa jantannya sehingga mempengaruhi angka kelahirannya, tidak semua rusa betina dewasa melahirkan anak, dan terakhir adalah inbreeding yang dapat menyebabkan tingkat kebuntingan yang rendah dan resiko kematian janin yang tinggi serta anak yang lahir akan rentan terhadap penyakit. Struktur populasi rusa di Penangkaran Rusa Jonggol disajikan pada Gambar 13.

Dewasa

Anak

Gambar 13. Struktur populasi rusa di Penangkaran Rusa Jonggol

Santosa (1993) dalam Shinta (2003) menyatakan bahwa seks rasio merupakan suatu perbandingan antara jumlah jantan potensial reproduksi terhadap banyaknya betina yang potensial reproduksi. Berdasarkan data di atas, seks rasio pada rusa jawa yang dewasa adalah 1 : 1,3 dan pada rusa bawean yang dewasa seks rasionya adalah 1 : 0,7, sedangkan rusa totol adalah 1 : 0,5. Seks rasio pada kelas umur anak tidak dihitung karena data jenis kelamin tidak di ambil untuk kelas umur tersebut. Hal ini disebabkan jenis kelamin jantan dan

betina untuk kelas umur anak sulit dibedakan. Perbandingan kelamin rusa jantan dan betina pada kelas umur dewasa menunjukan adanya ketidak-normalan. Perbandingan kelamin pada rusa dewasa yang lazim adalah 1 : (3-5). Di hutan alam perbandingan rusa jantan dan betina dewasa yang sering dijumpai adalah 1 : 4. Oleh karena itu, rusa jantan dewasa di Penangkaran Rusa Jonggol akan bersaing dalam mendapatkan pasangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas Penangkaran Rusa Jonggol, seks rasio yang tidak normal antara jantan dan betina yang dewasa serta bentuk struktur umur yang menurun disebabkan bukan karena kualitas dan kuantitas habitat penangkaran rusa yang sudah tidak ideal lagi, akan tetapi karena adanya campur tangan manusia dimana pada tahun 2004 terjadi penjualan rusa dengan jumlah terbanyak selama masa usaha yaitu 41 ekor dengan mayoritas penjualan adalah rusa-rusa yang betina yang dewasa. Alikodra (1983) menyatakan bahwa untuk memperbaiki seks rasio dapat dilakukan dengan dua perlakuan yaitu penambahan individu betina potensial atau dengan pengurangan individu jantan potensial sehingga mendapatkan seks rasio normal rusa yaitu 1 : 3 sampai 1 : 5. Selain itu, untuk menanggulangi inbreeding bisa dengan cara membuat pemisahan umbaran di areal kandang Penangkaran Rusa Jonggol.

Dokumen terkait